“Nona Hyeon So Yun?”
So Yun tersentak dan menoleh ke arah suara ketika dia baru melangkah keluar dari kafe. Keningnya berkerut mendapati sosok yang ia kenal dan pandangan datarnya tertuju pada seorang laki-laki yang menghampirinya.
“Aku Song Joong Ki,” sapa Joong Ki sambil mengulurkan tangan kanannya.
So Yun tetap tidak bereaksi dengan tatap datarnya datar dan buat Joong Ki menghela napas lalu tersenyum.
“Kau tidak inginmembalas uluran tanganku?” tanya Joong Ki santai.
So Yun tetap tidak bereaksi, hanya pandangan kosong yang diberikannya pada Joong Ki dan lagi-lagi buatnya menghela napas untuk menenangkan diri.
“Pernapasanmu sedang buruk, lebih baik kau pulang,” sindir So Yun datar dan berlalu pergi.
Sindiran tersebut membuat Joong Ki yang syok bergegas menangkap pergelangan tangan So Yun hingga langkahnya terhenti. Dia berbalik dengan kesal seraya menatap sesaat tangan Joong Ki yang menggenggam erat pergelangannya dan sontak buat dia tersadar lalu melepasnya.
“Ma, maafkan aku. Ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu,” kata Joong Ki gugup karena menyadari akan kesalahan yang sempat ia lakukan.
So Yun melihat jam tangannya dan lalu kembali menatap Joong Ki.
“Ha, hanya membicarakan masalah penampilanmu di kafe ini. Karena mungkin akuakan melakukan wawancara lagi dan aku ingin kau yang…”
“Bicarakan hal ini pada Pemilik Kafe.”
So Yun memutus kalimat Joong Ki dengan ucapan datarnya. Dia berbalik dengan santai meninggalkan Joong Ki yang hanya bisa terpaku dan terdiam memandang kosong taksi yang membawanya. Sementara itu, So Yun yang duduk tenang di dalam taksi tengah menelepon.
“Baik, besok pukul 7.00 malam kita bertemu di sana.”
So Yun menutup teleponnya dan menatap kosong jalan raya yang ramai melalui kaca jendela di sampingnya.
Apa kau takdirku?
Ia membatin seraya menghela napas pelan.
Ayah, Ibu, So Jun, malam ini Seoul sangat indah dengan lampunya yang gemerlap. Tapi, tidak ada bintang di sini. Bagaimana dengan Busan? Aku yakin bintang di sana lebih banyak.
Dia kembali membatin, lalu memejamkan mata setelah bersandar dengan nyaman. Lama kemudian, tampak sebulir air mata jatuh dari kedua sudut matanya.
Omma, Appa, mianhaeyo. So Jun~a, Noona mianhae. Saranghae.[1]
-----------
“Maaf, aku mengganggu jam mengajarmu,” kata Dong Wook di sela acara makan malamnya.
“Tidak apa-apa. Aku sedang libur. Besok lusa baru mengajar lagi,” sahut So Yun sekenanya.
“Kau libur? Tapi, kenapa gi…”
“Gitar ini temanku. Maaf, kalau hal itu mengganggumu.”
Seakan tahu tentang apa yang akan Dong Wook tanyakan, So Yun pun memutus kalimatnya dan buat dia jadi salah tingkah.
“Ah, tidak apa-apa. Aku hanya heran. Harusnya aku yang minta maaf,” ujar Dong Wook penuh sesal, “oh, apa kau tahu kenapa aku mengajakmu makan malam?” tanyanya yang kemudian berubah jadi bersemangat.
Dia tersenyum manis pada So Yun yang segera menghentikan kegiatan makannya dan menatap ia datar.
“Hari ini, 6 Juni, tepat dua tahun kau bekerja di kafe. Aku merayakannya karena sangat senang kau sudah hadir dalam hidupku,” jelas Dong Wook riang.
So Yun hanya mengerjapkan matanya.
“Haish, bisakah kau sedikit tersenyum. Aku tahu, tahun kemarin kita tidak merayakannya. Tapi, kali ini sebagai penyambutan sekaligus perayaan pertemuan kita. Tersenyumlah sedikit, kau terlihat manis saat tersenyum,” rayu Dong Wook dengan senyum penuh arti.
So Yun kembali mengerjap dan akhirnya hanya bisa buat Dong Wook menghela napas.
“Ayolah, anggap aku sebagai murid lesmu. Tersenyumlah. Setelah ini aku akan memberimu hadiah,” bujuk Dong Wook penuh semangat.
Namun, So Yun tetap diam tidak bereaksi dan lagi-lagi Dong Wook menghela napas.
“Haa… baiklah. Kau menang. Aku berikan hadiahnya sekarang,” ucap Dong Wook pasrah lalu menjentikkan jarinya.
Seketika lampu di restoran itu meredup. Terlihat dua pelayan, laki-laki dan perempuan datang ke meja mereka. Pelayan laki-laki mendorong sebuah meja troli dengan kue tarcis tiga tingkat berhias Bunga Merah sedangkan, pelayan perempuan membawa seikat besar bunga berwarna kuning.
“So Yun, di sini hanya ada kita berdua dan aku menyiapkannya khusus untuk perayaan kita malam ini,” kata Dong Wook seraya meletakkan seikat bunga di hadapan So Yun.
Dia tetap diam tanpa reaksi ketika pandangannya sesaat teralih pada bunga itu.
“Aku harap kau menyukai Bunga Mawar Kuning ini,” ucap Dong Wook tulus.
Setelah Dong Wook mengisyaratkan pada pelayan untuk pergi meninggalkan mereka dan kini dia kembali menatap So Yun penuh kasih.
“So Yun, walaupun semua lagu yang kau nyanyikan bukan untukku dan hanya membalas setiap kalimatku dengan tatapanmu. Aku tidak peduli dan akan menerima semuanya. Karena aku ingin kau selalu berada sisiku.” jelas Dong Wook tulus.
So Yun semakin bungkam setelah mendengarkan semua kalimat yang terucap dari bibir Dong Wook. Dia tidak tahu harus berbuat apa dan sesekali ia melirik ke arah Bunga Mawar Kuning di hadapannya.
Dia tidak suka Mawar, sekalipun itu berwarna kuning. Warna yang sama dengan Bunga Tulip Kuning Bertangkai Ganda.
[1] Ibu, Ayah, maafkan aku. So Jun,maafkan aku. Aku menyayangi kalian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Soe Darmi
1
2019-09-19
1