Chapter #9

“Wesamchon,[1]” teriak gadis kecil bergaun biru.

“Eun Byul~a,” seru laki-laki yang baru saja masuk ke rumah Sang Gadis yang tak lain adalah Eun Byul.

Rumah keluarga Ha terlihat meriah dengan gemerlapan lampu dan balon malam itu untuk merayakan ulang tahun gadis kecil Ha Eun Byul.

Ya, Ha Eun Byul, murid kecil So Yun itu kini berumur enam tahun. Seluruh keluarganya berkumpul di rumah mereka tidak terkecuali, Keluarga Song.

“Eun Byul kita sudah besar sekarang. Apa kau belajar musik dengan baik?” tanya Kakak Joong Ki, Song Joong Jin.

Eun Byul mengangguk dengan begitu bersemangat dan bergegasmengambil ukulelenya.

“Wah, Sang Putri akan memainkan sebuah lagu,” seru Joong Ki diiringi gelak tawa anggota keluarga lainnya.

Di sela kegembiraan mereka, Joong Ki menyelinap ke dapur menghampiri Kim Hyang Suk, yang tak lain adalah anak dari saudara Ibunya.

“Noona?” tegur Joong Ki.

Hyang Suk begitu terkejut ketika Joong Ki menyentuh pundaknya dan spontan memukul lengan Sang Adik cukup kuat.

“Tidak bisakah kau bersikap baik. Selalu saja mengagetkanku,” omel Hyang Suk.

“Hehe… maaf. Tapi, ada sesuatu yang ingin kutanyakan,” kata Joong Ki yang tiba-tiba berubah serius.

“Apa?” tanya Hyang Suk yang sudah kembali sibuk dengan masakannya.

“Karena kau perempuan. Kau pasti tahu apa yang di sukai dan tidak di sukai perempuan. Jadi, aku…”

Kegiatan Hyang Suk tiba-tiba terhenti dan ia segeramematikan kompor lalu menatap tajam pada Joong Ki.

“Ka, kau? Ke, kenapa tiba-tiba menatapku seperti itu?” tanya Joong Ki yang terkejut dan menjadi takut karenanya.

“Aku tahu kau tipe laki-laki yang hanya sayang pada satu orang. Tapi, kau bukan tipe pemberi hadiah. Jangankan hadiah, ucapan “selamat ulang tahun” pun tidak akan pernah terucap darimu,” kata Hyang Suk yang di selimuti kecurigaan.

“Bu, bukan begitu. Aku hanya…”

“Hanya apa?!” bentak Hyang Suk yang semakin mendekatkan wajahnya pada Joong Ki.

“Haish, jinjja. Ya, Noona, keumane![2]” bentak Joong Ki kesal.

Hal tersebut membuat Hyang Suk tersenyum geli dan lalu berbalik mengambil mangkuk untuk masakannya.

“Jadi, kau ingin tahu apa yang di sukai dan tidak di sukai perempuan. Perempuan sangat suka di manja, di perhatikan, di sayang dan bunga. Mawar adalah bunga yang paling mereka suka. Kalau kau berikan Mawar pada seorang perempuan, dia pasti akan langsung luluh,” jelas Hyang Suk sembari tersenyum manis.

Sesaat Joong Ki yang terlihat berpikir ketika itu tiba-tiba mengalihkan pandangan pada Hyang Suk yang sudah kembali sibuk dengan pekerjaannya.

“Aku pikir gadis ini bukan tipe penyuka bunga. Walaupun ada bunga yang di sukainya tapi, mungkin dia lebih suka sarung tinju,” kata Joong Ki dengan ekspresinya yang begitu serius.

Hyang Suk tersenyum geli mendengar pernyataan Adiknya dan lalu menatapnya dengan seksama.

“Semua perempuan suka Mawar dan dia benci saat laki-lakinya bersama wanita lain,” ujar Hyang Suk.

“Tapi, aku seorang aktor dan di kelilingi banyak wanita,” sahut Joong Ki sedikit kesal.

“Di situlah tantangannya. Jika wanita yang kau sukai itu orang biasa, kau harus berikan keyakinan kalau hanya dia yang ingin kau lihat. Jangan jadi lebih egois saat kau menginginkan cinta dari seseorang. Laki-laki selalu melihat wanita sebagai makhluk yang rumit. Padahal kenyataannya wanita adalah sosok penuh kesederhaan. Wanita hanya perlu perhatianmu dan dia akan mengajarkan cinta yang sebenarnya lebih dari siapapun. Dan ketika datang masanya, di mana kau menyadari jika dia sangat berarti dalam hidupmu,” jelas Hyang Suk dan kemudian pergi membawa mangkuk berisi masakannya ke ruang makan.

Sementara, Joong Ki diam seribu bahasa dan terpaku di tempatnya.

“Apa benar gambaran seorang wanita bisa seindah itu? Kalau memang benar, kenapa Hee Sun sanggup mengkhianatiku?” tanya Joong Ki pelan.

Pandangan kosong dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca membuat Joong Ki kembali teringat sebuah kenangan pahit. Sosok Hee Sun terlihat jelas dalam pikirannya. Seorang gadis yang akan dia nikahi dua tahun yang lalu, pergi meninggalkannya bersama laki-laki yang tak lain adalah sahabatnya sendiri. Namun, lama kemudian bayangan Hee Sun menghilang dan berganti bayang gadis lain dengan rambut pendek warna merah yang ia temui di Bandara Incheon.

Aktor bodoh, Song Joong Ki… Aku sangat membencimu…

Joong Ki tersentak dari lamunannya dan menggeleng cepat sambil menepuki kedua pipinya.

“Keuge mwoya?[3]”tanya Joong Ki yang merasa aneh dan tiba-tiba di selimuti rasa kesal.

“Paman Joong Ki, saatnya membuka kado ulang tahun,” tegur Eun Byul yang sudah menarik ujung kemejanya.

“Ah, ye. Kaja,[4]” ajak Joong Ki sambil menggandeng tangan Eun Byul.

Malam yang sama di tempat berbeda, So Yun duduk terdiam di hadapan meja rias kamar apartemennya sambil memandangi seikat besar Mawar Kuning. Perlahan jemarinya menyentuh permukaan liontin pada kalung yang tersemat di lehernya.

“Jangmi… sirheoyo. Jeongmal sirheoyo,[5]” ucap So Yun pelan.

Ia kembali terdiam, dalam otaknya terekam sempurna ketika Dong Wook memasangkan kalung tersebut beberapa jam yang lalu.

Apapun warnanya, aku hanya berharap di cintai banyak orang saat kita bersama layaknya Mawar yang bisa tertanam di manapun dan kapanpun karena keindahan juga harumnya… Aku menyukaimu sejak pertama kita bertemu. Kau terlihat berbeda dari gadis lain yang selama ini kutemui…

So Yun beranjak dan berbaring di tempat tidurnya, ia memejam seraya kembali mengingat saat Dong Wook menyatakan cintanya.

Kau yakin tidak ingin tahu tentangku? Karena kau bukan laki-laki pertama yang memasuki hidupku dan ciuman perta… Aku tidak ingin tahu tentang masa lalumu yang mungkin akan membuat keadaan kita menjadi buruk. Sekarang aku hanya ingin tahu tentangmu yang juga menyayangiku. Aku hanya ingin tahu tentangmu yang memiliki Ayah, Ibu dan Adik laki-laki bernama Hyeon So Jun di Busan…

So Yun membuka matanya dan kembali memandangi Bunga Mawar Kuning di atas meja riasnya.

“Apa kau yakin hanya ingin mengetahui tentang hal itu?” tanya So Yun yang kemudian menghela napas pelan.

Dia kembali memejamkan mata dan berharap semua akan terus berjalan baik bersama Dong Wook.

Geurae, Dong Wook~ssi. Jeongmal gomawo, natto saranghae.[6]

[1] Paman

[2] Benar-benar keterlaluan. Hei, hentikan!

[3] Apa itu?

[4] Oh, iya. Ayo.

[5] Mawar… aku membencinya. Sangat membencinya.

[6] Baiklah, Dong Wook. Terima kasih banyak, aku juga menyayangimu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!