Chapter #17

“Aku Kim Merry, teman SMA So Yun. Tapi, bisa juga di katakan “mantan” teman dan kau mungkin tidak mengenalku,” kata gadis berambut panjang dengan kulit agak gelap itu membuka pembicaraan.

Wajah Dong Wook yang awalnya berhias senyum sangat ramah seketika berubah datar setelah mendengar ucapan Merry.

“Mantan teman? Apa maksudmu? Aku ingin bertemu karena kau mengaku sebagai teman SMA So Yun dan kebetulan dia belum pernah sekali pun bercerita tentang teman sekolahnya,” jelas Dong Wook heran dan buat Merry tersenyum sinis.

“Tentu saja. Gadis sepertinya tidak memiliki teman. Dia pasti tidak akan pernah bercerita tentang keburukannya, terlebih karena kau pewaris Grup Jeong Seok. Dia tidak mungkin begitu saja melepaskan laki-laki sepertimu,” jelas Merry yang terlihat sangat tenang.

“Sebenarnya apa maksudmu?” tanya Dong Wook yang tiba-tiba diliputi rasa penasaran.

Sejenak, Merry meneguk kopinya dengan santai. Dia membiarkan Dong Wook menunggu hingga ia meletakkan cangkirnya dan kembali tersenyum sinis penuh arti.

“Apa kau tahu, So Yun gadis seperti apa? Apa kau pernah bertanya dengan siapa dia pernah berhubungan? Atau kau pernah bertanya dengan laki-laki mana dia menghabiskan malamnya?” tanya Merry yang sesaat tersenyum penuh kebencian.

“Meng, menghabiskan malam? Ap, apa maksudmu?” tanya Dong Wook yang berubah gugup.

“Aku yakin dia tidak akan menceritakan padamu tentang masa lalunya. Gadis kotor sepertinya pasti ingin selalu tampak suci,” sahut Merry santai.

Sekilas tampak tenang namun, jelas terlihat jika Dong Wook berusaha menyembunyikan kegelisahannya setelah mendengar semua pernyataan Merry.

“Sebenarnya apa yang kau inginkan? Kalau kau tahu sesuatu katakan sekarang. Atau kau hanya ingin mencoba

mempengaruhiku dengan memfitnah So Yun,” kata Dong Wook dengan suara bergetar menahan kekesalannya.

“Kita akan lihat apa yang terjadi setelah kau tahu seperti apa dia yang sebenarnya. Aku pergi,” sahut Merry yang kemudian beranjak dari duduknya, “oh! Kalau kau merasa sudah mendapatkan jawabannya. Aku yakin kau

tahu harus melakukan apa,” tambahnya santai dan melangkah pergi meninggalkan Dong Wook yang hanya bisa terpaku.

Sementara, So Yun yang baru memasuki Kafe DropTea pun berpapasan dengan Merry yang sempat melempar senyum sinis ke arahnya. Tapi, So Yun hanya menatapnya datar karena dia tidak lagi mengenali Merry. Ia melangkah santai dan meletakkan tas gitarnya di atas meja. Seperti biasa, pagi itu, dia mulai menyetel gitar untuk dimainkan saat pengunjung kafe datang.

“So Yun?”

Teguran tersebut membuat So Yun menghentikan permainan gitarnya dan menatap Dong Wook yang sudah berdiri di sampingnya dengan wajah memerah.

“Neo aphayo?[1]” tanya So Yun datar.

“Bisa ikut ke ruanganku? Ada hal yang perlu kita bicarakan,” perintah Dong Wook dengan suara bergetar dan segera berbalik pergi meninggalkan So Yun.

Sesaat, So Yun meletakkan gitarnya lalu menatap datar punggung Dong Wook. Dia terdiam cukup lama sebelum kemudian beranjak dan mengikuti langkah Dong Wook menuju ruang kerjanya.

“Kau tidak ingin menceritakan tentang masa lalumu padaku?” tanya Dong Wook yang kini duduk di hadapan So Yun yang menatapnya datar.

“Neo hwanasseoyo?[2]” tanya So Yun datar.

Dong Wook menghela napas pelan dan berusaha tenang.

“Tolong jawab pertanyaanku, apa kau tidak ingin menceritakan tentang masa lalumu?” kembali Dong Wook mengajukan pertanyaan yang sama dan kali ini dia terlihat sedikit lebih tenang.

“Aku tidak ingin menceritakan apapun saat emosimu sedang tidak stabil. Aku pergi,” sahut So Yun datar dan segera beranjak pergi.

“Kembali duduk,” perintah Dong Wook yang tiba-tiba berubah dingin.

Langkah So Yun seketika terhenti dan buatnya berbalik menatap lekat Dong Wook yang kini melangkah ke arahnya. Dengan tatapan datar, So Yun tetap terlihat sangat tenang. Bahkan setelah Dong Wook berdiri di depannya dan menatapnya tajam.

“Aku tidak ingin hal buruk mengganggu hubungan kita. Jadi, tolong duduk dan ceritakan semuanya padaku,” perintah Dong Wook yang berusaha menahan amarahnya.

Sesaat, kedua bola mata So Yun teralih ke sofa tempat dia duduk sebelumnya dan kemudian kembali menatap Dong Wook dengan pandangan kosong.

“Sudah kukatakan, aku tidak akan menceritakan apapun saat emosimu belum stabil,” ucapnya tenang.

Niat So Yun untuk pergi pun terurung ketika tiba-tiba Dong Wook menarik tangannya dan memeluk dia erat. Tubuh Dong Wook bergetar sebelum pelan mulai terdengar isak tangisnya.

“Kau tahu aku tidak pernah ingin kehilanganmu. Kau tahu aku sangat menyayangimu lebih dari apapun,” kata Dong

Wook di sela isaknya seraya melepaskan pelukan dan memandang So Yun begitu dalam, “aku percaya padamu, bahkan sangat percaya. Aku hanya ingin kita hidup bahagia. Jadi, kau juga tidak perlu terpengaruh tentang perkataan orang lain tentangku, begitu juga aku,” tambahnya yang lalu kembali memeluk So Yun.

Diam dengan pandangan kosong tanpa sedikitpun membalas pelukan Dong Wook yang terus terisak adalah satu-satunya hal yang di lakukan So Yun.

“Ma, maafkan aku, sudah membuatmu takut. Aku hanya tidak ingin kehilanganmu,” kembali Dong Wook berucap di sela isaknya sembari mempererat pelukannya.

Tidak ada orang yang bisa menebak apa yang sedang So Yun pikirkan dengan ekspresi datarnya. Sesekali kedua matanya yang hitam dan kecil mengerjap, seolah menjawab semua ucapan Dong Wook.

[1] Apa kau sakit?

[2] Apa kau sedang marah?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!