Chapter #4

“Hyeon Seodae Song?[1]” tanya Joong Ki dengan kedua bola mata membesar.

“Iya, Hyeon Si Pita Suara Bernyanyi. Aneh memang tapi, sejak awal seluruh karyawan kafe memberikan gelar itu padanya,” jelas Dong Wook lalu menyeruput kopinya.

Joong Ki membenarkan posisi duduk dan tampak jelas rasa penasaran semakin menyelimuti dirinya.

“Apa benar dia seperti itu? Maksudku, dia hanya menggunakan suaranya untuk bernyanyi. Lalu bagaimana dia

berkomunikasi dengan kalian? Bagaimana awal mula dia melamar pekerjaan di sana?”

“Dia jarang, bahkan bisa dikatakan tidak pernah berkomunikasi dengan para karyawan. Dia hanya akan bicara kalau hal itu sangat penting untuk dijawab olehnya. Selama bekerja sebagai penyanyi di kafe, dia lebih banyak diam dan belum tentu dalam satu hari akan bicara. Awal mula dia melamar pekerjaan, aku kurang tahu. Tetapi, yang aku dengar dari beberapa karyawan, dia di tawarkan pekerjaan oleh pemilik Kafe DropTea setelah sempat bekerja di bar,” jelas Dong Wook panjang lebar.

Tampak raut aneh dari wajah Joong Ki setelah ia sempat meneguk ludah karena penjelasan Dong Wook. Semua itu seolah menunjukkan jika ia tidak percaya akan gambaran tentang “gadis bergitar” yang ia temui di halte bus seminggu lalu.

“Ka, kau yakin dia gadis seperti itu? Bagaimana denganmu? Aku lihat usai wawancara, kau tampak berbincang dengannya,” kembali Joong Ki mengajukan pertanyaan dengan penuh rasa penasaran dan buat Dong Wook sesaat tersenyum geli.

“Aku hanya mengatakan kalau dia bisa langsung mengambil gajinya pada manajermu.”

“Dia menjawabmu, kan?”

“Yah, dia menjawabku, “kau lakukan seperti biasa. Terima kasih”, kira-kira begitu,” jelas Dong Wook dan kembali tersenyum geli.

“Ha? Hanya itu dan dia pergi begitu saja?” tanya Joong Ki yang tampak sangat syok mendengar jawaban Dong Wook.

“Hahaha, awalnya aku juga tidak yakin. Karena dia lebih terlihat seperti gadis yang cerewet di banding gadis pendiam. Tapi, setelah dua tahun mengenalnya, aku baru yakin sikap dan sifatnya memang seperti itu,” celoteh Dong Wook diiringi tawa gelinya sesaat.

“Kau dekat dengannya lebih dari karyawan yang lain?”

“Tidak juga. Hanya saja dia bukan tipe gadis yang suka berhubungan dengan artis. Jika ada artis yang datang ke kafe, dia selalu menjadi bintangnya. Tetapi, saat disuruh mengambil gajinya langsung pada mereka, dia pasti akan

meminta bantuanku.”

Joong Ki akhirnya terdiam setelahmendengar penjelasan Dong Wook.

“Yang aku tahu, dia berasal dari Busan. Aku tidak terlalu ingat tapi, kalau tidak salah dia tinggal di salah satu Apartemen Komplek Gang Nam Nomor 282-47 Gedung Hwe Mi. Ulang tahunnya 24 Januari, dia suka warna merah terang, kuning dan putih. Dia suka Mawar Kuning, dia suka lagu hiphop, Rn’B, hobinya

bermain musik dan bernyanyi lagu ballad.”

Dong Wook yang kembali membuka suara pun membuat Joong Ki seketika mengerjap.

“Kau bilang dia tidak banyak bicara tapi, kenapa kau bisa tahu begitu banyak tentangnya?” tanya Joong Ki yang lagi-lagi diliputi rasa penasaran.

“Seseorang yang jarang bicara pun bisa menunjukkan ekspresi ketertarikan pada sesuatu walaupun dia tidak

mengatakannya,” sahut Dong Wook yang tersenyum penuh arti.

“Tetapi, bagaimana kau tahu kalau dia menyukai Bunga Mawar Kuning? Bagaimana kau tahu dia suka musik hiphop dan Rn’B? Tapi, tunggu. Kenapa dia bernyanyi…”

“Lagu ballad?”

Dong Wook meneruskan kalimat pertanyaan Joong Ki yang buatnya menatap lekat dengan bola mata yang membesar dan untuk kesekian kalinya ia tersenyum geli.

“Ternyata yang aku dengar tentang ketidakpekaanmu itu benar. Hahahaha,” ujarDong Wook yang seraya tertawa

mengejek.

Merasaa kesal dengan tawanya, Joong Ki pun melayangkan pukulan keras di kepala Dong Wook yang sontak berteriak keras.

“Ya![2]” teriak Dong Wook sambil memegangi belakang kepalanya.

“Kau setahun lebih muda jadi, jangan coba-coba menertawakanku. Cepat jelaskan yang tadi,” bentak Joong Ki.

Dong Wook tampak kesal namun,dia tidak bisa apa-apa dan kembali berbicara dengan perasaan jengkel sambil mengusap kepalanya yang sakit.

“Aku tahu dia suka Mawar Kuning, karena setiap kali kafe kosong, dia selalu duduk di salah satu meja khusus yang tersedia. Di kelima pot yang menghiasi meja terdapat setangkai Mawar Kuning di dalamnya. Bahkan, atasan kami juga dengan sukarela memberikan meja itu khusus untuknya. Masalah dia suka lagu hiphop dan Rn’B, karena aku sering melihat dia menonton video lagu-lagu sejenis di laptopnya. Dan lagu ballad, kalau aku terka, kemungkinan besar dia tidak bisa menyanyikan genre yang di sukainya. Bagian akhir hanya terkaanku. Kau puas?” tanya Dong Wook setelah penjelasan panjang lebarnya dengan perasaan kesal masih menyelimuti.

Joong Ki yang memilih untuk tidak mempedulikan kekesalan Dong Wook pun kembali bungkam sembari mengernyitkan kening dan memutar seluruh isi pikirannya.

“Tunggu!” seruJoong Ki tanpa menatap Dong Wook.

“Apa?!” bentak Dong Wook yang masih kesal.

“Seminggu yang lalu aku sempat melihatnya menaiki bus yang tak jauh dari kafe kalian.”

“Dia pulang dengan bus,” sahut Dong Wook ketus.

“Bukan, kalau memang tinggal di Gedung Apartemen Hwe Mi, seharusnya dia tidak turun di daerah perbelanjaan. Malam itu, aku lihat dia menuju komplek bar tapi, aku kehilangan jejaknya,” jelas Joong Ki yang terlihat semakin bingung.

Wajah Dong Wook berubahpucat setelah mendengar semua kalimat yang terlontar dari bibir Joong Ki yang masih tidak mempedulikannya.

“Kom, komplek bar? Maksudmu komplek bar di dekat Jalan Yong Sam?”

Joong Ki mengangguk penuh semangat dan kali ini dia menatap lekat Dong Wook.

“Ka, kau yakin itu So Yun?”

“Tentu saja. Aku mengingat dengan jelas wajahnya,” sahut Joong Ki penuh percaya diri.

“Aku harus pergi, nanti kita bicara lagi.”

Tanpa memberikan Joong Ki kesempatan untuk berbicara, Dong Wook pun melesat keluar dari kafe. Dia pergi dengan taksi yang ia hentikan sebelum Joong Ki sempat menahannya. Rasa penasaran semakin menyelimuti hati dan pikiran Joong Ki yang akhirnyamemutuskan untuk pergi dengan mobilnya.

-----------

"So Yun, apa kau kembali bekerja di bar itu? Apa benar kau ke sana lagi?” tanya Dong Wook yang di selimuti rasa khawatir.

So Yun bungkam dan terlihat menikmati cappuccino-nya dengan santai.

“So Yun jawab aku. Dong Min mengatakan padaku untuk menjagamu agar kau tidak kembali ke bar lagi. Kau tahu, Dong Min benar-benar merasa bersalah tentang kejadian itu,”jelas Dong Wook mulai gusar.

Dengan ekspresi datarnya, So Yun menatap mata Dong Wook yang terlihat sangat takut dan khawatir.

“Aku tidak akan kembali ke tempat dimana aku menerima perlakuan tidak sopan,” ucap So Yun datar.

“Lalu apa yang kau lakukan di Jalan Yong Sam pada jam malam seperti itu?”

“Jalan Yong Sam pusat perbelanjaan, komplek bar, apartemen, hotel, penginapan, warung, restoran dan banyak toko lainnya,” kembali So Yun menjawab datar.

Dong Wook terdiam beberapa saat setelah mendengar jawabannya.

“Ja, jadi, apa yang kau lakukan?”

So Yun kembali bungkam dan tiba-tiba beranjak dari duduknya. Hal tersebut tentu membuat Dong Wook terkejut hingga menatapnya yang masih berdiri dengan tenang.

“Aku pergi,” ujar So Yun tanpa mempedulikan dia yang hanya bisa terpaku.

Dong Wook hanya menghela napas pelan melihat kepergiaan So Yun yang sudah menyeberang jalan dengan santai. Dia terdiam di antara keramaian jalan raya dan memperhatikan setiap langkah So Yun dari dalam kafe.

“Aku hanya tidak ingin kau di perlakukan seperti itu lagi,” ucap Dong Wook pelan.

Kau hanya penyanyi bar. Itu berarti aku berhak memperlakukanmu sama seperti gadis lainnya. Bersenang-senanglah denganku, aku akan membayarmu lebih dari yang lain…

Besok datanglah ke sini. Aku akan memberikanmu pekerjaan…

“So Yun~ssi?”

So Yun tersentak dari lamunannya ketika seseorang tiba-tiba mengejutkan denganmenepuk pundaknya.

“Hei, ada apa denganmu? Kau tampak terkejut,” tanya pria dengan badan berisi setelah So Yun berbalik menatapnya.

So Yun hanya tersenyum tipis dan berusaha menyembunyikan rasa terkejutnya. Di leher Sang Pria tergantung tanda pengenal bertuliskan “Kang Ji Seok”. Dan dia tak lain adalah atasan So Yun di Studio Brave Media.

“Tidak apa-apa,” sahutSo Yun datar.

“Oh, aku lupa. Hari ini Eun Byul dan Yoo Seung yang di jam sore tidak masuk. Besok juga Eun Byul tidak bisa masuk bersama Boram yang di jam siang. Kelihatannya akhir pekan ini kau dapat jatah libur panjang,” jelas Ji Seok yang kemudian menyeruput kopinya.

“Eun Byul tidak masuk? Apa dia sakit?”

“Tidak. Dia ada acara bersama keluarganya. Kalau mau, kau bisa pulang sekarang,” kata Ji Seok penuh semangat.

“Oh, baiklah. Kalau begitu, aku pulang,” sahut So Yun dan beranjak dari duduknya.

“So Yun?” tegur Ji Seok ketika So Yun akan keluar dari ruangannya.

So Yun menghentikan langkahnya dan berbalik menatap datar padaJi Seok.

“Cobalah untuk berlibur, kau tampak tidak bersemangat beberapa hari ini,” kata Ji Seok sambil tersenyum riang.

So Yun mengerjap sebelum kemudian keluar tanpa sepatah katapun. Reaksi karyawan kebanggaannya tersebut tentu hanya bisa membuat Ji Seok menggeleng sembari tersenyum geli.

 

[1] Hyeon Si Pita Suara Bernyanyi

[2] Hei!

Terpopuler

Comments

Arna AMPM

Arna AMPM

masih blm paham nama2 x, visual....

2020-08-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!