11. Khawatir

"Mau maling ceritanya Bang?" kata Zidan sebelum menghempaskan kedua tangan maling tersebut dan meninju salah satunya. Menjadi awal terjadinya perkelahian dua lawan satu tersebut.

Zidan awalnya masih bisa melawan, namun saat Zidan melawan yang satu, satu yang lain mengeluarkan pisau dan saat Zidan lengah menggoreskan pisau itu pada lengan Zidan.

"Awsh..." Zidan meringis merasakan perih akibat goresan pisau tersebut. Namun, ia tak berhenti hanya karena itu. Ia dengan cepat bisa menampis tangan maling yang memegang pisau dengan kakinya hingga pisau itu terlempar dan lepas dari tangan maling tersebut.

Warga yang mendengar keributan dari area pojok pasar berbondong-bondong menghampiri, dan mendapati dua orang yang berpenampilan seperti preman dan seorang remaja laki-laki tengah berkelahi.

Saat melihat segerombolan orang menghampiri, kedua maling itu langsung lari terburu-buru sebelum diamuk masa.

"Masnya nggapapa?" tanya salah seorang warga.

Zidan menggeleng sembari mengusap lengannya yang berdarah. Zidan diberi minum dan dipersilahkan duduk untuk menunggu pemilik toko yang akan datang. Salah seorang warga sedang memanggilnya di rumah yang tak jauh dari pasar.

Tak lama kemudian terlihat seorang pria paruh baya yang tengah berjalan dengan terburu-buru, sepertinya itu pemilik toko.

"Bagaimana Pak? Mana malingnya?" tanya pria paruh baya tersebut.

"Malingnya berhasil kabur, tapi Alhamdulillah ada mas ini yang mergokin malingnya waktu mau buka toko Pak Haji," jawab salah seorang warga dengan menunjuk Zidan. Orang yang dipanggil Pak Haji itu mengalihkan pandangannya pada Zidan, dan Zidan hanya tersenyum ramah menanggapinya.

"Terima kasih banyak Nak." Zidan membalasnya dengan anggukan kepala dan tersenyum.

"Kami permisi dulu Pak Haji," pamit warga yang dibalas anggukan kepala dan ucapan terima kasih dari Pak Haji.

"Astaghfirulloh! Nak tangannya," ucap pemilik toko saat melihat darah mengalir di sekitar jemari tangan Zidan. Zidan melihat tangannya kemudian mendengus, darahnya kenapa harus mengalir jadinya kan kelihatan. Niat awal tidak ingin orang lain tau luka dibalik jaket hitam itu gagal, darahnya keluar sampai telapak tangan padahal lukanya tidak parah.

"Nggapapa Pak. Saya udah biasa," jawab Zidan jujur, memang sering ia terluka kecil seperti ini mengingat dirinya yang anggota dari Atlansa.

"Ke rumah sakit saja Nak, takut lukanya dalam, nanti saya yang bayar, " tawar Pak Haji lagi.

"Ngga usah Pak, terima kasih. Ini luka kecil, Bapak tidak perlu khawatir," jawab Zidan ramah.

°°°°°

Zidan membuka pintu kontrakan saat jam di ponselnya menunjukkan pukul sembilan malam. Hal yang pertama ia dapati adalah Zia yang tertidur dalam posisi duduk di meja makan. Zidan tanpa sadar tersenyum, tangannya menyingkap rambut yang menutupi wajah Zia. Entah Zia yang tidak benar benar tidur atau memang tindakan Zidan mengganggu tidurnya. Perempuan itu menggerakkan kepalanya dan menegakkannya dengan mata yang menyipit.

"Sorry gue ganggu tidur lo," ucap Zidan saat Zia menatapnya.

Zia menggelengkan kepalanya cepat, ia memang sengaja menunggu Zidan pulang. Setidaknya itu yang pernah ia lihat saat di rumah dulu, mamanya menunggu papa pulang di ruang keluarga, baru mereka akan makan malam atau langsung masuk kamar saat papa sudah pulang.

"Zia nungguin Zidan. Zidan ngga laper?" tanya Zia karena dirinya sudah lapar, sedari sampai di kontrakan ini sampai sekarang ia belum makan sama sekali. Terakhir kali ia makan sebelum datang ke kontrakan, tepatnya saat jam makan siang di rumah Zidan.

"Gue laper juga, kenapa lo ngga makan duluan aja tadi?" tanya Zidan sembari duduk disamping Zia.

Zia menggelengkan kepalanya, "Zia bikin mie dulu ya, soalnya belum ada bahan makanan yang lain," ucapnya kemudian bangkit menuju dapur.

Setelah kepergian Zia, Zidan memutuskan untuk mandi sembari menunggu Zia memasak mie.

Beberapa menit kemudian, Zidan sudah selesai mandi, saat keluar dari kamar mandi ia melihat Zia yang sedang duduk di kursi dengan kaki yang mengayun-ayun dan sibuk bermain ponsel. Zidan juga melihat dua mangkok mie kuah di meja makan.

Zidan menaruh handuk terlebih dahulu di kamar, kemudian kembali ke meja makan dengan rambut yang masih basah.

"Udah dulu main hp nya, makan!" perintah Zidan sembari menarik mangkok mie ke hadapannya. Zia menaruh ponselnya dan mulai makan bersama Zidan. Sikap Zia sedari tadi membuat Zidan merasa dihargai sebagai suami.

Ini pertama kali mereka makan hanya berdua, rasanya masih sedikit canggung dan dihiasi keheningan.

"Gue udah dapet kerjaan, jadi kuli angkut di pasar deket dari sini. Walaupun sedikit tapi lumayanlah buat penghasilan tambahan," ucap Zidan ditengah mereka makan mie.

"Gue mulai kerja dari jam dua pagi sampe jam subuh," tambah Zidan.

Zia sedikit melebarkan matanya saat mendengar pekerjaan baru Zidan, rasanya tidak adil saat dia tertidur malah Zidan harus bekerja keras demi kehidupannya.

"Zidan enggapapa kerja jam segitu? nanti di sekolah ngantuk gimana?" tanya Zia terdengar khawatir.

Zidan menggelengkan kepalanya, "Gue nggapapa. Udah biasa juga ngga tidur."

"Mulai kapan Zidan kerjanya?"

"Disuruhnya lusa, nunggu lukanya agak sembuh dulu," ucap Zidan mengangkat tangan kirinya yang terluka. Tadi setelah menolong Pak Haji dari maling, Pak Haji memberinya pekerjaan di toko sebagai kuli angkut beras dan sembako saat ia menanyakan tujuan Zidan ke pasar malam-malam guna mencari pekerjaan.

Zia membelakkan matanya melihat luka gores di lengan Zidan. "Kok ngga bilang dari tadi ada luka. Itu kenapa bisa gitu? Kenapa belum diobatin juga," omel Zia kemudian beranjak dari duduknya dengan tergesa-gesa.

"Mau kemana?" tanya Zidan saat Zia meninggalkan meja makan. Tak mendapat jawaban sampai tubuh mungil itu masuk ke kamar dan keluar kembali membawa kotak P3K yang Zidan bawa dari kamar lamanya. Zidan seperti sudah tau jika dirinya tidak bisa terhindar dari luka-luka kecil seperti ini.

Zia dengan mata yang sudah mengembun kembali duduk di kursinya dan mulai mengobati lengan Zidan, memang tidak besar lukanya, tapi Zia takut lukanya infeksi karena tidak segera diobati.

"Kenapa malah nangis?" tanya Zidan saat melihat setetes air mata jatuh di pipi Zia. Zia segera mengusapnya sebelum menggelengkan kepala.

Zidan terus memperhatikan Zia yang mengobati lukanya dengan sangat perlahan, bahkan tangannya sedikit bergetar. Entah itu karena takut darah atau karena khawatir. Tapi kalau takut darah, lukanya kan sudah tidak berdarah, ia sudah membersihkannya saat mandi dan yang tersisa hanya sedikit darah di sekitar luka.

"Lo khawatirin gue?" tanya Zidan yang dijawab anggukan oleh Zia, ia memang selalu jujur.

"Zia takut Zidan kenapa napa. Zia sekarang cuma punya Zidan," ucap Zia dengan rasa sesak di dadanya. Orangtua serta kakaknya seperti sudah tidak menganggapnya, jika bukan dengan Zidan, dengan siapa lagi ia berlindung sekarang.

"Gue nggapapa Zia."

Zidan menceritakan bagaimana saat dia mencari pekerjaan dari toko satu ke toko lainnya, saat dia berkelahi dengan maling, dan saat dia diberi pekerjaan oleh Pak Haji sebagai tanda terima kasih karena telah menggagalkan maling yang akan mencuri di tokonya. Zidan juga mengungkapkan bahwa itu bukan satu-satunya pekerjaannya, ia masih akan mencari pekerjaan yang bisa dikerjakan sepulang sekolah.

°°°°

"Si Jidan ngga ikut kumpul lagi nih? " tanya Dyu. Saat ini Galen, Zio, dan Dyu sedang berada di basecamp. Rencananya malam ini mereka akan ke rumah sakit dimana Langit berada sekarang sesuai dengan lacakan Zio.

"Zidan ngga boleh keluar malem dulu sama bokapnya karena masalah mabuk waktu itu," jawab Galen mencoba menutupi fakta yang sesungguhnya.

"Lah masih berlanjut ternyata. Kirain udah digebugin ya udah selesai," celetuk Dyu dengan kekehannya.

'Iya masih berlanjut seumur hidup Zidan malah' ucap Galen dalam hati.

"Udah ayo berangkat sekarang aja, takutnya kemaleman sampe sananya," kata Zio.

Zio masih enggan membahas apapun tentang Zidan. Cowok bre**sek yang menghancurkan masa depan adik kesayangannya.

Galen menyetujui karena takutnya juga Langit kenapa-napa sampai harus di rumah sakit segala.

°°°°

... Happy Reading ✨♥...

...Kalau suka boleh dong aku minta like nya 👍...

...Kalau mau kasih komentar juga boleh...

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Lah adek lo juga sok polos,tapi saat di polosin mau2 aja gak berontak..malah dia yg lebih agresif..🙄🙄🙄

2024-02-08

0

Sifni Fitni

Sifni Fitni

zio , zidan mah gk tau apa" jngn d marahin truss dong . kn udh tnggung jawab

2023-02-09

1

Aisyah

Aisyah

sedik pas Zia bilng ndk punya so2,smngat thor

2022-10-03

3

lihat semua
Episodes
1 1. Truth or Dare
2 2. Hari Itu(1)
3 3. Hari itu(2)
4 4. Tanggung Jawab?
5 5. UKS
6 6. Zio Pulang
7 7. Nikah?
8 8. Sah
9 9. Kamar Zidan
10 10. Awal Baru
11 11. Khawatir
12 12. Putus
13 13. Upah Pertama
14 14. Ayra Berubah
15 15. Mual
16 16. Minggu dengan Sahabat
17 17. Omellet Lagii
18 18. Kita mau punya ponakan?
19 19. Negatif
20 20. Keanehan Cewek Cupu
21 21. Asing
22 22. Beneran Hamil
23 23. Basecamp Atlansa
24 24. Lo punya Adik, Gue punya Anak
25 25. Kedatangan Bunda dan Mama
26 26. Panik
27 Aksi Atlansa
28 Rumah Sakit
29 Dea
30 Mie Instan
31 Capek
32 Rezekinya Dia
33 Lebih Baik
34 34. Zidan dan Ayra?
35 35. Tak Ingin Usai
36 36. Dea Lagi
37 37. Langit
38 38. Kedondong
39 39. Rumah Sakit
40 40. Kembar
41 41. Makan Pizza
42 42. Ulah Janu
43 43. Zia Overthinking
44 44. Taman Bermain
45 45. Fakta Baru Tentang Ayra
46 46. Siapa pelakunya?
47 47. Kacau
48 48. Basecamp
49 49. Klarifikasi
50 50. Bakso Harga Lima Juta
51 51. Dikeluarkan atau Tidak?
52 52. Karena Istri Pemilik Sekolah
53 53. Keguguran?
54 54. Vanishing Twin Syndrome
55 55. Mulai Ada Rasa
56 56. Bersama Arin
57 57. Belajar Ciuman
58 58. Tanggung
59 59. Baby Cegukan
60 60. Yang Paling Berkuasa
61 Pengumuman (Bukan Update)
62 61. Sup Ala Zia
63 62. Terbongkar?
64 63. Kecemasan Zia
65 64. Kembali Bersama
66 65. Kangen Mama Papa
67 66. Anak Kita
68 67. Kembalinya Aset Zidan
69 68. Rumah Zidan (Lagi)
70 69. Perhatian dari Mertua
71 70. Om Om Hidung Belang
72 71. Rambutan Botak
73 72. Cinta atau Tanggungjawab?
74 73. Gagal Lagi
75 74. Kumpul Santuy
76 75. I LOVE YOU
77 76. Ceramah Bunda Dian
78 77. Akhirnya
79 78. Nasi Padang
80 79. Petunjuk Baru
81 80. Prenatal Yoga Couple
82 81. Pencarian
83 82. Bu Intan
84 83. Penghianat
85 84. Kehidupan Bu Intan
86 85. Rencana Ke Puncak
87 86. On The Way
88 87. Ayra hamil?
89 88. Waktu Cowok
90 89. Menikmati Malam Di Puncak
91 90. Keinginan Zia
92 91. Tujuh Bulanan
93 92. Ketemu Baby Zira
94 93. Bersama Mama
95 94. Dari Hati ke Hati
96 95. Di Kantor Ayah Dimas
97 96. Mbak-Mbak Genit
98 97. Di Tempat Yoga
99 98. Sebentar Lagi
100 99. Satu Komplek?
101 101. Ucapan Pak Ervan
102 101. Sesama Bumil Remaja
103 102. Serangan Di Sekolah
104 103. Pasca Penyerangan
105 104. Perhatian Istri
106 105. Kasus Baru Lagi
107 106. Cemburu
108 107. Pernah
109 108. Melaporkan Tuan Willy
110 109. Belajar Mengurus Bayi
111 110. Masih Bersama Baby Zira
112 111. Apakah....
113 112. Amukan Sang Mertua
114 113. Posisi Kepala Bayi
115 114. Titik Terang
116 115. Kontraksi Palsu
117 116. Kontraksi Awal
118 117. Bukaan 4
119 118. Masih Bukaan 8
120 119. Persalinan
121 120. Skin To Skin
122 121. Papa Riyan
123 122. 38 Hari Lagi
124 123. Ditemani Ayra
125 124. Lelahnya Menjadi Orangtua Baru
126 125. Papa Nggak Tau
127 126. Rencana Sekolah Lagi
128 127. Hari Pertama Ulangan
129 128. Setelah 42 Hari
130 129. First Day School
131 130. Pengagum Bapak Anak Satu
132 131. Meminta Belajar Bela Diri
133 132. Pasar Malam
134 133. Permintaan Maaf Papa Riyan
135 134. Wisata Keluarga
136 135. Tamat
Episodes

Updated 136 Episodes

1
1. Truth or Dare
2
2. Hari Itu(1)
3
3. Hari itu(2)
4
4. Tanggung Jawab?
5
5. UKS
6
6. Zio Pulang
7
7. Nikah?
8
8. Sah
9
9. Kamar Zidan
10
10. Awal Baru
11
11. Khawatir
12
12. Putus
13
13. Upah Pertama
14
14. Ayra Berubah
15
15. Mual
16
16. Minggu dengan Sahabat
17
17. Omellet Lagii
18
18. Kita mau punya ponakan?
19
19. Negatif
20
20. Keanehan Cewek Cupu
21
21. Asing
22
22. Beneran Hamil
23
23. Basecamp Atlansa
24
24. Lo punya Adik, Gue punya Anak
25
25. Kedatangan Bunda dan Mama
26
26. Panik
27
Aksi Atlansa
28
Rumah Sakit
29
Dea
30
Mie Instan
31
Capek
32
Rezekinya Dia
33
Lebih Baik
34
34. Zidan dan Ayra?
35
35. Tak Ingin Usai
36
36. Dea Lagi
37
37. Langit
38
38. Kedondong
39
39. Rumah Sakit
40
40. Kembar
41
41. Makan Pizza
42
42. Ulah Janu
43
43. Zia Overthinking
44
44. Taman Bermain
45
45. Fakta Baru Tentang Ayra
46
46. Siapa pelakunya?
47
47. Kacau
48
48. Basecamp
49
49. Klarifikasi
50
50. Bakso Harga Lima Juta
51
51. Dikeluarkan atau Tidak?
52
52. Karena Istri Pemilik Sekolah
53
53. Keguguran?
54
54. Vanishing Twin Syndrome
55
55. Mulai Ada Rasa
56
56. Bersama Arin
57
57. Belajar Ciuman
58
58. Tanggung
59
59. Baby Cegukan
60
60. Yang Paling Berkuasa
61
Pengumuman (Bukan Update)
62
61. Sup Ala Zia
63
62. Terbongkar?
64
63. Kecemasan Zia
65
64. Kembali Bersama
66
65. Kangen Mama Papa
67
66. Anak Kita
68
67. Kembalinya Aset Zidan
69
68. Rumah Zidan (Lagi)
70
69. Perhatian dari Mertua
71
70. Om Om Hidung Belang
72
71. Rambutan Botak
73
72. Cinta atau Tanggungjawab?
74
73. Gagal Lagi
75
74. Kumpul Santuy
76
75. I LOVE YOU
77
76. Ceramah Bunda Dian
78
77. Akhirnya
79
78. Nasi Padang
80
79. Petunjuk Baru
81
80. Prenatal Yoga Couple
82
81. Pencarian
83
82. Bu Intan
84
83. Penghianat
85
84. Kehidupan Bu Intan
86
85. Rencana Ke Puncak
87
86. On The Way
88
87. Ayra hamil?
89
88. Waktu Cowok
90
89. Menikmati Malam Di Puncak
91
90. Keinginan Zia
92
91. Tujuh Bulanan
93
92. Ketemu Baby Zira
94
93. Bersama Mama
95
94. Dari Hati ke Hati
96
95. Di Kantor Ayah Dimas
97
96. Mbak-Mbak Genit
98
97. Di Tempat Yoga
99
98. Sebentar Lagi
100
99. Satu Komplek?
101
101. Ucapan Pak Ervan
102
101. Sesama Bumil Remaja
103
102. Serangan Di Sekolah
104
103. Pasca Penyerangan
105
104. Perhatian Istri
106
105. Kasus Baru Lagi
107
106. Cemburu
108
107. Pernah
109
108. Melaporkan Tuan Willy
110
109. Belajar Mengurus Bayi
111
110. Masih Bersama Baby Zira
112
111. Apakah....
113
112. Amukan Sang Mertua
114
113. Posisi Kepala Bayi
115
114. Titik Terang
116
115. Kontraksi Palsu
117
116. Kontraksi Awal
118
117. Bukaan 4
119
118. Masih Bukaan 8
120
119. Persalinan
121
120. Skin To Skin
122
121. Papa Riyan
123
122. 38 Hari Lagi
124
123. Ditemani Ayra
125
124. Lelahnya Menjadi Orangtua Baru
126
125. Papa Nggak Tau
127
126. Rencana Sekolah Lagi
128
127. Hari Pertama Ulangan
129
128. Setelah 42 Hari
130
129. First Day School
131
130. Pengagum Bapak Anak Satu
132
131. Meminta Belajar Bela Diri
133
132. Pasar Malam
134
133. Permintaan Maaf Papa Riyan
135
134. Wisata Keluarga
136
135. Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!