9. Kamar Zidan

Zia tidak pernah perpikir akan seperti ini takdirnya, setelah diusir dari rumah oleh ayahnya sendiri, kini ia dan Zidan hanya mempunyai waktu satu hari untuk untuk mengemasi barang barang mereka.

Baik orangtua Zidan maupun Zia tidak ada yang memperbolehkan mereka tinggal di rumahnya. Jika orangtua Zia karena marah, tidak dengan orangtua Zidan, mereka hanya memberi hukuman atas tindakan mereka, agar mereka tau konsekuensinya.

Kini Zia berada di rumah Zidan, untuk malam ini Bunda Dian yang memohon pada sang suami agar mengizinkan Zidan dan Zia tinggal di rumahnya sementara.

"Papa cabut semua fasilitas kamu kecuali handpone dan motor," ucap Dimas yang hanya diangguki oleh Zidan. Kini mereka berempat sedang duduk di ruang keluarga setelah pulang dari rumah Zia. Pernikahan mereka memang dilaksanakan di rumah Zia.

"Mulai besok keluar dari rumah ini!, cari uang sendiri buat nafkahin istri kamu, untuk biaya sekolah masih papa tanggung," lanjut Dimas kemudian menghela napasnya, sebenarnya berat melepas anak remajanya itu, yang ia tau masih butuh dan bergantung pada kedua orangtuanya.

"Iya Yah, Zidan mau beresin barang dulu." Zidan berdiri dan beranjak menuju kamarnya, Zia mengikutinya atas perintah Bunda Dian.

"Ayah yakin mau ngebiarin mereka di luar sana gitu aja? Mereka belum siap Yah," tanya bunda Dian saat putra dan menantunya sudah memasuki kamar.

Ayah Dimas hanya diam, dirinya juga sebenarnya ragu. Tanpa menjawab, ia beranjak meninggalkan istrinya yang sudah kembali menangis. Sebenarnya tangisan istrinya kelemahan terbesarnya, jika ia terlalu lama disini bisa-bisa ia memengaruhi keputusannya.

Di kamar Zidan, Zia hanya duduk di sofa memperhatikan Zidan yang sibuk mengemasi barang-barangnya. Zia sudah mandi atas perintah Zidan saat perempuan itu memasuki kamarnya. Dia bosan sekarang, saat ia menawarkan bantuan, Zidan menolaknya dan menyuruhnya duduk diam.

"Barang lo udah diberesin?" tanya Zidan sembari menutup kopernya.

"Belum, kata Kak Zio besok dianterin ke sini," jawabnya, Zidan menganggukkan kepalanya sembari tubuhnya ia hempaskan ke atas tempat tidur. Helaan napasnya menandakan hari ini ia begitu lelah, baik lelah fisik maupun hati.

Zidan terdiam memandang langit-langit kamarnya, pikirannya sekarang sangat kacau dan bingung, harus ia bawa kemana perempuan yang sudah menjadi istrinya itu, harus bekerja sebagai apa agar bisa membiayai hidupnya dan Zia, dan harus seperti apa dia bersikap pada Zia.

"Zidan." Panggilan dari Zia membuyarkan lamunannya dan membawa tubuhnya kembali duduk di tepi tempat tidur.

"Hm?" Zidan menaikan alisnya dan menatap Zia yang terlihat gugup.

"Zia punya uang tabungan kok, bisa dipake buat sementara dulu, tapi..." ucap Zia ragu-ragu, ia tidak yakin uangnya cukup banyak.

"Tapi apa?"

"Cuma sedikit," jawab Zia tidak mengubah cara bicaranya, masih ragu dan sedikit gugup setiap ia berbicara dengan Zidan.

"Nggapapa, semoga cukup sampe gue dapet kerjaan. ATM gue disita, gue cuma ada beberapa di dompet," ujar Zidan menunjuk dompetnya di meja nakas.

"Kalo besok tinggalnya di kontrakan dulu nggapapa?" tanya Zidan sedikit meringis tidak enak membawa anak perempuan kesayangan keluarga orang kaya hidup susah.

"Nggapapa," jawab Zia menggelengkan kepalanya.

"Kecil?"

"Nggapapa."

"Pengap?"

"Nggapapa, Zidan."Zia menggigit bibir bawahnya, ia sebenarnya ragu, namun ia harus bisa hidup seadanya dan mencoba memahami keadaan yang sekarang. Ia bukan lagi anak kesayangan papa dan mamanya, ia bukan lagi adik kesayangan kakaknya, ia sekarang hanya istri dari lelaki yang sedang menatapnya teduh.

Zidan terdiam, semua jawaban Zia sedikit memberinya rasa tenang, setidaknya Zia mau dan tidak keberatan dia ajak hidup seadanya nanti.

"Udah ada kontrakannya?" tanya Zia.

"Belum hehe.. Besok gue nyari," jawab Zidan, tanganya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Zia ikut," kata Zia dengan tatapan memohon.

"Engga. Lo di sini dulu, besok pagi gue nyari sendiri, siangnya gue jemput lo lagi kalo udah nemu yang cocok." Perkataan Zidan membuat Zia menggembungkan pipinya kecewa, tidak bisa ikut mencari kontrakan untuk mereka, namun ia juga tidak ingin merepotkan Zidan jika membawanya mencari kontrakan.

"Besok Zia masih boleh disini?" tanya Zia lirih, dia takut diusir saat Zidan pergi.

"Ayah sama Bunda gue ngga sejahat itu." Zidan berusaha menenangkan Zia.

Zidan berjalan menuju kamar mandi, ingin membersihkan diri dengan air dingin, badannya sudah lengket dan tidak nyaman. "Lo tidur duluan kalo ngantuk, di kasur, jangan di sofa."

Zia mengangguk, memilih merebahkan tubuh mungilnya di kasur milik Zidan. Kasur yang sama empuknya dengan karusnya di rumah, ia akan menikmati kenyamanan kasur itu sebelum besok ia tidur di kasur yang apa adanya.

Zidan keluar dari kamar mandi dan mendapati Zia yang sudah tertidur meringkuk tanpa selimut, kakinya melangkah mendekati Zia dan menyelimuti tubuh itu dengan perlahan , tak ingin mengganggu tidur sang istri.

Masih aneh rasanya saat mengatakan Zia adalah istrinya, terlalu mengejutkan. Dulu ia mengenal perempuan di depannya ini sebagai gadis yang manja dan sebagai adik dari sahabatnya. Sekarang, Zia sudah menjadi istrinya, tanggungjawabnya, dan mungkin masa depannya nanti.

Setelah puas memandangi wajah imut itu, Zidan memilih mengecek ponsel yang sudah sehari ini tidak ia buka sama sekali.

Matanya membulat saat melihat banyak panggilan tak terjawab dari Ayra dan spam chat yang mengatakan gadis itu tadi dari rumahnya.

Helaan napasnya semakin berat, ia sudah bertekat akan melepaskan gadis itu secara baik baik. Tidak ingin membuat gadisnya bertambah sakit hati. Namun, ia belum akan jujur tentang statusnya sekarang, ia harus mrndiskusikan semuanya dengan Zia, istrinya.

Ayra ♥

Besok aku mau ketemu, pengin ngomong sesuatu.

^^^Jangan besok, lusa aja. Aku juga pengen ngomong sama kamu,^^^

^^^Aku bakal jelasin semuanya.^^^

Ayra ♥

Okey.

Di tempat biasa?

^^^Engga.^^^

^^^Besok aku kasih tau tempatnya.^^^

Ayra ♥

Iyaa, kamu enggapapa kan? Kamu besok berangkat sekolah?

^^^Engga, kamu tidur udah malem.^^^

Zidan meletakkan ponselnya kembali ke atas nakas, lalu membaringkan tubuhnya di samping Zia. Karena lelah, Zidan dalam sekejap sudah tertidur pulas.

°°°°

Ayra menatap layar ponselnya kemudian tersenyum getir, ia bertambah yakin ada yang Zidan sembuyikan darinya.

Zia juga merasa sedikit ganjil dan merasa ada yang berbeda dari sikap sahabat sahabatnya, terutama Zia. Seolah ada hal yang tidak boleh ia tau, Ayra tidak bodoh. Ia tau walau mereka berusaha menyembunyikannya, ia memahami gerak gerik tubuh seseorang dengan sangat mudah, sesuai dengan cita-citanya menjadi seorang psikolog.

Saat ia tengah sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba terdengar notif pesan dari ponselnya. Zia menautkan kedua alisnya saat ada pesan berupa foto dari nomor yang tak ia kenal.

Deg!

°°°°

Hallo semuanya!!

Terima kasih yang sudah baca, kalau boleh minta likenya hehe... .

♥♥♥

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Aku suka sikap tegasnya Zidan, Berarti dia g main' dgn pernikahannya, Walaupun pacaran udah 2 tahun,padti susah utk mive on,Biasanya si cowok tetap akan melanjutkan pacarannya,Dia akan mulai buka hati utk isteri saat kepergok ceweknya selingkuhin dia,Biasa gitu alurnya dnovel2 yg udah aku baca,.

2024-02-07

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Gak kejam2 amat tuh menurut ku,Fi novel yg pernah ku baca,tapi lupa judulnya apa,Ortu cowok ngusir tanpa satu apa pun yg di bawa keluar dr rumah,Cuman hp doang,meteka skolah dan kemana2 tuh jln kaki,si cowok kerja part time ngejaga patkiran,dan si ceweknya jualan air kopi.. nyesek aku baca novel itu,Penuh perjuangan mereka..

2024-02-07

0

Mei Lin

Mei Lin

sy curiga langit ada dibalik itu dengan othor tentu nya🤭🤭

2022-10-02

1

lihat semua
Episodes
1 1. Truth or Dare
2 2. Hari Itu(1)
3 3. Hari itu(2)
4 4. Tanggung Jawab?
5 5. UKS
6 6. Zio Pulang
7 7. Nikah?
8 8. Sah
9 9. Kamar Zidan
10 10. Awal Baru
11 11. Khawatir
12 12. Putus
13 13. Upah Pertama
14 14. Ayra Berubah
15 15. Mual
16 16. Minggu dengan Sahabat
17 17. Omellet Lagii
18 18. Kita mau punya ponakan?
19 19. Negatif
20 20. Keanehan Cewek Cupu
21 21. Asing
22 22. Beneran Hamil
23 23. Basecamp Atlansa
24 24. Lo punya Adik, Gue punya Anak
25 25. Kedatangan Bunda dan Mama
26 26. Panik
27 Aksi Atlansa
28 Rumah Sakit
29 Dea
30 Mie Instan
31 Capek
32 Rezekinya Dia
33 Lebih Baik
34 34. Zidan dan Ayra?
35 35. Tak Ingin Usai
36 36. Dea Lagi
37 37. Langit
38 38. Kedondong
39 39. Rumah Sakit
40 40. Kembar
41 41. Makan Pizza
42 42. Ulah Janu
43 43. Zia Overthinking
44 44. Taman Bermain
45 45. Fakta Baru Tentang Ayra
46 46. Siapa pelakunya?
47 47. Kacau
48 48. Basecamp
49 49. Klarifikasi
50 50. Bakso Harga Lima Juta
51 51. Dikeluarkan atau Tidak?
52 52. Karena Istri Pemilik Sekolah
53 53. Keguguran?
54 54. Vanishing Twin Syndrome
55 55. Mulai Ada Rasa
56 56. Bersama Arin
57 57. Belajar Ciuman
58 58. Tanggung
59 59. Baby Cegukan
60 60. Yang Paling Berkuasa
61 Pengumuman (Bukan Update)
62 61. Sup Ala Zia
63 62. Terbongkar?
64 63. Kecemasan Zia
65 64. Kembali Bersama
66 65. Kangen Mama Papa
67 66. Anak Kita
68 67. Kembalinya Aset Zidan
69 68. Rumah Zidan (Lagi)
70 69. Perhatian dari Mertua
71 70. Om Om Hidung Belang
72 71. Rambutan Botak
73 72. Cinta atau Tanggungjawab?
74 73. Gagal Lagi
75 74. Kumpul Santuy
76 75. I LOVE YOU
77 76. Ceramah Bunda Dian
78 77. Akhirnya
79 78. Nasi Padang
80 79. Petunjuk Baru
81 80. Prenatal Yoga Couple
82 81. Pencarian
83 82. Bu Intan
84 83. Penghianat
85 84. Kehidupan Bu Intan
86 85. Rencana Ke Puncak
87 86. On The Way
88 87. Ayra hamil?
89 88. Waktu Cowok
90 89. Menikmati Malam Di Puncak
91 90. Keinginan Zia
92 91. Tujuh Bulanan
93 92. Ketemu Baby Zira
94 93. Bersama Mama
95 94. Dari Hati ke Hati
96 95. Di Kantor Ayah Dimas
97 96. Mbak-Mbak Genit
98 97. Di Tempat Yoga
99 98. Sebentar Lagi
100 99. Satu Komplek?
101 101. Ucapan Pak Ervan
102 101. Sesama Bumil Remaja
103 102. Serangan Di Sekolah
104 103. Pasca Penyerangan
105 104. Perhatian Istri
106 105. Kasus Baru Lagi
107 106. Cemburu
108 107. Pernah
109 108. Melaporkan Tuan Willy
110 109. Belajar Mengurus Bayi
111 110. Masih Bersama Baby Zira
112 111. Apakah....
113 112. Amukan Sang Mertua
114 113. Posisi Kepala Bayi
115 114. Titik Terang
116 115. Kontraksi Palsu
117 116. Kontraksi Awal
118 117. Bukaan 4
119 118. Masih Bukaan 8
120 119. Persalinan
121 120. Skin To Skin
122 121. Papa Riyan
123 122. 38 Hari Lagi
124 123. Ditemani Ayra
125 124. Lelahnya Menjadi Orangtua Baru
126 125. Papa Nggak Tau
127 126. Rencana Sekolah Lagi
128 127. Hari Pertama Ulangan
129 128. Setelah 42 Hari
130 129. First Day School
131 130. Pengagum Bapak Anak Satu
132 131. Meminta Belajar Bela Diri
133 132. Pasar Malam
134 133. Permintaan Maaf Papa Riyan
135 134. Wisata Keluarga
136 135. Tamat
Episodes

Updated 136 Episodes

1
1. Truth or Dare
2
2. Hari Itu(1)
3
3. Hari itu(2)
4
4. Tanggung Jawab?
5
5. UKS
6
6. Zio Pulang
7
7. Nikah?
8
8. Sah
9
9. Kamar Zidan
10
10. Awal Baru
11
11. Khawatir
12
12. Putus
13
13. Upah Pertama
14
14. Ayra Berubah
15
15. Mual
16
16. Minggu dengan Sahabat
17
17. Omellet Lagii
18
18. Kita mau punya ponakan?
19
19. Negatif
20
20. Keanehan Cewek Cupu
21
21. Asing
22
22. Beneran Hamil
23
23. Basecamp Atlansa
24
24. Lo punya Adik, Gue punya Anak
25
25. Kedatangan Bunda dan Mama
26
26. Panik
27
Aksi Atlansa
28
Rumah Sakit
29
Dea
30
Mie Instan
31
Capek
32
Rezekinya Dia
33
Lebih Baik
34
34. Zidan dan Ayra?
35
35. Tak Ingin Usai
36
36. Dea Lagi
37
37. Langit
38
38. Kedondong
39
39. Rumah Sakit
40
40. Kembar
41
41. Makan Pizza
42
42. Ulah Janu
43
43. Zia Overthinking
44
44. Taman Bermain
45
45. Fakta Baru Tentang Ayra
46
46. Siapa pelakunya?
47
47. Kacau
48
48. Basecamp
49
49. Klarifikasi
50
50. Bakso Harga Lima Juta
51
51. Dikeluarkan atau Tidak?
52
52. Karena Istri Pemilik Sekolah
53
53. Keguguran?
54
54. Vanishing Twin Syndrome
55
55. Mulai Ada Rasa
56
56. Bersama Arin
57
57. Belajar Ciuman
58
58. Tanggung
59
59. Baby Cegukan
60
60. Yang Paling Berkuasa
61
Pengumuman (Bukan Update)
62
61. Sup Ala Zia
63
62. Terbongkar?
64
63. Kecemasan Zia
65
64. Kembali Bersama
66
65. Kangen Mama Papa
67
66. Anak Kita
68
67. Kembalinya Aset Zidan
69
68. Rumah Zidan (Lagi)
70
69. Perhatian dari Mertua
71
70. Om Om Hidung Belang
72
71. Rambutan Botak
73
72. Cinta atau Tanggungjawab?
74
73. Gagal Lagi
75
74. Kumpul Santuy
76
75. I LOVE YOU
77
76. Ceramah Bunda Dian
78
77. Akhirnya
79
78. Nasi Padang
80
79. Petunjuk Baru
81
80. Prenatal Yoga Couple
82
81. Pencarian
83
82. Bu Intan
84
83. Penghianat
85
84. Kehidupan Bu Intan
86
85. Rencana Ke Puncak
87
86. On The Way
88
87. Ayra hamil?
89
88. Waktu Cowok
90
89. Menikmati Malam Di Puncak
91
90. Keinginan Zia
92
91. Tujuh Bulanan
93
92. Ketemu Baby Zira
94
93. Bersama Mama
95
94. Dari Hati ke Hati
96
95. Di Kantor Ayah Dimas
97
96. Mbak-Mbak Genit
98
97. Di Tempat Yoga
99
98. Sebentar Lagi
100
99. Satu Komplek?
101
101. Ucapan Pak Ervan
102
101. Sesama Bumil Remaja
103
102. Serangan Di Sekolah
104
103. Pasca Penyerangan
105
104. Perhatian Istri
106
105. Kasus Baru Lagi
107
106. Cemburu
108
107. Pernah
109
108. Melaporkan Tuan Willy
110
109. Belajar Mengurus Bayi
111
110. Masih Bersama Baby Zira
112
111. Apakah....
113
112. Amukan Sang Mertua
114
113. Posisi Kepala Bayi
115
114. Titik Terang
116
115. Kontraksi Palsu
117
116. Kontraksi Awal
118
117. Bukaan 4
119
118. Masih Bukaan 8
120
119. Persalinan
121
120. Skin To Skin
122
121. Papa Riyan
123
122. 38 Hari Lagi
124
123. Ditemani Ayra
125
124. Lelahnya Menjadi Orangtua Baru
126
125. Papa Nggak Tau
127
126. Rencana Sekolah Lagi
128
127. Hari Pertama Ulangan
129
128. Setelah 42 Hari
130
129. First Day School
131
130. Pengagum Bapak Anak Satu
132
131. Meminta Belajar Bela Diri
133
132. Pasar Malam
134
133. Permintaan Maaf Papa Riyan
135
134. Wisata Keluarga
136
135. Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!