16. Minggu dengan Sahabat

Siang harinya kontrakan kecil Zidan dan Zia kedatangan Galen dan Keyna, mereka membawa Arin. Zio saat ini juga belum berniat pulang, ia masih ingin melepas rindu dengan adiknya yang sudah dua minggu ia acuhkan.

"Sakit apa Zi?" tanya Keyna saat mereka sedang duduk bersila di atas kasur dengan Arin di tengah-tengah mereka. Sedangkan para cowok duduk di ruang tengah.

"Mual sama muntah muntah tadi pagi, tapi sekarang udah ngga lagi," jawab Zia yang sedang mengamati Arin yang tengah menyusu dengan dotnya.

"Tapi sekarang Zia kaya kembung gitu rasanya, kayanya Zia masuk angin deh " lanjut Zia menepuk nepuk perutnya yang terasa kembung dan begah.

Keyna mengangguk, tapi pikirannya malah memikirkan kemungkinan yang sedari tadi coba ia tepis.

"Zia udah dateng bulan?" tanya Keyna yang dijawab gelengan kepala oleh Zia.

"Belum. Harusnya beberapa hari lagi," jawab Zia setelah melihat kalender menstruasinya di ponsel.

Keyna menghela napas lega, ia takut kalau Zia hamil. Apalagi ekonominya sekarang belum begitu baik.

"Dede...dede.. " Arin menunjuk perut Zia dengan berguman kata dede berkali kali.

"Ngga ada dedenya sayang," ucap Keyna dengan tangan yang mengelus rambut Arin.

Arin menggeleng kuat hingga rambutnya menyabet wajahnya sendiri, "Nda mama, ada dedena," ujar Arin kemudian.

Keyna hanya tersenyum menanggapi, mungkin Arin mengira Zia seperti tetangganya yang sedang hamil, Arin yang usianya hampir dua tahun itu memang sedang suka sukanya mengoceh.

"Arin mau dede ya?" tanya Zia dengan nada seperti anak kecil. Arin mengangguk lucu dan dengan gemas Zia mencubit ringan pipi Arin.

"Kode tuh Key, minta dibuatin adik," canda Zio yang kebetulan lewat setelah mengambil termos air dari dapur.

Keyna malah tersenyum paksa, mana mungkin ia memberikan Arin adik kalau dirinya saja masih sekolah.

"Adiknya nanti yah, tunggu Arin besar. Kalo udah sekolah nanti boleh minta adik," ucap Keyna saat Arin malah jadi merengek minta adik.

Di ruang tengah para cowok sedang menikmati kopi yang baru saja diseduh, Zidan membeli kopi sachet di warung dekat kontrakan tadi. Sambil menikmati kopi mereka mengobrol, bukan mengobrol lebih ke diskusi.

"Menurut gue emang ada yang sengaja ngejebak lo Dan," ucap Galen setelah Zidan bercerita awal mula kejadian waktu itu.

"Ngga mungkin juga kan kalo ngga ada yang ngejebak bisa bisanya kita dikasih minuman yang sama tapi cuma Zidan doang yang mabuk," ujar Zio menyetujui perkataan Galen.

"Gue udah mikir itu dari lama, cuma belum ada waktu buat nyelidikinnya." ungkap Zidan yang memang sudah curiga dari lama, namun mencari uang untuk sekarang lebih penting darioada mencari pelaku kajadian itu.

"Kita aja yang nyelidikin, lo fokus aja nyari duit sama jagain adek gue," ucap Zio yang perlahan mulai bisa menerima Zidan sebagai adik iparnya, malihat cara Zidan memperlakukan Zia sudah cukup membuat Zio yakin bahwa Zidan tidak akan menyakiti adiknya, mungkin.

Zidan menggelengkan kepala, "gue tetep mau bantu kalian."

"Kapan? Lo jam dua pagi aja udah berangkat kerja, pulang sekolah juga langsung kerja sampe malem." kata Galen menimpali ucapan Zidan. Zidan hanya terdiam, memang ia tidak ada waktu.

"Yaudah thanks kalo kalian mau bantu, kasih tau gue setiap perkembangannya ya." Zidan menyerahkan penyelidikan ini pada para sahabatnya.

"Pasti." Galen berucap sambil menepuk bahu Zidan.

"Langkah pertama kita harus cek CCTV gedung yang kemaren dipake buat pesta Sherena, walaupun kemungkinan besar pasti udah dihapus sama pelakunya, tapi kita punya Zio yang bisa diandelin untuk itu. Lo bisa kan Zi?" Galen seperti biasa akan menjadi serius jika sedang menyusun strategi.

"Gue usahain nanti," ucap Zio.

"Ada yang inget wajah pelayan yang masih minum ngga?" tanya Galen lagi.

"Rada rada lupa si," ringis Zio yang diangguki Zidan. "Coba Keyna. Dia kan paling jeli diantara kita semua," saran Zio.

Obrolan mereka terhenti ketika melihat Zia dan Keyna berjalan keluar kamar, dengan Arin yang berlari dan berhambur ke pangkuan Galen.

"Alin mau punya dede Pa," ucap Arin yang dengan nada memberitahu bukan sedang meminta.

"Iya nanti yaa," ujar Galen yang memandang Keyna yang sudah cemberut. Keyna heran kenapa Arin terus membahas tentang 'dede' sedari tadi.

Yang lain malah terus menggoda Keyna karena perkataan Arin.

"Oiya Key, lo inget wajah pelayan yang masih kita minum waktu di pesta Sherena?" tanya Zio setelah puas menggoda Keyna.

"Masih muda, cantik, tingginya sekitaran 160, ada tahi lalat di atas alis sebelah kiri sama ada bekas luka di lengan kanannya." Semuanya sudah tidak heran dengan kejelian Keyna.

"Bekas luka gimana?" tanya Zidan.

"Agak panjang, Kaya bekas jahitan gitu," jawab Keyna kemudian mengambil gelas yang berisi kopi milik Galen dan meminumnya.

"Nggak heran lo jadi Angel nya Atlansa dua angkatan. Ingatan sama kejelian lo ngga ada tandingannya," kagum Zio sambil bertepuk tangan.

"Papa mau bobo," ujar Arin yang sudah bersandar lesu di dada Galen. Galen berdiri kemudian berjalan mondar mandir sambil menepuk punggung gadis kecil itu. papa-able banget.

"Arin itu beneran anak kalian? Gue masih belum percaya sumpah," kata Zio sembari mengamati Arin yang mulai memejamkan matanya.

"Emm.. Bukan anak kandung si, tapi udah gue anggep anak sendiri," jujur Galen saat Keyna mengisyaratkan untuk jujur dengan menganggukkan kepala.

"Kan gue bilang apa! Ngga mungkin lo punya anak pas umur 15," tukas Zio dengan nada heboh yang langsung dipelototi Galen karena Arin jadi merengek terganggu dengan suara Zio.

"Terus dia anak siapa?" tanya Zidan menunjuk Arin yang dibopong Galen.

"Arin anak kakaknya Keyna sama paman gue," ungkap Galen yang mendapat anggukan dari semuanya.

"Pantes dia mirip Lo sama Keyna," ucap Zio setelah memperhatikan muka Arin yang mirip dengan Keyna dan Galen.

"Orangtua Arin?" Zia yang sedari tadi diam.

Keyna dan Galen sama sama terdiam, membuat Zidan mengalihkan pembicaraan, mengerti bahwa keduanya belum mau membeberkan sejauh itu.

"Zia masih ngerasa begah perutnya?"

Zia mengalihkan tatapannya pada Zidan sembari mengangguk lucu. "Masih Zidan, Nih, " jawabnya menepuk-nepuk perutnya yang kembung.

"Masuk angin Lo kayanya Zi, semalem abis keluar malem emang?" tanya Galen.

"Zia ngga pernah keluar rumah selain sekolah sama belanja, apalagi keluar malem." Zidan yang menjawab sekarang.

"Lo kurung adek gue di rumah terus?" tanya Zio dengan nada kesal.

"Ya nggak juga kali. Kan emang lagi ada masalah juga sama Ayra jadinya Zia ngga pernah mau ikut kalo mereka main," jawab Zidan dengan nada yang ketus juga.

"Ayra emang udah tau kalo kalian udah nikah?" Zidan mengedikkan bahunya.

"Harusnya belum tau, tapi semenjak gue putusin dia langsung berubah gitu, ngejauh dari sahabatnya, terutama Zia. Malah sekarang Ayra sering gue lihat gabung sama gengnya nenek lampir." Zidan menjelaskan apa yang belakangan ia lihat.

"Serius? Ayra sama Adel cs?" kaget Keyna karena tidak pernah melihat Ayra bersama Adel cs.

"Di sekolah kayanya engga pernah, tapi waktu gue kerja di kafe nyokapnya Galen gue udah lihat tiga atau empat kali kayanya." Meskipun melihat Ayra, Zidan selalu tidak menampakkan diri saat di kafe.

Keyna menjadi gelisah, ia tau seperti apa Adel dan teman-temannya. Jika Ayra bergabung dengan mereka takutnya Ayra akan terpengaruh ke dalam hal yang tidak baik.

Episodes
1 1. Truth or Dare
2 2. Hari Itu(1)
3 3. Hari itu(2)
4 4. Tanggung Jawab?
5 5. UKS
6 6. Zio Pulang
7 7. Nikah?
8 8. Sah
9 9. Kamar Zidan
10 10. Awal Baru
11 11. Khawatir
12 12. Putus
13 13. Upah Pertama
14 14. Ayra Berubah
15 15. Mual
16 16. Minggu dengan Sahabat
17 17. Omellet Lagii
18 18. Kita mau punya ponakan?
19 19. Negatif
20 20. Keanehan Cewek Cupu
21 21. Asing
22 22. Beneran Hamil
23 23. Basecamp Atlansa
24 24. Lo punya Adik, Gue punya Anak
25 25. Kedatangan Bunda dan Mama
26 26. Panik
27 Aksi Atlansa
28 Rumah Sakit
29 Dea
30 Mie Instan
31 Capek
32 Rezekinya Dia
33 Lebih Baik
34 34. Zidan dan Ayra?
35 35. Tak Ingin Usai
36 36. Dea Lagi
37 37. Langit
38 38. Kedondong
39 39. Rumah Sakit
40 40. Kembar
41 41. Makan Pizza
42 42. Ulah Janu
43 43. Zia Overthinking
44 44. Taman Bermain
45 45. Fakta Baru Tentang Ayra
46 46. Siapa pelakunya?
47 47. Kacau
48 48. Basecamp
49 49. Klarifikasi
50 50. Bakso Harga Lima Juta
51 51. Dikeluarkan atau Tidak?
52 52. Karena Istri Pemilik Sekolah
53 53. Keguguran?
54 54. Vanishing Twin Syndrome
55 55. Mulai Ada Rasa
56 56. Bersama Arin
57 57. Belajar Ciuman
58 58. Tanggung
59 59. Baby Cegukan
60 60. Yang Paling Berkuasa
61 Pengumuman (Bukan Update)
62 61. Sup Ala Zia
63 62. Terbongkar?
64 63. Kecemasan Zia
65 64. Kembali Bersama
66 65. Kangen Mama Papa
67 66. Anak Kita
68 67. Kembalinya Aset Zidan
69 68. Rumah Zidan (Lagi)
70 69. Perhatian dari Mertua
71 70. Om Om Hidung Belang
72 71. Rambutan Botak
73 72. Cinta atau Tanggungjawab?
74 73. Gagal Lagi
75 74. Kumpul Santuy
76 75. I LOVE YOU
77 76. Ceramah Bunda Dian
78 77. Akhirnya
79 78. Nasi Padang
80 79. Petunjuk Baru
81 80. Prenatal Yoga Couple
82 81. Pencarian
83 82. Bu Intan
84 83. Penghianat
85 84. Kehidupan Bu Intan
86 85. Rencana Ke Puncak
87 86. On The Way
88 87. Ayra hamil?
89 88. Waktu Cowok
90 89. Menikmati Malam Di Puncak
91 90. Keinginan Zia
92 91. Tujuh Bulanan
93 92. Ketemu Baby Zira
94 93. Bersama Mama
95 94. Dari Hati ke Hati
96 95. Di Kantor Ayah Dimas
97 96. Mbak-Mbak Genit
98 97. Di Tempat Yoga
99 98. Sebentar Lagi
100 99. Satu Komplek?
101 101. Ucapan Pak Ervan
102 101. Sesama Bumil Remaja
103 102. Serangan Di Sekolah
104 103. Pasca Penyerangan
105 104. Perhatian Istri
106 105. Kasus Baru Lagi
107 106. Cemburu
108 107. Pernah
109 108. Melaporkan Tuan Willy
110 109. Belajar Mengurus Bayi
111 110. Masih Bersama Baby Zira
112 111. Apakah....
113 112. Amukan Sang Mertua
114 113. Posisi Kepala Bayi
115 114. Titik Terang
116 115. Kontraksi Palsu
117 116. Kontraksi Awal
118 117. Bukaan 4
119 118. Masih Bukaan 8
120 119. Persalinan
121 120. Skin To Skin
122 121. Papa Riyan
123 122. 38 Hari Lagi
124 123. Ditemani Ayra
125 124. Lelahnya Menjadi Orangtua Baru
126 125. Papa Nggak Tau
127 126. Rencana Sekolah Lagi
128 127. Hari Pertama Ulangan
129 128. Setelah 42 Hari
130 129. First Day School
131 130. Pengagum Bapak Anak Satu
132 131. Meminta Belajar Bela Diri
133 132. Pasar Malam
134 133. Permintaan Maaf Papa Riyan
135 134. Wisata Keluarga
136 135. Tamat
Episodes

Updated 136 Episodes

1
1. Truth or Dare
2
2. Hari Itu(1)
3
3. Hari itu(2)
4
4. Tanggung Jawab?
5
5. UKS
6
6. Zio Pulang
7
7. Nikah?
8
8. Sah
9
9. Kamar Zidan
10
10. Awal Baru
11
11. Khawatir
12
12. Putus
13
13. Upah Pertama
14
14. Ayra Berubah
15
15. Mual
16
16. Minggu dengan Sahabat
17
17. Omellet Lagii
18
18. Kita mau punya ponakan?
19
19. Negatif
20
20. Keanehan Cewek Cupu
21
21. Asing
22
22. Beneran Hamil
23
23. Basecamp Atlansa
24
24. Lo punya Adik, Gue punya Anak
25
25. Kedatangan Bunda dan Mama
26
26. Panik
27
Aksi Atlansa
28
Rumah Sakit
29
Dea
30
Mie Instan
31
Capek
32
Rezekinya Dia
33
Lebih Baik
34
34. Zidan dan Ayra?
35
35. Tak Ingin Usai
36
36. Dea Lagi
37
37. Langit
38
38. Kedondong
39
39. Rumah Sakit
40
40. Kembar
41
41. Makan Pizza
42
42. Ulah Janu
43
43. Zia Overthinking
44
44. Taman Bermain
45
45. Fakta Baru Tentang Ayra
46
46. Siapa pelakunya?
47
47. Kacau
48
48. Basecamp
49
49. Klarifikasi
50
50. Bakso Harga Lima Juta
51
51. Dikeluarkan atau Tidak?
52
52. Karena Istri Pemilik Sekolah
53
53. Keguguran?
54
54. Vanishing Twin Syndrome
55
55. Mulai Ada Rasa
56
56. Bersama Arin
57
57. Belajar Ciuman
58
58. Tanggung
59
59. Baby Cegukan
60
60. Yang Paling Berkuasa
61
Pengumuman (Bukan Update)
62
61. Sup Ala Zia
63
62. Terbongkar?
64
63. Kecemasan Zia
65
64. Kembali Bersama
66
65. Kangen Mama Papa
67
66. Anak Kita
68
67. Kembalinya Aset Zidan
69
68. Rumah Zidan (Lagi)
70
69. Perhatian dari Mertua
71
70. Om Om Hidung Belang
72
71. Rambutan Botak
73
72. Cinta atau Tanggungjawab?
74
73. Gagal Lagi
75
74. Kumpul Santuy
76
75. I LOVE YOU
77
76. Ceramah Bunda Dian
78
77. Akhirnya
79
78. Nasi Padang
80
79. Petunjuk Baru
81
80. Prenatal Yoga Couple
82
81. Pencarian
83
82. Bu Intan
84
83. Penghianat
85
84. Kehidupan Bu Intan
86
85. Rencana Ke Puncak
87
86. On The Way
88
87. Ayra hamil?
89
88. Waktu Cowok
90
89. Menikmati Malam Di Puncak
91
90. Keinginan Zia
92
91. Tujuh Bulanan
93
92. Ketemu Baby Zira
94
93. Bersama Mama
95
94. Dari Hati ke Hati
96
95. Di Kantor Ayah Dimas
97
96. Mbak-Mbak Genit
98
97. Di Tempat Yoga
99
98. Sebentar Lagi
100
99. Satu Komplek?
101
101. Ucapan Pak Ervan
102
101. Sesama Bumil Remaja
103
102. Serangan Di Sekolah
104
103. Pasca Penyerangan
105
104. Perhatian Istri
106
105. Kasus Baru Lagi
107
106. Cemburu
108
107. Pernah
109
108. Melaporkan Tuan Willy
110
109. Belajar Mengurus Bayi
111
110. Masih Bersama Baby Zira
112
111. Apakah....
113
112. Amukan Sang Mertua
114
113. Posisi Kepala Bayi
115
114. Titik Terang
116
115. Kontraksi Palsu
117
116. Kontraksi Awal
118
117. Bukaan 4
119
118. Masih Bukaan 8
120
119. Persalinan
121
120. Skin To Skin
122
121. Papa Riyan
123
122. 38 Hari Lagi
124
123. Ditemani Ayra
125
124. Lelahnya Menjadi Orangtua Baru
126
125. Papa Nggak Tau
127
126. Rencana Sekolah Lagi
128
127. Hari Pertama Ulangan
129
128. Setelah 42 Hari
130
129. First Day School
131
130. Pengagum Bapak Anak Satu
132
131. Meminta Belajar Bela Diri
133
132. Pasar Malam
134
133. Permintaan Maaf Papa Riyan
135
134. Wisata Keluarga
136
135. Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!