#Bagian2
Dengan mata yang terpejam, ia terlihat menarik nafas dan perlahan menghembuskannya. Ia terlihat sangat santai menikmatinya, seakan ia berada di taman bunga yang sangat indah. Perumpamaan itu bukanlah tanpa alasan!, melainkan memang di kamarnya tersebut, rutin di semprotkan parfum beraroma bunga yang sangat nikmat, yang tidak menyengat ataupun terlalu kuat.
Sementara itu, para pelayan yang berada di sekitar tempat tidurnya, tengah dalam kesibukan mereka masing-masing. Satu membersihkan berbagai kotoran dan mengelap meja, dan satunya lagi menyiapkan minuman dan kue-kue, yang sangat mengunggah selera, lalu ditaruh di atas meja tersebut. Yakni sebuah meja khusus, yang dimana setiap kaki mejanya, terdapat sebuah roda kecil. Memungkinkan bisa berpindah kemanapun dengan gampangnya.
Namun, meja ini hanya di peruntukan, bagi orang yang tengah jatuh sakit, dan hanya bisa terbaring di atas tempat tidurnya. Kemudian jika di perhatikan, kue yang mereka siapkan itu, rata-rata semuanya adalah kue kesukaan anak-anak. Seperti; bolu, permen, nastar, dan lain-lain sebagainya. Dan sekali lagi, bukan tanpa alasan, karena tamu kecilnya akan segera datang.
Namun, bukankah ini terlalu lama? Tepat setelah ia berkeluh di dalam benak, tiba-tiba saja terdengar suara kentokan pintu, membuat para pelayannya langsung yang bergegas untuk membukanya. Dan perlahan keluar dari sana, sesosok anak serba warna putihnya; dari rambut, kulit, alis, bahkan bulu mata. Bukan putih yang pucat. Namun, putih suci laksana putri salju.
Kira-kira seperti itulah, penilaiannya dalam pandangan pertama. Karena selama ini, ia selalu melihatnya dalam keadaan bersembunyi, di balik jubah pria itu. Dan berharap, pada kesempatan kali ini, ia bisa melihat sosoknya, tanpa adanya sebuah penghalang yang menyebalkan. Namun, kenyataannya adalah berkata, TIDAK. Padahal ia sudah menyuruh, agar membawakan anaknya saja ke hadapannya.
Membuat ia langsung melihat ke arah pelayannya, yang tengah menundukan kepala berkali-kali untuk meminta maaf. Namun, itu hanya berlangsung sesaat, sebelum akhirnya ia menyadari, kode dari majikannya yang menyuruhnya untuk melanjutkannya saja. Karena nasi sudah jadi bubur, maka mau bagaimana lagi?
“Hey-hey, tak perlu takut! Nyonya Arisah, adalah orang yang sangat baik, kau tahu? Jadi keluarlah!”
Pelayannya terlihat berusaha membujuknya, agar hatinya luluh. Namun, kelihatannya itu adalah perbuatan yang sia-sia, karena ia semakin menjauh.
“....”
“Pelayanku, bisakah kau beritahukan namanya kepadaku?”
“Te—tentu saja, Nyonya! Namanya adalah, Shopia. Dia merupakan anak angkat dari, Tuan Arthur Sang Peracik!”
“Begitu, ya, Shopia.”—Dengan kembali melihat ke arahnya, ia tersenyum dan perlahan mengulurkan tangan tepat ke arahnya—“Bibi, ingin berbicara denganmu! Jadi bisakah kau kemari sebentar, gadis cantik?”
Anak itu masih terlihat sangat ragu, bahkan mengenggam jubah pria itu dengan lebih kuat. Namun, Arthur tidak membiarkannya, karena permintaan pelanggan adalah permintaannya juga. Dengan mengelus penuh perhatian kepala anaknya, seraya tersenyum hangat, tepat ke arahnya. Seakan berkata dengan suara yang sangat lembut, “Tidak apa-apa! Datanginlah, Bibi itu! Janganlah kamu membuat sedih hati seseorang, dengan tidak mau mendatanginya!”
Karena senyuman, yang begitu tulus darinya. Membuat anak itu perlahan keluar dari jubahnya, dan mulai berjalan pergi mendatanginya, yang terbaring di tempat tidur.
“Ah, benar. Kemarilah!”
Hingga tangan mereka saling bersentuhan, ia tiba-tiba teringat akan masa lalunya, yang ia coba pendam dalam-dalam selama ini. Membuat ia berpaling melihat ke arah pelayannya. Seraya berkata,
“Bisakah kau tinggalkan kami sejenak?, karena ada sesuatu yang aku ingin ceritakan.”
“Sesuai pemintaan, Nyonya!”
Ketika pelayannya menundukan kepala, dan mulai berjalan pergi. Suara “Clek” terdengar, pertanda pintu telah tertutup. Lalu dengan tetap memegang tangannya, ia perlahan mulai berbicara,
“Tanganmu ini, tangan yang sangat kecil dan kasar ini (teksturnya). Sungguh, telah mengingatkanku kepada anak pertamaku, yang kebetulan statusnya juga merupakan anak angkat, sekaligus merupakan sumber penyesalanku. Aku membesarkannya, aku merawatnya, dan aku mendidiknya. Hingga sampai tujuanku terselesaikan, aku kemudian membuangnya!”
Suasana hatinya tiba-tiba turun dratis, saat ia mulai membicarakan hal tersebut. Hatinya tercabik-cabik, akan masa lalunya yang tidak bisa di ubah. Bisa dilihat dari raut wajahnya, yang sama sekali tidak bisa dibohongi.
“....”
“Nyonya, Nyonya!”
Hingga pelayannya tiba-tiba datang sangat tergesa-gesa, bahkan ia sampai lupa untuk mengetok pintu terlebih dahulu. Akibat dari kepanikannya yang tidak bisa di bendung. Membuat dirinya yang merasa terganggu dengan hal itu, langsung menjawab dengan nada yang kesal.
“Bisakah kau sedikit lebih tenang, wahai Pelayanku? Kau sungguh, telah menganggu momenku!”
“Sa—saya sungguh meminta maaf, Nyonya! Namun, saya hanya ingin menyampaikan, bahwa tuan muda Albert, tiba-tiba datang ke rumah ini seorang diri,” berkata dengan kepala yang tertunduk tepat ke arahnya, dengan keadaan tangan kirinya yang mengepal keras, dan ia tempelkan di bawah dadanya (menahan emosi).
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
X-Hoshii
seketika sudah bisa bayangin bagaimana rupa shopia
2023-09-21
1
Fira Ummu Arfi
okeeeeee bangeettttt kak 😁
tinggalin jejak jg di Novelku yaa ASIYAH AKHIR ZAMAN 🥰
2021-09-22
0
Mommy Gyo
3 like hadir thor
2021-09-19
0