• Vol 2 — Ch 2 : Bekas Luka Lama

#Bagian2 | #FlashBack

Seperti ikan yang diberi sebuah umpan, tanpa pengait kail di ujungnya, gampang sekali diraihnya. Sengaja agar ikan kecil itu lengah, hingga pemangsa sebenarnya, mulai menunjukkan semua taringnya, bahwa tidak ada siapapun yang bisa keluar dari genggamannya.

“Perkenalkan, aku Albert Elfory. Yang akan menjadi lawanmu disini!”

Setiap langkah, setiap trik, dan setiap kemampuan yang ia punya, semua itu sia-sia di hadapannya.

“Ba— bagaimana mungkin? Sa— satu juta milikku hilang seketika.”

Berharap bahwa uangnya akan berlipat ganda, justru masalahnya yang malah berlipat ganda. Namun, karna sifat manusia yang tidak pernah merasa puas, dia mulai mencobanya lagi, lagi, lagi, dan lagi.

“Bagaimana? kau masih ingin mencobanya lagi?”

“A— aku sudah tidak mempunyai uang lagi,” hanya bisa terduduk putus asa.

Selain dikenal akan sifat tak pernah puas, manusia juga dikenal akan sifat liciknya. Memanfaatkan semua kesempatan demi keuntungan pribadinya, walaupun itu harus menghancurkan kehidupan sesorang.

“Ohh, sudah habis? Bagaimana kalo begini saja, akan aku pinjamkan berapapun uang yang kau mau, dan pakai semua uang itu untuk melawanku! Aku tak peduli berapa kalipun kau kalah, tapi satu kali saja kau menang dari ku, semua hutangmu lenyap, dan aku juga akan membayarmu 10 kali lipat. Bagaimana?”

“Glup ....”

IA MENERIMANYA!

Dan seperti yang kalian duga, tidak ada satupun usaha dia yang berhasil, hanya menambah hutangnya berkali-kali lipat. Bodoh, mungkin terdengar agak kasar, tapi itu satu-satunya kata yang cocok untuk dirinya. Hingga ia tidak bisa mengembalikannya.

“Hutang adalah hutang, dan kau harus membayarnya. Jangan kira hanya dengan semua hartamu dan satu ginjalmu cukup, tapi lebih dari itu. Aku tak peduli kau mendapatkan uang darimana, kalo perlu anak dan istrimu juga tidak masalah!”

ASAL MUASAL PENDERITAAN KAMI DIMULAI.

Kami dipaksa berkerja terus menerus tanpa upah yang seharusnya dibayar. Setiap tetes keringat jatuh, demi mencicil hutang yang menggunung.

“Teruslah kau berkerja! Jangan mengeluh hanya karna ginjalmu tinggal 1. Seorang pria harus menanggung setiap pilihannya, bahkan untuk sebuah pilihan sebodoh apapun itu.”

Tanpa kenal bulu bahkan ibu kami, yang masih menggandung 8 bulanpun dipaksa berkerja. Hati ini terasa sangat sakit menghadapi semua kenyataan ini. Hanya bisa berharap, bahwa mimpi buruk ini akan segera berakhir. Hingga 1 bulan lamanya, ayah kami ....

“Oi, bangunlah! Apa kau mati?”

MATI KARNA KELELAHAN BERKEJA.

Sejahat-jahatnya ayah kami, sebodoh-bodohnya ayah kami, setidaknya sampai akhir hayat, dia masih bertanggung jawab. Memaksakan berkerja dengan satu ginjalnya, hingga akhirnya dia mencapai batasnya. Dan di lain momen, ibu kami mulai melahirkan satu-satunya adek bungsu kami.

“Tolong! Tolong! Siapapun, ibu kami mau melahirkan!”

Sempat ada kericuhan di tempat kerja, tapi akhirnya ibu kami mulai dibawa ke rumah sakit, dan melahirkan disana. Mungkin ini tidak terdengar simpati, tapi hal pertama yang kami khawatirkan, adalah biaya bersalin ibu kami. Namun, syukurlah biayanya dibayar sama tuan kami yang bernama Albert, melalui perantara sekretarisnya, dengan memasukkan tagihan itu ke dalam hutang kami. Dengan kata lain, jumlah hutang kami bertambah lagi.

Walaupun aku tidak begitu mengenalnya bahkan melihatnya saja tidak pernah, setidaknya kami berterima-kasih untuk itu, karna tidak perlu khawatir akan biaya bersalin ibu. Untuk saat ini kami hanya perlu menunggu, kedatangan dari ibu kami yang akan membawa satu warna, di kehidupan kami yang menyakitkan ini.

“Uwek, uwek~.”

Suara tangis dari sang malaikat kecil menghilangkan setiap kelelahan, dan melupakan sejenak, akan kehidupan yang menyakitkan ini. Bagaikan sebuah cahaya yang begitu hangat, begitu halus, begitu lembut, begitu menenangkan, kami mulai memberi sebuah nama kepadanya ....

“Elea. Mulai sekarang namamu adalah, Elea!”

Anugerah Tuhan yang terindah. Tidak ada nama panjang, karna nama panjang itu hanya diperuntukkan, untuk orang kalangan atas dan para bangsawan. Namun itu tidak masalah, asal terus bersama dengan keluargaku, ibuku, kakakku, adikku, hal semacam itu bukanlah masalah.

...----------------...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***