#Bagian2
“Hati 10 juta Euro, ginjal 15 juta Euro, mata 22 juta Euro, jantung 30 juta Euro.” —Memegang dagunya dengan kasar memaksa menatap ke arah matanya— “Jadi pergilah, dan selesaikan apa yang harus kau selesaikan! Dan kehidupan yang dulu akan kuberikan kepadamu!”
Dengan membawa adiknya, Hariz berlari sekuat tenaga, berusaha menjauh dari sosok ibunya. “Aahh, ahh, ah~,” terlihat bagaimana nafasnya yang terengah-engah.
Ketika ia merasa sudah cukup jauh, ia mencoba mengintip kebelakang, dan melihat sosok ibunya, yang sama sekali tidak bergerak hanya diam di tempat.
Kenapa?
Walaupun banyak pertanyaan. Namun, bukan saatnya memikirkan hal itu, karna ini adalah kesempatan yang bagus. Terus berlari hingga benar-benar lolos dari sosok ibunya.
“Mungkin sekali memang bisa, tapi untuk kedua kalinya, kau tidak akan bisa lolos dariku!”
“!?”
Karna menyadari hawa yang mengancam, Hariz mencoba mengitip ke arah belakang, dan melihat sosok ibunya seperti membentuk pose siap melempar. Ia tidak tahu benda apa yang ibunya mau lempar (kemungkinan pisau). Namun, dengan jarak segitu seharusnya tidak sampai. Ketika ia berpikir demikian ....
“Akh?!”
Tiba-tiba sebelah pisau, kini menancap di pangkal pahanya. Ia telah salah!
Membuat Hariz terjatuh dengan keras, mengakibatkan adiknya juga ikut terjatuh juga, “Akh!” Mereka terguling-guling di tanah hingga terpisah cukup jauh.
“... Kakak,” lirih adiknya yang kesakitan.
Namun, itu tidak seberapa yang dirasakan oleh kakaknya.
“Elea, bertahanlah! Aku akan kesana.”
Mencoba menarik pisau yang menancap cukup dalam, dengan sekuat tenaga. Tidak bisa dibayangkan rasa sakitnya, hingga akhirnya terlepas juga.
“Aahh, ahh, ah~ ... tunggu aku Elae, kakak akan segera datang.”
Dengan kaki yang pincang dan nafasnya yang tidak karuan, mereka benar-benar berkelahi dengan waktu. Karna di lain sisi sosoknya ibunya, akan segera datang.
“!?”
Baru saja dibahas, ibunya dengan santai berjalan menyalip dirinya, mendatangi Elea yang tidak berdaya. Hingga jarak antara mereka cukup dekat, “... I— ibu.”
“BERHENTI!”
Dengan kaki yang pincang Hariz berteriak, dan memeluk ibunya dari arah belakang, menahannya dengan sekuat tenaga.
“Aku tidak akan membiarkan Ibu membawa Elea, tidak akan pernah!”
“Aahh~, mengapa kau sama sekali tidak mengerti, Hariz? Ibu melakukan semua ini demi dirimu, agar kita berdua merasakan kehidupan dulu lagi. Jadi mengapa kau sama sekali tidak mengerti?”
“Aku tidak butuh kehidupan itulah lagi. Jika pun itu kembali, itu adalah kehidupan palsu, tidak akan sama lagi.”
“Kalo itu yang kau mau ....” — Menghancurkan sebuah pertahanan lalu mencekik Hariz dengan sangat kuat— “... Maka ibu saja yang menikmati kehidupan dulu tersebut.”
“Akh!!”
“KAKAK!”
Hariz dicekik kuat, hingga kedua kakinya tidak tersentuh tanah. Ketika nyawanya tinggal di kerongkongan Elea berteriak sekali lagi,
“HENTIKAN!”
“!?”
Dan melanjutkan bicaranya dengan menangis terisak,
“Hiks, hiks ... aku akan pergi bersama Ibu. Jadi tolong, jangan sakittin kakak lagi.”
Bruk! seketika melepas tangannya dari leher Hariz yang terlihat memerah. Layaknya seperti bendungan, udara yang tertahan membuatnya bernafas lega, “Aahhh, ahh, ah~.”
“Jika kalian patuh sejak dulu, semua ini tidak perlu terjadi.”
“Hiks, hiks.”
Mengulurkan tangannya seraya berkata, “Kemarilah!” dan ia menerimanya.
“Elea ....”
Ketika ia melihat adiknya di bawa ibunya, Hariz mencoba untuk bangkit. Dengan kaki yang luka, dengan kaki gemetar, menahan rasa sakit, ia mencoba untuk berjalan.
“... Tunggu! Huwek!”
Bruk.
Ia tiba-tiba muntah darah, dan terjatuh kembali ke tanah. Ia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi, tapi ia harus tetap berjalan.
“Sepertinya, racun itu akhirnya berfungsi.”
Hingga ibunya berbicara dari kejauhan, menatap dingin tepat ke arahnya.
“Racun?”
“Pisau itu sebenarnya mengandung racun, cukup untuk menghentikanmu yang terus mengangguku.”
“Ti— tidak mungkin ....”
“Selamat tinggal.”
Kata terakhir ibunya sebelum meninggalkannya sendirian, dengan membawa satu-satunya adik, yang ia punya.
“....”
Ia sudah tidak punya tenaga, seluruh tubuhnya tak bisa digerakkan, bahkan untuk bicara saja sangat susah. Matanya kabur, nafasnya sangat sesak. Sepertinya racun itu, sudah menjalar ke seluruh tubuhnya.
“Aku ....”
Ketika ia menyadari, bahwa saat ini ia benar-benar tak berdaya, air matanya 'lah satu-satunya yang berbicara.
“Hiks, hiks ... Elea ....”
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
anggita
👌👌👍👍ok
2021-08-11
0