Sinopsis; benang takdir yang tak pernah putus. Doa anak yang tak pernah putus. Sebuah ikatan yang kuat tak tergoyahkan. Takdir yang mengalir, membawa kepada takdir yang lain. Bahwa tak ada satupun yang tahu akan kemana itu akan berlabuh. Sebuah kisah yang akan mengajarkan arti dari keluarga, arti dari cinta, arti dari setia, dan arti dari doa.
#Prolog
#5BulanSetelahnya | #DiFinladia
Handuk kecil di pundaknya. Kotak kecil di tangannya. Topi bundar di kepalanya. Berjalan di bawah mentari tanpa kenal lelah. Mencari sedikit rezeki dari Tuhan yang maha pemurah.
“Nak, kemarilah! Dan bersihkan sepatuku!”
“Ba—baik Tuan!”
Berkerja menjadi seorang penyemir sepatu keliling.
“Ini ambillah!”
“Heh? ta—tapi Tuanku, bukannya ini terlalu banyak?”
“Tidak apa-apa, ambillah semuanya.”
“Te—terima-kasih banyak, Tuan ....” anak itu berkata dengan menundukan kepalanya. Siapapun bisa melihat, betapa bersyukurnya dia mendapatkannya. Hingga ia mulai mengangkat kepalanya, memusungkan dadanya, dan mengenggam erat uangnya.
“Dengan ini, mimpiku menjadi seorang penulis, setidaknya ada kemajuan.”
Sejak itulah seorang anak penyemir sepatu, memulai langkah awalnya, dengan membeli sebuah buku, dan sebuah pena. Mewujudkan mimpinya menjadi seorang penulis, demi seseorang terbaring disana.
****************
Namaku Hariz, seorang anak remaja yang mengais rezeki, dari Tuhan yang maha pengasih. Menyikat setiap sepatu orang, yang kadang ada kotorannya, yang kadang penuh lumpur, dan lain sebagainya. Hanya demi, bisa menyambung hidup. Tak ada kata malu ataupun lelah, yang ada berjuang dan terus hidup.
“Kau yang disana, kemarilah!”
“iya Tuan? Ada yang bisa dibantu?”
“Pakai nanya, tentu saja membersihkan sepatuku! Ada pertemuan yang harus aku kunjungi, jadi aku harus tampil maksimal.”
“Ma—maaf Tuan, segera saya bersihkan sekarang juga.”
Aku membersihkannya dengan sabar, mulai dengan menyikatnya, memolesnya, dan lain sebagainya. Demi terlihat seperti baru.
“Cih, andai saja dia tidak ada, mungkin rencanaku benar-benar akan sempurna.”
Kadang-kadang untuk sekilas, aku mencuri pandang untuk bisa melihat setiap, pelanggan yang aku layanin. Dan pelanggan yang satu ini, dia terlihat sangat kaya. Walaupun aku tak bisa melihat wajahnya karna tertutup koran yang ia baca. Namun, tercermin dari jam tangannya, bajunya, sepatunya, benar-benar mencerminkan seorang pria kaya yang sukses.
“Tak peduli kau seorang dokter, peracik, atau bahkan penyihir sekalipun. Jangan harap, kau bisa lari dariku untuk kedua kali. Karna aku akan datang, dan menutup mulutmu untuk selamanya.”
Orang ini sepertinya punya masalahnya sendiri, terlihat dari ia mencengkram kuat kertas korannya sambil bergumam kesal. Membuat aku sedikit takut dibuatnya, seakan orang yang ia maksud itu, adalah aku sendiri. “Glup ....” hanya bisa menelan ludah, dan berharap ini akan berakhir dengan cepat.
Akhirnya selesai juga dengan memberiku sekitar 1 Euro (sekitar 16 ribu). Lumayanlah untuk menambah pendapatanku hari ini. Langkahku selanjutnya adalah kembali pulang.
****************
Tok, Tok, Tok
“Kakak pulang, Elea.”
“...?”
Tidak ada jawaban. Membuat aku berpikir ia sedang tertidur. Dan itu memang benar, terlihat bagaimana ia masih di atas ranjang, tertidur dengan sangat nyenyak. Membuat aku hanya bisa tersenyum, dan mencium keningnya.
Lalu selanjutnya apa? Tentu saja selagi menunggunya bangun, aku mulai membuat makanan untuk kami berdua. Memakai semua bahan yang tersisa lalu memasaknya, dengan api yang sedang.
Mungkin kalian bertanya-tanya, dimana kedua orang tua kami? Terus terang saja, kedua orang tua kami telah “meninggal dunia”. Satu-satunya warisan yang ditinggal adalah rumah ini, gubuk kayu yang kecil ini. Kami yang tidak kehujanan, ataupun tidak kepanasan, sudah lebih dari cukup sebagai rumah, dan tempat berlindung.
“Kakak? ... kamu sudah kembali?”
Akhirnya adekku bangun juga. Betapa lucunya saat dia mengucek-ngucek matanya itu. Membuatku tersenyum melihatnya.
“Makanlah, Elea! Ini sup hangat yang bagus untuk kesehatanmu.”
“Baik, Kak. Terima-kasih.”
Melihatnya makan dengan sangat lahap membuatku sangat senang. Dan mohon maaf, jika adekku makan di atas ranjang, terpaksa karna adekku kedua kakinya, tidak ada.
“Sudah selesai, Kak. Elea mau nambah lagi.”
“Baik-baik, makanlah sepuasnya. Tapi jangan lupa, sisakan untukku juga, ya!”
Setelah selesai makan, aku mulai membantunya ke kamar mandi. “Jangan melihat!” lalu membantunya ke kamar untuk memakai pakaian.
Adikku kehilangan kedua kakinya bukan kecelakaan atau sebagainya, tapi murni dari lahir. Ada kesalahan genetik kata dokter, yang bahkan aku sendiri tidak mengerti. Yang jelas, Tuhan pasti ada rencana yang lebih baik untuk adikku seorang.
“Kakak, apa kau membawa buku cerita lagi?” —Lalu dengan tersenyum aku menjawab—
“Tentu saja, kemarilah! Biarkan kakak menceritakan untukmu.”
Adikku sangat menyukai buku cerita. Namun, karna buku cerita sangat mahal, aku mulai membuatnya sendiri. Tanpa pernah tahu, bahwa buku cerita itu buatan kakaknya sendiri.
“Bab pertama!”
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
WiLz
Masih stay
2020-10-18
1
Baranzha_Putri
semangat kak aku udah vote,10 like,dan komen 🥰
2020-10-18
1
RizalPr66936836
lanjut anjay, lanjut sangat seruuuu Arthor. gak sabarrr
2019-10-08
6