#Bagian2 | #Puisi
Suara bergemerisik, dari kejauhan.
Rasa sakit, yang sungguh, tak tertahankan.
Tak berdaya, memohon, sebuah pertolongan.
Perlahan membuka mata, berharap, ada sebuah keajaiban.
Namun, hanya ada kekosongan, di tanah yang lapang.
Ia telah dibuang, di asingkan.
Ia telah dibuang, tanpa alasan.
Oleh seseorang, yang bahkan ia tak kenal, di dalam rumahnya sendiri.
Walaupun demikian, ia tak berputus asa. Dengan tubuh yang bergemetar menahan rasa sakit, ia mencoba untuk bangkit.
Bangkit dari ketepurukan, yang menggerogotinya secara perlahan. Karena ia percaya, bahwa pasti akan ada yang menyelamatkannya. Dan itu sungguh, benar adanya.
Sebuah siluet dari kejauhan, yang perlahan datang dari kabut harapan.
“I, Itu ...!?”
Mengingatkan akan seseorang, yang tidak mungkin dirinya, tidak bisa mengenalinya.
Buah hati yang telah ia kandung, selama 9 bulan penuh lamanya.
Buah hati yang ia besarkan, selama bertahun-tahun penuh lamanya.
Dan buah hati yang ia selalu rindukan, walaupun telah berpisah lama dengannya.
Tidak lain dan tidak bukan, adalah anaknya sendiri, Albert Elfory.
“Ibu aku akan menyelamatkanmu!”
Membuat ia secara refleks, mengulurkan tangan ke arah anaknya. Seraya berkata,
“Albert, anakku ....”
Namun, ketika ia berharap, bahwa hatinya akan saling bersentuhan seperti dulu. Sayangnya, ia terlalu naif akan semua itu.
“Maksudku adalah, menyelamatkan seluruh hartamu, Ibu!”
“!!!??”
Suara “Taks” terdengar dari kalung berliannya, yang terputus karena di coba paksa, untuk terlepas dari lehernya oleh anaknya sendiri.
“A—Albert ... a—apa yang kau ....?”
“Bukankah sudah jelas, wahai Ibunda! Aku kesini hanya untuk menyelamatkan hartamu, sebelum ikut membusuk ke dalam tanah bersamamu! Jadi aku menyelamatkannya duluan,” ucap Albert seraya menatap kagum, kalung berlian milik ibunya yang sangat mewah.
Sementara Itu, dirinya yang mendengar semua itu, hatinya menjadi hancur.
Hancur sehancur-hancurnya tak bisa di ungkapkan.
Namun, di saat yang sama, iapun menyadari sesuatu. Bahwa semua yang telah menimpanya ini, tidak lain dan tidak bukan, adalah perbuatan anaknya.
Membuat ia sangat marah.
Marah tak terhentikan, hingga membuat darahnya mendidih, akan sebuah kenyataan yang sangat pahit. Namun, ia tak berdaya.
Ketika bibir tidak bisa berkata apapun lagi, air matalah, satu-satunya yang berbicara.
“Hoh, sepertinya Ibunda, sudah menyadari sesuatu, ya! Bahwa semua ini memang benar, adalah perbuatanku. Termasuk tentang penyakit yang Ibu alami saat ini, itu juga merupakan perbuatanku. Namun, karena ada orang itu rencanaku jadi gagal. Jika saja Ibunda tidak memanggIl orang itu, mungkin Ibu akan mati dengan tenang. Begitu pun aku yang akan juga, menikmati harta ibunda dengan tenang.”
Ia tak membalas, ketika Albert mengoceh akan semua itu.
Karena Hatinya sudah sangat hancur, sehancur-hancurnya.
Tak memiliki tenaga, untuk bisa membalas setiap omongannya.
“Namun terserahlah, ini pilihannya, Ibu. Mau gak mau, Ibu harus menerimanya. Dan untuk menghargai pilihannya ibu, maka aku harus pergi dulu. Sampai juga, Ibunda! Atau kata yang lebih tepat adalah selamat tinggal, Ibunda!” ucapnya dengan mulai melangkah pergi, dengan penuh kesombongan yang menjijikan. Meninggalkan ibu satu-satunya, yang perlahan mati tak tertolongkan.
Tidak, tidak apa-apa.
Karena rasa sakit, hati ini.
Rasa sakit, derita ini.
Dan rasa sakit, dari kecewa ini.
Mungkin ... balasan dari semua dosaku, yang selama ini, aku perbuat.
...----------------...
#SebuahMasaLalu
#PengakuanDosa
#AwalDariSemua
#SeorangInsan
#TakBerdaya
#MemohonAmpunan
#HatiSermuniBerlian
#AkhirBaginya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
~🌹eveliniq🌹~
kerenn seru Thor lanjut
2021-11-12
0
nath_e
nda beres ni si ibu🤔
2021-11-11
1
Edhie Suprianto
oh ibu jgn jdi bang Toyib ya....
2021-10-16
0