• Vol 2 — Ch 2 : Bekas Luka Lama

#Bagian1 | #puisi

Terlahir sebagai kelinci berbeda.

kelinci kecil indah tak sempurna.

Keluarga kecil yang berbahagia.

Tak disukai, merusak senyumnya.

“Hiks, hiks ... mengapa? Hiks, hiks ... mengapa? penderitaan ini tidak pernah berakhir, ya Tuhan?”

Suara tangis memohon bantuan.

Suara tangis memohon ampunan.

“Aku lelah ... aku lelah ....”

Saat hati masih semurni berlian.

Mulai menghitam membutakan.

Setiap langkah dan pikiran.

Dan darah, mulai menyaksikan.

“I— ibu ...?”

Bagaimana pisau itu, menghancurkan hati kecilnya, untuk selamanya.

****************

“Aahh, ahh, ah~.”

Elea terbangun dari tidurnya, dengan nafasnya yang tidak karuan. Mungkin karna demam yang tinggi barusan, jelas mempengaruhi kualitas tidurnya, oleh sebab itulah dia bermimpi buruk.

“Apa kau baik-baik saja, Kak Elea? Kau tampak berkeringat,” tanya Shopia dengan tatapan khawatir.

“Tidak, aku tidak apa-apa! Hanya bermimpi buruk,” balas Elea seraya menyeka keringat di keningnya.

“Begitu ya.”

“Ngomong-ngomong dimana ini? dan siapa kamu?”

“Aku? aku Shopia. Kak Elea yang tak sadarkan diri, telah di bawa oleh papaku ke tempat ini, untuk diberi pertolongan pertama. Tentu saja atas persetujuan dari, kak Hariz juga.”

Seperti biasa Shopia berbicara dengan tersenyum manis, membuat Elea tidak merasa khawatir lagi setelah mendengar semua itu. Justru ia sangat berterima-kasih. Terlihat dari bagaimana ia membalas, senyuman manis dari Shopia.

“Begitu, ya. Lantas dimana sekarang kakakku berada?” tanya Elea seraya melihat sekitar.

“Kak Hariz bersama papa keluar, mencari makanan untuk kita.”

Tok, Tok, Tok

“?!”

Tepat setelah membicarakan itu tiba-tiba terdengar ketokan pintu, pertanda bahwa mereka akhirnya pulang.

“Kami pulang!”

“Papa!” —Shopia berlari memeluk papanya— “Apa papa membawa pesananku?” Arthur membalas dengan mengangguk tersenyum hangat, seraya memberi kue pesanan dia. “Aku menyayangimu papa, terima-kasih!”

Dan memakannya dengan sangat lahap. Melihat tingkah lucu dari Shopia, membuat Hariz dan Elea ikut tersenyum dibuatnya.

“Kau makanlah juga, Elea! Kau sungguh, membuat kakakmu sangat khawatir. Untung saja ada papanya Shopia, dengan keajaiban obatnya kamu bisa sembuh seperti sekarang,” ucap Hariz seraya memberi makanan ke adiknya. Membuat Elea merasa bersalah, tetapi ia tetap menerima pemberian dari kakaknya, lalu memakannya.

“....”

“Ngomong-ngomong sebelum kami bertemu kalian di bak sampah, sebelumnya papa bertemu dengan seseorang. Pria tinggi dengan pakaian serba hitam menanyakan tentang kalian,” ucap Shopia dengan mulutnya yang masih penuh makanan.

Namun, raut wajah mereka berdua seketika berubah, saat membicarakan pria itu. Perasaan takut memenuhi wajah, sama sekali tidak bisa di tutupi. Hanya bisa mengenggam satu sama lain saling menguatkan. Hingga sang kakak Hariz mulai berbicara,

“Sebenarnya ....”

****************

#FlashBack

Di Finladia di bagian selatan kota yang kumuh. Kota yang ekonominya sangat bergantung akan perikanan (nelayan). Warganya hidup dalam kemiskinan, pendidikan rendah, rumah berdempetan, penuh sampah di sepanjang mata memandang.

Namun, bukan berarti semuanya hidup dalam kemiskinan. Ada berberapa wilayah yang sebagian warganya hidup berkecukupan. Salah satunya rumah itu, rumah yang masih terbuat dari beton, rumah yang masih di cat dengan indah, dan rumah yang masih segar, tak ada yang bolong ataupun rusak. Satu-satunya rumah kami di masa lalu, dan satu-satunya rumah kami saat masih ada kedua orang tua.

“Sudah waktunya makan siang!”

“Baik Ibu,” balas kami dengan serentak.

Sebenarnya kami dahulu juga merasakan kemiskinan. Rumah kami dahulu tidak sebagus ini, dan untuk makan hari ini saja sudah sangat bersyukur. Hari-hari penuh kelelahan demi bisa membantu ekonomi keluarga. Sampai ayah kami dengan iseng membeli lotre dan memenangkannya, mendapatkan hadiah uang sebanyak 20 juta Euro. Seperti mimpi, hidup kami seketika berubah dengan sangat drastis.

Kami membeli rumah, membeli kendaraan, pakaian, sepatu, dan kebutuhan yang lain. Senyuman yang lama hilang kini kembali. Aku yang menganggap bahwa lotre itu membawa keberkahan, tapi ternyata aku salah. Justru lotre itu awal dari kehancuran keluarga kami. Karna ayah kami yang sudah terlanjur tergoda dengan penghasilan uang yang cepat, memutuskan mencari hal yang serupa (lotre) yang sekali menang dapat uang yang sangat banyak.

“Kalo begitu, bagaimana aku perkenalkan kepadamu, permainan penghasil uang ini? Sekali menang kau akan menjadi jutawan.”

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***