#Bagian2
Siang hari di jalan setapak, terlihat dua orang pria dan wanita, memakai pakaian hitam dan tudung di kepalanya. Walaupun mereka adalah 1 team yang sama, tapi sepertinya teman wanitanya 'lah, yang terlihat lebih mendominasi. Tidak, lebih tepatnya dia mulai menyerahkan semuanya kepada dirinya.
“Apa kau benar yakin, mereka ada di kota ini?”
Terlihat bagaimana ia berjalan dari arah belakang, mengikuti teman wanitanya dengan patuh. Namun kadang kala, dia mengomentari keputusannya seperti saat ini.
“Kita sudah menjalankan tugas ini selama 2 hari. Walaupun bekal kita (uang) disediakan oleh tuan cukup banyak, tapi jika terus seperti ini, bakal habis juga tahu!”
“....”
Namun, semua keluhannya sama sekali tidak direspon olehnya. Hanya diam, dan terus berjalan. Membuat ia menjadi kesal atas perlakuannya itu.
“Woy, apa kau mendengarkanku?”
Ia tiba-tiba berhenti berjalan, dan menoleh kira kanan dengan cepat, seperti orang kebingungan. Sikapnya yang tidak biasa, membuat ia mulai bertanya seraya menghampirinya.
“Ada apa? Mengapa kau tiba-tiba bersikap aneh? Apakah ada yang salah?” —Ketika tangannya mencoba meraih bahunya, gak ada angin gak ada hujan, tiba-tiba saja dirinya— “Hehh?!”
Lari begitu saja. “Kau mau pergi kemana? Woy, tunggu!” iapun mencoba mengejarnya. Namun gagal, terhalang karna banyaknya kumpulan manusia yang berjalan. Hanya bisa memandanginya dari kejauhan, yang perlahan menghilang dari pandangannya.
“Sial, sudah ku duga kalo wanita itu sama sekali, tidak bisa dipercaya! Cih, tuan pasti akan memarahiku jika dia mengetahui ini.”
Ia terus memaki-maki dirinya dan terus meluapkan kekesalannya. Di lain sisi itu menarik perhatian semua orang di sekitarnya, yang menganggap bahwa dia orang gila. Terlihat bagaimana tatapan sinis mulai tertuju ke arahnya. Namun, sekarang ia tak peduli, sampai di titik ia kehabisan nafasnya.
”Aahh, ahh, ah~.”
Bahkan untuk berbicara saja sangat sulit, jadi untuk saat ini dia harus mencari tempat duduk, untuk bisa beristirahat sejenak. Namun dari belakangnya, tiba-tiba datang seseorang dan bertanya, “Apa kau senggang? Ada sesuatu yang harus aku bicarakan denganmu!”
****************
Lapang hijau menghiasi. Kabut lebat membatasi. Cuaca cerah tertutupi. Rumah kayu tak berpenghuni. Cingkir angin tak berfungsi. Hancur lembur tak terurusi. Lumut hijau sebagai bukti, betapa lamanya ditinggali. Satu-satunya rumah kakek-nenek yang dimiliki.
“Kakak, kita dimana?”
“Hah, benar juga!, kau belum lahir saat itu, wajar jika kau tidak tahu tempat ini. Jadi dengar baik-baik Elea, kita saat ini ada di rumah kakek dan nenek kita.”
“Rumah kakek dan nenek?”
Elea menatap ke arah rumah yang dimaksud, dan dia hanya melihat puing-puing bangunan, yang sama sekali tidak layak untuk ditinggali. Jorok dan penuh lumut di sepanjang mata memandang.
“Hmm ... Kakak, kau tidak benar-benar seriuskan?” berkata dengan tersenyum pahit. Karna Elea sungguh sangat tidak tahan, jika harus tinggal disini. Tak peduli berapa susah hidup mereka, setidaknya jangan tinggal di tempat seperti itu.
“Tenang saja Elea, kita tidak tinggal disini. Kita kesini hanya untuk mengunjungi makam kakek-nenek, yang di makamkan di halaman belakang rumahnya. Karena kita akan meninggalkan negeri ini selamanya, jadi setidaknya kita izin pamit kepada mereka, dan meminta berkat.”
“Begitu, ya ....”
“Kalo kau sudah paham, ayo pergi!”
Membalas dengan mengangguk.
Dengan menggendong Elea satu-satunya adiknya, Hariz pun langsung melangkah pergi. Pergi ke makam kakek dan neneknya.
“Selamat siang kakek dan nenek! Cucumu datang menemui kalian.”
Setelah mengucapkan salam dengan penuh senyuman, Hariz dan Elea membersihkan makam kakek dan nenek mereka. Mencabut rumput liar, dan memperbaiki batu nisannya yang miring. Dan memberi mereka bunga yang di petik di alam liar.
“Maaf, jika bunga kami seadanya. Kami harap kakek dan nenek menyukainya!”
Setelah itu mereka mengucapkan salam perpisahan dan mulai meninggalkan makam tersebut, dengan bunga sebagai hadiah untuk kakek dan neneknya, sebagai saksi bahwa mereka tidak pernah melupakannya.
“Apa kau senang, Elea? Berkunjung ke makam kakek dan nenek?”
“Walaupun aku tidak pernah ketemu kakek dan nenek, tapi sungguh menyenangkan bisa membersihkan makamnya. Perasaan senang saat mengetahui, bahwa Elea ternyata punya banyak keluarga, dan masih bisa membantu sebagai cucunya. Terima-kasih, Kak!”
“Mengapa kau berterima-kasih, Elea? Kakak hanya melakukan apa yang harus dilakukan.”
“Tidak Kak, justru karna ka ....” —Tepat Elea masih tengah berbicara, Hariz tiba-tiba berhenti berjalan. Membuat kalimat di bagian akhirnya terpotong— “... Ada apa, Kak? Mengapa kau tiba-tiba berhenti berjalan?”
”Se— seseorang, ada seseorang!” balas kakaknya dengan suara gemetar.
“Ada orang? Siapa?”
Elea menatap ke arah depan, arah yang sama seperti arah yang kakaknya tuju. Dan benar saja, memang ada seseorang yang berjalan menerobos kabut tebal, dengan pakaian serba hitam memakai tudung di kepalanya.
“Kita harus lari!”
Walaupun mereka berdua tahu, bahwa orang yang mengejar kali ini, adalah orang yang berbeda. Tapi siapa yang peduli, di pikiran mereka, mereka harus melarikan diri sejauh mungkin darinya.
Namun, sepertinya keberuntungan mereka telah habis. Terbukti bagaimana tangan Hariz dipegang eret olehnya, bahkan sebelum ia bisa bereaksi.
Se— sejak kapan?
“Ada apa toh, buru-buru? Seperti melihat setan saja. Aahh~ ....” —Menghela nafas lalu dengan perlahan membuka tudung di kepalanya— “... Apa kalian tidak kangen dengan ibu kalian, wahai anakku?”
“I— ibu?!”
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Rita Vianti
up lagi thor.. suka ceritanya... lagi asyik baca, eeeh abis, blom ada lanjutannya
2019-11-30
3
Up lagi dong thor, penasaran dengan Nasib Agares bisa keluar atau enggak
2019-11-28
2
Dewi maharani
lama gak buka nih novel. tau tau udah sampai eps 16, mantap thor.
2019-11-28
2