#Bagian2
Di jalan kota yang seperti biasa selalu ramai, Arthur terlihat mengenggam anak perempuannya dengan erat. Terlihat banyak sekali orang yang berjualan memanfaatkan kesempatan ini. Oleh karna itu sesekali anak perempuannya meminta untuk dibelikan sesuatu.
“Papa, shopia mau itu!” —Arthur membalas dengan mengangguk, tersenyum hangat. Membuat Shopia sangat senang dan berkata ke arah penjualnya— “Paman aku mau satu!" seraya memberi uang ke penjual itu.
Ketika Shopia mulai menerimanya dengan hati yang senang. Papa disebelahnya tiba-tiba menghilang.
“Heh, Papa?!”
Saat itu hati Shopia sangat terguncang, panik mencari papanya. Hingga di titik dirinya mau menangis, akhirnya ia melihat papanya dari kejauhan.
“Papa~.”
Papanya terlihat mengobrol dengan seseorang. Pria tinggi dengan pakaian serba hitam. Untuk sekilas Shopia bisa mendengar pembicaraan pria itu, yang bertanya kepada papanya.
“Apa kau melihat di sekitar sini seorang anak laki-laki, yang sedang menggendong anak perempuan di punggungnya?”
Namun, papanya membalas dengan tersenyum, dan menggelengkan kepalanya, tidak tahu.
“Begitu, ya. Tsk!”
Akhirnya pria itu pergi dengan kesal, karna tidak mendapatkan apa yang dia mau. Membuat Shopia bertanya-tanya. Apa dia mencari anaknya? Atau mungkin adiknya? Sebelum dia bisa memikirkan semua itu, dari arah belakang yang mengarah ke gang kecil, di balik bak sampah, terdengar suara nafas seseorang.
Kepekaan Shopia terhadap suara tidak bisa di ragukan lagi. Perasaan takut, lelah, gelisah, jadi satu. Tercermin di setiap hembusan nafasnya. Membuat Shopia prihatin, mungkin sosok itu butuh bantuan? Dengan adanya papa di sisinya, mungkin bisa memberi bantuan terhadapnya. Oleh karena itulah, Shopia mulai berjalan ke sosok itu. Dan ....
“Kakak asing? apa yang kau lakukan disini?”
”Heh?!”
****************
Elea, gadis cantik dengan kakinya yang tidak ada, kini terbaring di tempat tidur setelah papanya Shopia (Arthur), memberinya sebuah obat-obatan yang telah diracik sendiri olehnya. Hanya sedikit dengan obatnya, menurunkan suhu di tubuhnya dengan drastis. Membuktikan betapa manjur obat racikannya.
“Tu— tuan saya sangat berterima-kasih, atas pertolongan Tuan, terhadap adik saya yang tengah sakit! Mungkin tidak sekarang, tapi nanti saya pasti akan membayar biayanya berapapun itu!”
Hariz, anak laki-laki sekaligus kakak dari gadis ini, berkata dengan menundukan kepalanya ke arah Arthur, dengan sangat rendah. Untuk membuktikan rasa terima-kasihnya, yang sangatlah besar.
Namun, Arthur hanya membalas dengan sedikit gerakan, yakni jari telenjuknya menempel ke tengah bibirnya seakan berkata, “Jangan mengeraskan suaramu! Adikmu masih tertidur.”
Membuatnya dalam sekejap terduduk di kursi dengan mulut terdiam. Kedua kakinya merapat, seakan meminta maaf terhadap sikapnya barusan. Terlihat dari badannya yang sedikit membungkuk sopan. Sekilas dia mencuri pandang untuk bisa menatap ke arah wajahnya.
Siapa sebenarnya orang ini? Dia terlihat sangat misterius untuk seorang peracik.
Kemudian dia berpaling menatap sekitar, melihat seisi kamar (kamar sewaan). Tidak ada yang spesial hanya perabotan, dan perlengkapan pada umumnya. Dan sebuah boneka?
“Apa yang kau lakukan di kota ini, Kakak asing? Apa kau punya rumah?” ucap Shopia dengan polos. Tapi wajahnya yang terlalu dekat itu, mungkin sedikit menganggu.
A— anak ini ....
Hariz hanya bisa menyeringai kesal di dalam hati, seraya memundurkan wajahnya (berpaling) agar tidak terlalu dekat.
“Saya punya rumah dan berkerja di kota ini. Dan berhentilah, memanggil 'kaka asing!' gini-gini saya juga mempunyai nama.”
“Kalo gitu siapa namamu, Kaka asing?”
“Namaku Hariz, dan itu adik perempuanku, namanya Elea.”
“Begitu, ya. Kalo gitu salam kenal Kaka asing Hariz. Aku Shopia, dan itu papaku, aku sangat menyayanginya. Salam kenal ya!” ucap Shopia dengan tersenyum manis, lagi matanya yang membinar-binar. Menandakan bahwa ia sangat senang akan pertemuannya ini. Berharap menjadi teman yang baik di suatu saat nanti.
“Sudah dibilangin jangan pakai kata 'kaka asing'. Aahh~ tapi sudahlah, salam kenal juga, Shopia. Kau sungguh, mempunyai papa yang hebat!”
Dan diakhiri dengan jabatan tangan. Satu-satunya momen, saat pertama kali Arthur menyaksikan, putri kecilnya mempunyai teman untuk pertama kali. Ia tersenyum senang.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Rini Sarmilah
Oh ...Erwad jangan bingung dong 😁😁😁👍
2021-09-05
0
Dewi maharani
Author update langsung auto LIKE
2019-10-21
10
Debira Elzabet
gud
2019-10-21
3