#Bagian3
Di ruangannya di sebuah mansion mewah, terdapat Albert yang duduk di tempatnya, dan menatap ke arah jendela. Ia seperti melamunkan sesuatu, atau lebih tepatnya menunggu sesuatu?
Kring, kring!
Hingga suara telpon berbunyi di sampingnya. Berapa kalipun ia mendengar suaranya, tetap saja bikin kaget. Namun, ia tidak mempermasalahkannya, dan mulai mengangkat telponnya.
“Iya?, dengan Albert disini.”
[Tuan, saya ada kabar baik dan buruk.]
“Hoh, ternyata kau. Mulai dari kabar buruknya, ada apa?”
[Wa— wanita itu lepas kendali, dan pergi dari pengawasan saya. Dan sampai sekarang, saya tidak bisa menemukannya. Kemungkinan besar ia telah melarikan diri.]
“Apa?!”
[Saya tahu Tuan pasti marah, tapi tolong dengarkan kabar baiknya dulu.]
Dia benar, tidak ada gunanya marah-marah terhadap sesuatu yang sudah terjadi. Namun, ia masih tidak percaya, karna seharusnya wanita itu berada dikendalinya. Ia harus memikirkan kemungkinan yang telah terjadi, tapi kemungkinan melarikan diri itu sangat kecil. Jadi sebelum itu mari dengarkan kabar baiknya, dengan menghela nafas sebagai pembuka.
“Aahh~, lanjutkan perkataanmu!”
[Jadi selang berberapa saat dia melarikan diri, tiba-tiba datang seorang berjubah, dengan kain yang tebal di sekujur tubuhnya.]
“Pria berjubah?”
[Benar Tuan, pakaian style timur tengah.]
Baru kali ini ia mendengar tuannya sangat terkejut mendengar ciri-ciri seseorang. Apakah tuannya tahu siapa orang ini?
“Ja— jadi kabar baik apa yang ingin kau sampaikan?”
Ia ingin bertanya tentang hal itu. Namun, ia lebih memilih untuk mengurungkan niatnya.
[Jadi dia memberiku sekantong berlian dan emas sambil mengatakan, 'Semua hutang keluarga itu lunas!' Tidak lupa meninggalkan pesan untukmu juga Tuan, pesannya sebagai berikut 'Sampaikan kepadanya dari seseorang yang akan datang kepadamu,' sepenggal pesan darinya.]
Bruk! Suara telpon yang jatuh!
[Tuan, hallo?! Tuan~.]
Albert terlihat berdiri dari kursinya, dengan tangan kirinya menutup wajah. Hingga dia mulai tertawa keras, “Hahahahahaha~.”
Bukan tawa yang menyenangkan, melainkan tawa para villain (penjahat). Sampai-sampai terdengar melalui telpon yang terjatuh.
[Tuan?]
“Sungguh konyol, bukannya terbalik? Justru akulah, akulah, yang akan datang kepadamu, sebagai sosok sang pencabut nyawa untukmu, Arthur Pendragon.”
****************
#Puisi
Diantara kabut ia memperhatikan.
Diantara sunyi ia mendengarkan.
Semua rasa sakitmu.
Semua keluh kesahmu.
“Apa? Siapa yang bicara?”
Hati yang seharusnya seputih susu.
Hati yang seharusnya sermurni berlian.
Begitu kokoh dan tak tertandingkan.
Tak disangka, jatuh begitu dalam.
“Aku tidak tahu siapa kau, tapi keluarlah dasar pengecut! Jangan bersembunyi di antara kabut.”
Tuhan maha penyayang.
Tuhan maha pengasih.
Dan Tuhan maha pengampun.
Tak peduli berapapun jauh kau jatuh.
Jika kau sungguh-sungguh ingin kembali kepada-Nya.
Ia akan mengampunimu.
“Aku tak butuh sebuah pengampunan! Aku hanya ingin kau keluar dari kabut, dan hadapi aku secara langsung dasar pengecut!”
Namun, akan selalu ada penerimaan dan penolakan.
Tidak masalah, karna setiap jiwa akan dibalas perbuatannya.
Maka jadi 'lah saksi, bagaimana perbuatan itu akan dibalas.
Secuil cara bagimana pembalasan itu akan terjadi atas izin-Nya.
“Ti— tidak ... mungkin ...”
“Ibu?”
Lihatlah mata itu.
Mata yang terbelalak lebar.
Mata yang penuh ketakutan.
Akan sebuah kematian yang sebenarnya.
Secuil cara yang menghancurkan sikap sombongmu itu.
“Aahh, ahh, ah~.”
“Ibu kita mau kemana?”
Mengapa kau berlari?
Kemana sikap sombongmu barusan?
Yang begitu angkuh.
Yang begitu tinggi.
Dia tidak akan melepaskanmu.
“Ibu, tempat ini sangat sempit dan sakit.”
“Diamlah, jangan bersuara!”
Bukankah sudah aku bilang kepadamu?
Bahwa ia tidak akan pernah melepaskanmu!
Lantas mengapa, mengapa kau melakukan perbuatan sia-sia?
Bersembunyi dibalik batu reruntuhan.
“Sial!”
Teruslah berlari!
Teruslah berlari!
Walaupun itu perbuatan sia-sia.
“Ibu, kita mau kemana lagi?”
“Diamlah!”
Bruk.
“Akh.”
Terus berlari hingga kau jatuh kembali.
Jatuhmu tidak seberapa, jika dibandingkan saat di hari penghakiman nanti.
Kau akan mempertanggungjawabkan semuanya.
“I— ibu ... a— apa yang kau mau lakukan ...?”
“Setidaknya aku keluar dari sini tidak dengan tangan kosong.”
Jlab!
Sekali lagi darah sebagai saksi.
Pisau yang menusuk hati.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Rini Sarmilah
Sedih bacanya 😥😥😭
2021-09-13
0
ᥴꪖꫝ
hallo kak aku udh mampir nih bawa boomlike and aku follow juga aku tunggu ya feedback nya SEMANGAT 😇
2020-11-02
0
Susi Ana
jempol hadir, mampir ya
2020-10-29
2