ALAM SEBELAH

ALAM SEBELAH

CANDI WULAN

CRIK CRIK CRIK

Suara korek api alumunium berbahan bakar minyak tanah, tengah coba dinyalakan Si Mbah Turahmin melalui jari-jemarinya.

"Dar, ambilkan lampu sentir di sebelah kamu sini. Ini habis pasti minyaknya," titah Mbah Turahmin sembari terus mencoba menyalakan korek api di tangannya.

Bergegas kusodorkan lampu yang berbahan bakar minyak tanah di sebelahku--satu-satunya penerangan ruangan ini, menuju tangan Mbah Turahmin.

"Niki, Mbah?!" (Ini Mbah) ucapku seraya melepas lampu sentir yang lalu berpindah ke genggaman Mbah Turahmin.

Selang berapa detik, terlihat kepulan asap di iringi bau kemenyan yang cukup menyengat keluar dari bibir Mbah Turahmin.

Asap yang bersumber dari rokok buatan tangan sendiri. Rokok tersebut berbahan tembakau, kelembak, kemenyan dan juga cengkeh yang dibungkus kertas sigaret, lalu digulung manual menggunakan tangan.

Sesekali Mbah Turahmin memejamkan mata menikmati asap menari di dalam saluran pernapasan, sebelum lekas membuang asap tersebut dengan meniupnya.

"Dar, kamu sudah dengar belum, tentang Pak Sapto?" tanya Mbah Turahmin dengan asap yang terus mengepul dari mulutnya.

"Lho, ada apa, Mbah? Aku belum dengar apa-apa." Sontak aku menoleh ke arah mbah Turahmin, ketika kedua tanganku tengah meracik bumbu dan tembakau untuk dijadikan rokok.

"Itu lho, Dar ... sampai sekarang gerobak sama bakso-baksonya belum diambil dari kuburan Candi Wulan," ungkap Mbah Turahmin dengan raut wajah serius.

"Lho, kok bisa? Siapa yang angkat gerobak Pak Sapto sampai atas? Bukannya satu-satunya jalan ke kuburan itu harus lewat tangga, ya, Mbah?" tanyaku penasaran.

"Nah itu anehnya, Dar. Tadi sore aku sempat ke rumah Pak Sapto buat menjenguk, soalnya aku dapat kabar setelah kejadian itu dia langsung jatuh sakit. Pas aku tanya ke Pak Sapto, dia cuma bilang kalau pas kejadian dia sudah ngantuk berat, tapi baksonya belum laku sama sekali, alias masih utuh," cerita Mbah Turahmin terhenti, karena rokok yang dia pegang mati. Kini dia tengah menyalakan kembali rokok di tangannya menggunakan lampu sentir di dekat kami. Wajar saja, karena rokok kami memakai kemenyan. Jadi memang sudah biasa kalau sebentar saja didiamkan langsung mati.

"Terus, Mbah?" tanyaku penasaran.

"Nah, pas lewat di dekat kuburan candi wulan, katanya ada ramai-ramai, Dar. Berharap baksonya laku, dia dorong gerobaknya ke arah keramaian itu. Nah, pas sudah sampai di keramaian, banyak yang nyamperin, Dar. Pembelinya sampai ngantri. Pak sapto benar-benar kewalahan, karena mangkok yang dia bawa cuma tuju, jadi cuma bisa melayani tujuh orang. Meski begitu, yang lain masih sudi ngantri giliran mangkok," tutur Si Mbah sedikit tertawa.

"Apanya yang lucu, Mbah? Terus gimana lanjutannya?" tanyaku semakin penasaran.

"Nah, karena saking ramainya, Pak Sapto sampai tidak fokus. Yang dia perhatikan cuma sisa bakso di kuali saja. Dia bilang, pas mau siapin bakso ke-14, semua orang mendadak hilang, Dar. Dia toleh kanan, toleh kiri, tapi sepi. Yang bisa dia lihat cuma batu nisan yang lagi baris rapi," tutur Si Mbah lagi sembari tertawa, menganggap hal yang dilontarkannya terkesan lucu.

"Terus, Mbah?!" Wajahku semakin heran melihat Si Mbah tertawa. Karena menurutku, itu tak lucu sama sekali.

"Terus Pak Sapto puter balik, Dar. Buru-buru dia dorong gerobaknya. Pas sampai di bibir tangga menurun, dia bingung, karena jalan yang tadi dia lewati sudah tidak ada lagi. Akhirnya dia lari pontang-panting sampai rumah. Gerobak sama baksonya dia tinggal di atas kuburan!" Si Mbah masih terbahak.

"Yang aneh lagi, Dar ... semua orang yang beli serentak bayar pakai uang lima ratus perak gambar orang utan. Mereka enggak minta kembalian, tapi pas sampai di rumah, tiga belas lembar uangnya jadi daun nangka semua. Hahaha!" lanjut Si Mbah, semakin terbahak-bahak.

"Masak iya sih, Mbah? Nggak bohong, 'kan?" Aku sedikit merasa tak percaya.

"Ya, emang tidak masuk akal sih, kalau dipikir. Masa iya, setan ngantri bakso? Hahaha!" jawab Si Mbah yang berhasil membuatku ikut terbahak.

"Besok siang katanya tetangga Pak Sapto mau bantu turunin gerobak. Kamu ikut ya, Dar?"

"Njih, Mbah. Siap!" jawabku singkat sembari meyakinkan bahwa cerita itu nyata, karena percaya tidak percaya, gerobak pak Sapto benar-benar berada di atas kuburan.

***

Namaku Darto, laki-laki lima belas tahun yang tidak bersekolah. Aku tinggal di gubuk kayu hanya dengan mbah Turahmin, selaku kakekku--bapak dari Ayahku.

Dia satu-satunya keluarga yang kupunya di kampung ini. Kata Si Mbah, ibuku meninggal tepat setelah melahirkan diriku. Dan juga dia bilang kalau aku terlahir dengan posisi sungsang-- keluar kaki terlebih dahulu.

Ayahku meninggal ketika usiaku menginjak empat tahun, karena terserang penyakit cacar. Akhirnya Mbah Turahmin yang menggantikan peran ayah-- merawat dan membesarkanku sendirian hingga detik ini.

Sebelum merawat diriku, Si Mbah juga hidup sendiri di rumahnya, istrinya sudah berpulang setelah melahirkan ayahku, sedangkan ayah dan ibuku menetap di rumah lain yang mereka bangun sendiri.

Menggunung rasa syukurku karena Si Mbah Turahmin yang membesarkanku. Sosok orang tua nyata--pribadi penuh kehangatan, kelembutan, kasih sayang, juga sifat humorisnya yang selalu membuatku menarik bibir lebar-lebar, membentuk tawa dengan suara menggema. Menikmati kebahagiaan dengan cara sederhana.

Dengan sedikit bantuan tenagaku, kita berdua mendapatkan pasokan makan dan uang dengan bertani setiap harinya. Kita habiskan sebagian besar waktu untuk menanam singkong, ubi, talas dan sesekali menanam kacang panjang di ladang yang cukup luas di belakang rumah kami.

Penduduk daerah kami juga sama, hampir merata seluruhnya berprofesi sebagai petani. Namun ada beberapa yang pergi mengadu nasib di rantau, dengan jumlah yang hanya bisa dihitung dengan jari.

***

"Mbah, ayo kita bantu turunin gerobak Pak Sapto," ajakku seraya membuka pintu hendak keluar dari rumah.

"Ayo, Dar!" sahut Si Mbah yang sudah tampak siap di belakangku.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai di sana, karena kuburan Candi Wulan memang tidak jauh. Letaknya berada di pinggiran desa kecil yang kita singgahi.

Sesampainya di sana, tampak dua laki-laki tua dan dua pemuda yang sangat aku kenal tengah menaiki tangga, mereka terus mendekat menuju gerobak Pak Sapto yang sudah terlihat dari bawah tangga.

"Dar, besok bantu panen buncis punya bapak ya Dar. Sama Satya juga," kata Anto teman sebayaku meminta pertolongan.

"Siap, Juragan! Asal upah sepadan!" kicau recehku dengan cepat, menyanggupi permintaannya.

"Ya sudah, besok langsung ke sawahku, ya. Jangan kesiangan!" tandas Anto mengingatkan.

"Siap, Juragan!" Jawabku kemudian kembali melangkah.

Kita melanjutkan menaiki tangga kuburan Candi Wulan yang sudah terpampang di depan mata. Sekitar seratus anak tangga yang harus kita daki untuk bisa mencapai puncak. Hal itu membuatku semakin berpikir keras, bagaimana Pak Sapto tidak merasakan apa pun ketika menaiki tangga ini. Padahal dia mendorong gerobak yang masih penuh dengan baksonya. Entahlah! Memang akal tidak akan pernah berfungsi, jika sudah menyangkut tentang hal yang berbau gaib.

Sesampainya di atas, tampak gerobak Pak Sapto sudah sedikit tertutup daun kering, yang berasal dari pohon beringin besar di sampingnya.

Bersama kita menurunkan gerobak tersebut menuruni tangga perlahan. Dua anak muda di bawah, dua orang tua di belakang dan dua sisanya menjaga dari samping jika sewaktu-waktu menggelinding. Dan syukurlah usaha kami berhasil.

Ketika sampai di bawah tangga, kualihkan kembali pandangan ke ujung atas tangga. Sekejap aku membayangkan satu orang mendorong gerobak sendirian sampai atas. Langsung kusimpulkan; Hal itu termasuk kategori mustahil.

Usai istirahat di bawah tangga, kulihat kembali ujung tangga di atas sebelum bergegas meninggalkan kuburan.

"Sudah, Dar! Jangan dilihat terus," ujar Si Mbah tiba-tiba, sembari terus memperhatikan diriku.

"Njeh, Mbah!" jawabku singkat sembari berdiri, lalu menyusun langkah menuju pulang bersama rombongan.

"Kamu liat 'kan, Dar?" tanya Si Mbah sembari terus berjalan.

"Iya, Mbah. Saya lihat," jawabku--tahu persis mengarah kemana pertanyaan Si Mbah tersebut.

"Sudah! Jangan diingat-ingat terus!" hardik Si Mbah.

Saat itu, aku melihat sekumpulan orang dengan baju putih di ujung tangga. Mereka hanya diam, menatap ke arah yang sama dengan tatapan merendah. Wajah mereka hancur, membusuk, juga tidak lengkap. Sungguh pemandangan yang jauh dari kata sedap untuk dipandang.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Ira_87

Ira_87

menegangkan 😱

2024-05-01

0

Introvert

Introvert

hadir bang

2024-04-13

1

MARY DICE

MARY DICE

simbah udah sering liat yang lebih serem makanya dianggap lucu

2024-03-28

0

lihat semua
Episodes
1 CANDI WULAN
2 KETURUNAN
3 DINING
4 TUJUAN
5 SOSOK LAIN
6 MALAM PERTAMA DI HUTAN
7 PETUNJUK DINING
8 MISTERI RAWA 1
9 MISTERI RAWA2
10 LARI.!
11 PENJELASAN SIMBAH
12 MANUSIA KAH?
13 YANG DI TUNGGU TIBA
14 SEPARUH LEHER
15 GEMPAR
16 SAMPAI JUMPA LAGI
17 SATYA
18 KAKUNG
19 PAMIT
20 KALUNG
21 MALAM KE 5
22 CANDI?
23 CINCIN
24 PESANTREN
25 KELAHIRAN DARTO
26 DANAU
27 BERKUNJUNG
28 RUMAH JURAGAN
29 TEROR BARU
30 KELANJUTAN TEROR
31 SEBUAH KISAH
32 ADEK
33 MUSUH SEBENARNYA
34 TUGAS PERTAMA
35 HASIL
36 SURAT
37 PASAR
38 PENARI
39 PULANG
40 MALAM PANJANG
41 WARISAN
42 KAMPUNG KEMOCHENG
43 ANTO
44 MASALAH BARU
45 KISAH LALU
46 AKHIR DARI LASTRI
47 SAH
48 MALAM TERAKHIR DI KAMPUNG
49 MASIH MALAM TERAKHIR DI KAMPUNG
50 BUTO IRENG
51 PERSIAPAN
52 BERANGKAT
53 PEMUKIMAN
54 SUARA SIAPA?
55 WARUNG KELONTONG
56 MASIH WARUNG KELONTONG
57 MENGEMBALIKAN
58 LANJUT
59 PUSAKA
60 SOSOK YANG DIRINDUKAN
61 KEBENARAN
62 UJIAN
63 HARI PERTAMA
64 BAPAK
65 MAHESWARI
66 PERJANJIAN
67 ALASAN
68 EPISODE SPESIAL
69 KEPUTUSAN
70 ANUGERAH?
71 TIDAK GRATIS
72 BAYARAN
73 PENYEBAB
74 KEMBALI
75 TITIPAN DARSA
76 RENCANA BARU
77 MELEPAS
78 SAMPAI
79 POCONG BERDARAH
80 TOLONG
81 DILUAR RENCANA
82 SEBELUM PERTARUNGAN
83 KALUT
84 PERMINTAAN
85 BIMBANG
86 KELANJUTAN DARSA
87 AKHIR DARSA
88 KABAR UNTUK SI MBAH
89 BERTEMU
90 KEJUTAN
91 PERTOLONGAN
92 KANTI
93 ABIRAMA
94 KANJENG DARMA
95 PENERUS
96 HARI YANG DITUNGGU
97 IZIN
98 BERKUMPUL KEMBALI
99 KAMPUNG IJUK
100 HAL TAK TERDUGA
101 SEMAKIN BINGUNG
102 DUA DALAM SATU
103 PAGI DI KAMPUNG IJUK
104 HARI H
105 TUGAS USAI
106 JAWABAN TEKA TEKI PANJANG
107 AWAL PERJALANAN PANJANG
108 KEJUTAN WARGA
109 SINGGAH
110 RAHASIA?
111 YANTO
112 BENGIS
113 KISAH NEK IJAH
114 RAMAI
115 TRIO SANTRI
116 SALAM PERKENALAN
117 MUSUH HEBAT
118 PENGALAMAN
119 PERASAAN BARU
120 HALAL
121 RESEPSI
122 TERPENCIL
123 TUGAS APA?
124 PERMINTAAN
125 BELENGGU
126 PENINGGALAN DARMA
127 KEPOLOSAN JAKA
128 NEGOSIASI
129 RUMAH KI KARTA
130 PERMULAAN JAKA
131 MALAM PANJANG JAKA
132 TANPA CURIGA
133 PETUNJUK BARU
134 HARUS TERBIASA
135 KEPUTUSAN AWAL
136 MENDEBARKAN
137 KEHADIRAN BARU
138 KEJADIAN LALU
139 AKHIR DARMA
140 TUJUAN BARU
141 GARIS BESAR
142 NASIB KI JUMAR
143 RUMAH
144 BERHARAP
145 JAWABAN KEBINGUNGAN DARTO
146 TAKDIR YANG SAMA
147 KABAR BAHAGIA
148 KAMPUNG JAKA
149 ADU MEKANIK
150 SENGIT
151 KAWAN LAMA
152 SI MBOK DAN JAKA
153 KEJUTAN JAKA
154 TUGAS SEORANG BAPAK
155 PESAN KOMANG
156 DAVANKA
157 IJIN HARTI
158 FIRASAT
159 LANGKAH AWAL
160 MEMASUKI HUTAN TERTUA
161 TERIAKAN LANTANG
162 KEJANGGALAN
163 TEMPAT ANEH
164 SIAPA ITU?
165 TIDAK TERDUGA
166 TEMPAT BARU
167 SAYEMBARA
168 KANDIDAT
169 BERKAWAN DENGAN LAWAN
170 KEBINGUNGAN RAJA
171 HASIL SAYEMBARA
172 KUBANGAN
173 KEJUTAN
174 MURKA
175 SEJARAH SILAM
176 ANAK DAN ADIK
177 PILIHAN
178 HADIAH PEMBUKA
179 HADIAH SELANJUTNYA
180 PANEN
181 PESTA PERPISAHAN
182 PULANG
183 HARU
184 KUNJUNGAN KEDUA
185 SI MBAH TURAHMIN
186 PERMINTAAN DARTO
187 LATIHAN DAVA
188 PUNDAK KECIL
189 DUA HARI TERAKHIR
190 ALAS IRENG
191 JUMPA AWAL
192 PERTARUNGAN AWAL
193 PENGEJARAN
194 MASUK KE DALAM GOA
195 MASIH BERLANJUT
196 KELABU DI TENGAH HITAM
197 PEMUDA
198 PERJANJIAN
199 DUA KEHIDUPAN BARU
200 GERBANG TUJUAN
201 PENJAGA GERBANG
202 KEMENANGAN INSTAN
203 AWAL JUMPA
204 SEDIKIT PERCAKAPAN
205 MENYAMPAIKAN KEBENARAN
206 MASIH TENTANG KEBENARAN
207 HADIAH PERPISAHAN
208 SALAM PERKENALAN
209 AKHIR WARGA KI GANDAR
210 PERJALANAN SINGKAT
211 DI LUAR NALAR
212 KALAH JUMLAH
213 TEMPAT MENGEJUTKAN
214 SERGAPAN AWAL
215 SANGAT SENGIT
216 TIDAK DIDUGA
217 GEBRAKAN
218 SUASANA YANG DIRINDUKAN
219 SUASANA YANG DIRINDUKAN BAGIAN 2
220 MASIH DI TEMPAT YANG SAMA
221 SETITIK CAHAYA
222 RENCANA GILA
223 TARUHAN BESAR
224 DUGAAN DARTO
225 SEMAKIN DEKAT DENGAN JAWABAN
226 TEMPAT LAWAN
227 TRAGEDI
228 KENYATAAN
229 PELINDUNG PUNGGUNG
230 MASIH PANJANG
231 TERGESA
232 PENUNGGU RUANG 17
233 TANGGUH
234 SATU LAGI CAHAYA
235 TUGAS YANG TIDAK BOLEH DIGANTIKAN
236 KELUARGA
237 KEBAHAGIAAN SINGKAT
238 ENAM BELAS
239 SEBELAS
240 TEMPAT YANG DIJANJIKAN
241 TERKEJUT
242 KOMBINASI
243 CUKUP SULIT
244 BIMBINGAN
245 UNJUK KEBOLEHAN
246 MASIH TENTANG KEMAJUAN
247 TUJUH
248 BUNTU
249 MUNCUL JUGA
250 PERIBAHASA
251 ENAM
252 PERTEMUAN TAK TERDUGA
253 PERBINCANGAN
254 BENCI
255 PENYEBAB KEMARAHAN JAKA
256 SERANGAN PAMUNGKAS
257 LIMA
258 KEBERUNTUNGAN
259 EMPAT
260 SASTRO DAN MAUNG
261 WAJANA DAN KOMANG
262 TIGA
263 BERPENCAR
264 DUA
265 HAL TIDAK TERDUGA
266 TEMPAT LEBIH ANEH
267 MASIH DI TEMPAT YANG SAMA
268 BUAH MISTERIUS
269 SATU
270 TIDAK DISANGKA
271 BANTUAN SEBENARNYA
272 TATAP WAJAH
273 SOSOK TAK BERNAMA
274 KEYAKINAN
275 LANGKAH TERHENTI
276 EKSTRA PART
Episodes

Updated 276 Episodes

1
CANDI WULAN
2
KETURUNAN
3
DINING
4
TUJUAN
5
SOSOK LAIN
6
MALAM PERTAMA DI HUTAN
7
PETUNJUK DINING
8
MISTERI RAWA 1
9
MISTERI RAWA2
10
LARI.!
11
PENJELASAN SIMBAH
12
MANUSIA KAH?
13
YANG DI TUNGGU TIBA
14
SEPARUH LEHER
15
GEMPAR
16
SAMPAI JUMPA LAGI
17
SATYA
18
KAKUNG
19
PAMIT
20
KALUNG
21
MALAM KE 5
22
CANDI?
23
CINCIN
24
PESANTREN
25
KELAHIRAN DARTO
26
DANAU
27
BERKUNJUNG
28
RUMAH JURAGAN
29
TEROR BARU
30
KELANJUTAN TEROR
31
SEBUAH KISAH
32
ADEK
33
MUSUH SEBENARNYA
34
TUGAS PERTAMA
35
HASIL
36
SURAT
37
PASAR
38
PENARI
39
PULANG
40
MALAM PANJANG
41
WARISAN
42
KAMPUNG KEMOCHENG
43
ANTO
44
MASALAH BARU
45
KISAH LALU
46
AKHIR DARI LASTRI
47
SAH
48
MALAM TERAKHIR DI KAMPUNG
49
MASIH MALAM TERAKHIR DI KAMPUNG
50
BUTO IRENG
51
PERSIAPAN
52
BERANGKAT
53
PEMUKIMAN
54
SUARA SIAPA?
55
WARUNG KELONTONG
56
MASIH WARUNG KELONTONG
57
MENGEMBALIKAN
58
LANJUT
59
PUSAKA
60
SOSOK YANG DIRINDUKAN
61
KEBENARAN
62
UJIAN
63
HARI PERTAMA
64
BAPAK
65
MAHESWARI
66
PERJANJIAN
67
ALASAN
68
EPISODE SPESIAL
69
KEPUTUSAN
70
ANUGERAH?
71
TIDAK GRATIS
72
BAYARAN
73
PENYEBAB
74
KEMBALI
75
TITIPAN DARSA
76
RENCANA BARU
77
MELEPAS
78
SAMPAI
79
POCONG BERDARAH
80
TOLONG
81
DILUAR RENCANA
82
SEBELUM PERTARUNGAN
83
KALUT
84
PERMINTAAN
85
BIMBANG
86
KELANJUTAN DARSA
87
AKHIR DARSA
88
KABAR UNTUK SI MBAH
89
BERTEMU
90
KEJUTAN
91
PERTOLONGAN
92
KANTI
93
ABIRAMA
94
KANJENG DARMA
95
PENERUS
96
HARI YANG DITUNGGU
97
IZIN
98
BERKUMPUL KEMBALI
99
KAMPUNG IJUK
100
HAL TAK TERDUGA
101
SEMAKIN BINGUNG
102
DUA DALAM SATU
103
PAGI DI KAMPUNG IJUK
104
HARI H
105
TUGAS USAI
106
JAWABAN TEKA TEKI PANJANG
107
AWAL PERJALANAN PANJANG
108
KEJUTAN WARGA
109
SINGGAH
110
RAHASIA?
111
YANTO
112
BENGIS
113
KISAH NEK IJAH
114
RAMAI
115
TRIO SANTRI
116
SALAM PERKENALAN
117
MUSUH HEBAT
118
PENGALAMAN
119
PERASAAN BARU
120
HALAL
121
RESEPSI
122
TERPENCIL
123
TUGAS APA?
124
PERMINTAAN
125
BELENGGU
126
PENINGGALAN DARMA
127
KEPOLOSAN JAKA
128
NEGOSIASI
129
RUMAH KI KARTA
130
PERMULAAN JAKA
131
MALAM PANJANG JAKA
132
TANPA CURIGA
133
PETUNJUK BARU
134
HARUS TERBIASA
135
KEPUTUSAN AWAL
136
MENDEBARKAN
137
KEHADIRAN BARU
138
KEJADIAN LALU
139
AKHIR DARMA
140
TUJUAN BARU
141
GARIS BESAR
142
NASIB KI JUMAR
143
RUMAH
144
BERHARAP
145
JAWABAN KEBINGUNGAN DARTO
146
TAKDIR YANG SAMA
147
KABAR BAHAGIA
148
KAMPUNG JAKA
149
ADU MEKANIK
150
SENGIT
151
KAWAN LAMA
152
SI MBOK DAN JAKA
153
KEJUTAN JAKA
154
TUGAS SEORANG BAPAK
155
PESAN KOMANG
156
DAVANKA
157
IJIN HARTI
158
FIRASAT
159
LANGKAH AWAL
160
MEMASUKI HUTAN TERTUA
161
TERIAKAN LANTANG
162
KEJANGGALAN
163
TEMPAT ANEH
164
SIAPA ITU?
165
TIDAK TERDUGA
166
TEMPAT BARU
167
SAYEMBARA
168
KANDIDAT
169
BERKAWAN DENGAN LAWAN
170
KEBINGUNGAN RAJA
171
HASIL SAYEMBARA
172
KUBANGAN
173
KEJUTAN
174
MURKA
175
SEJARAH SILAM
176
ANAK DAN ADIK
177
PILIHAN
178
HADIAH PEMBUKA
179
HADIAH SELANJUTNYA
180
PANEN
181
PESTA PERPISAHAN
182
PULANG
183
HARU
184
KUNJUNGAN KEDUA
185
SI MBAH TURAHMIN
186
PERMINTAAN DARTO
187
LATIHAN DAVA
188
PUNDAK KECIL
189
DUA HARI TERAKHIR
190
ALAS IRENG
191
JUMPA AWAL
192
PERTARUNGAN AWAL
193
PENGEJARAN
194
MASUK KE DALAM GOA
195
MASIH BERLANJUT
196
KELABU DI TENGAH HITAM
197
PEMUDA
198
PERJANJIAN
199
DUA KEHIDUPAN BARU
200
GERBANG TUJUAN
201
PENJAGA GERBANG
202
KEMENANGAN INSTAN
203
AWAL JUMPA
204
SEDIKIT PERCAKAPAN
205
MENYAMPAIKAN KEBENARAN
206
MASIH TENTANG KEBENARAN
207
HADIAH PERPISAHAN
208
SALAM PERKENALAN
209
AKHIR WARGA KI GANDAR
210
PERJALANAN SINGKAT
211
DI LUAR NALAR
212
KALAH JUMLAH
213
TEMPAT MENGEJUTKAN
214
SERGAPAN AWAL
215
SANGAT SENGIT
216
TIDAK DIDUGA
217
GEBRAKAN
218
SUASANA YANG DIRINDUKAN
219
SUASANA YANG DIRINDUKAN BAGIAN 2
220
MASIH DI TEMPAT YANG SAMA
221
SETITIK CAHAYA
222
RENCANA GILA
223
TARUHAN BESAR
224
DUGAAN DARTO
225
SEMAKIN DEKAT DENGAN JAWABAN
226
TEMPAT LAWAN
227
TRAGEDI
228
KENYATAAN
229
PELINDUNG PUNGGUNG
230
MASIH PANJANG
231
TERGESA
232
PENUNGGU RUANG 17
233
TANGGUH
234
SATU LAGI CAHAYA
235
TUGAS YANG TIDAK BOLEH DIGANTIKAN
236
KELUARGA
237
KEBAHAGIAAN SINGKAT
238
ENAM BELAS
239
SEBELAS
240
TEMPAT YANG DIJANJIKAN
241
TERKEJUT
242
KOMBINASI
243
CUKUP SULIT
244
BIMBINGAN
245
UNJUK KEBOLEHAN
246
MASIH TENTANG KEMAJUAN
247
TUJUH
248
BUNTU
249
MUNCUL JUGA
250
PERIBAHASA
251
ENAM
252
PERTEMUAN TAK TERDUGA
253
PERBINCANGAN
254
BENCI
255
PENYEBAB KEMARAHAN JAKA
256
SERANGAN PAMUNGKAS
257
LIMA
258
KEBERUNTUNGAN
259
EMPAT
260
SASTRO DAN MAUNG
261
WAJANA DAN KOMANG
262
TIGA
263
BERPENCAR
264
DUA
265
HAL TIDAK TERDUGA
266
TEMPAT LEBIH ANEH
267
MASIH DI TEMPAT YANG SAMA
268
BUAH MISTERIUS
269
SATU
270
TIDAK DISANGKA
271
BANTUAN SEBENARNYA
272
TATAP WAJAH
273
SOSOK TAK BERNAMA
274
KEYAKINAN
275
LANGKAH TERHENTI
276
EKSTRA PART

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!