Mendengar jawaban gahar yang keluar dari wajah geram milikku, kulihat Anto dan Satya menatap lurus ke arahku dengan mulut terbuka. Jelas sekali mereka terkejut dengan jawaban yang kuberikan.
"Ehem.!" dehem Simbah melepas keterkejutan mereka berdua.
"Jangan begitu Dar! setiap apa yang mereka tamam itu yang akan mereka tuai. Pembalasan atas apa yang mereka perbuat, pasti sudah disiapkan sama yang di atas" Simbah angkat suara, coba memadamkan api yang berkobar di hati dan pikiranku.
"Lantas, bagaimana jika rencana tuhan memang aku yang membalaskan kematiannya Mbah?" jawabku membantah.
"Terus? bedanya kamu sama mereka apa Dar? kalau kamu juga mengikuti cara mereka?"
jawab Simbah kembali.
'Benar juga, entah mau dengan alasan cinta maupun benci, membunuh tetap saja membunuh' gumam dalam hati.
"Sebenarnya apa si Dar yang terjadi sama Dining?" serobot Anto bertanya.
"Jadi begini Tok, Sat, aku sudah lihat semuanya, awalnya, Ibu tiri Dining si Sulastri itu memang sudah punya pasangan, sebelum menikah sama Bapaknya dining, tapi demi tujuan mereka, si laki-laki itu dan Lastri buat muslihat, mengaku sudah cerai, dan otomatis si Lastri jadi janda"
"Tahu darimana Dar?" satya memotong pembicaraanku.
"Aku tau dari dialog mereka pas Dining sudah pingsan gara-gara dipukul pakai kayu di lehernya. Laki-laki itu berkata begini 'tidak sia-sia Las! aku nyuruh kamu kawin sama bapaknya Dining. Ditambah racun yang di beri sama saudaraku juga mujarab, terbukti bapak Dining langsung mati ya Las. Mulai sekarang kita bakal kaya' begitu katanya," ucapku sembari meniru suara ibu Dining.
"Loh Dining di pukul lehernya?" tanya Anto kebingungan.
"Ah iya, aku lupa menceritakan awal. Awalnya Ibu tiri Dining memang sudah mengincar si Dining. Pura-pura jadi janda, biar bisa kawin sama bapaknya dan jadi ibunya Dining. Sehabis menikah, bapaknya Dining diracuni sampai mati. Karena mereka sudah tinggal berdua saja, akhirnya Dining di ajak ke kota sama si Ibu tirinya itu"
Kali ini Aku lihat tangan kedua sahabatku mengepal. Ekspresi marah tergambar jelas wajah mereka.
"Nah arah kota kan sebenarnya ke timur, tapi Ibu Dining bilang harus ketemu sama orang dulu, dan mereka berangkat ke arah sebaliknya. Ke hutan mati dengan bekal yang cukup untuk mereka berdua. Pas sampai di bawah pohon beringin tempat kita tidur kemarin, Dining di pukul hingga pingsan sama laki-laki pacarnya si Lastri itu,"
"Terus Dar?" Anto penasaran dan di ikuti anggukan Satya, bahkan Simbah pun ikut memampangkan wajah penasaran di rautnya.
"Ketika Dining pingsan, mereka berdua jalan ke rawa. Jalanya beda sama yang kita lewati Tok, mereka cepat banget sampainya. Kalian tau? selama perjalanan Dining bangun dari pingsan empat kali, dan empat kali juga dining di beri pukulan tambahan oleh bu tirinya yang terus membawa kayu. Darah Dining terus keluar dari pelipis selama perjalanan," ceritaku di sambut gelengan kepala Simbah dengan tangan mengelus dada, menjelaskan rasa tak tega yang dia rasakan.
"Dan sesampainya di rawa, pukulan ke lima di layangkan Laki-laki itu, padahal Dining belum bangun. Kalian tau yang kita gali kemarin?" tanyaku di jawab anggukan Satya dan Anti.
"Laki-laki itu sudah menggali liang disitu sebelum ketemu sama Dining dan Lastri. Dia menyiapkan itu untuk mengubur Dining. dan sampai di sana mereka membungkus Dining yang masih bernafas dengan kain putih yang lelaki itu sudah siapkan" ceritaku terhenti karena air mata di kantung mataku sudah tidak terbendung lagi.
Dengan nada sendu kembali diriku melanjutkan cerita itu.
"kalian tau? tanah yang kita gali itu basah kan? karena letaknya yang persis di samping rawa liang yang sudah di gali oleh lelaki itu sudah berisi air. Airnya kira-kira setinggi setengah lutut di liang itu, tapi tetap dilempar tubuh Dining yang sudah dikafani ke genangan air itu. Lelaki itu meletakan batu besar di atas perut Dining agar tubuh dining tidak mengambang. Kemudian dia menutup liang itu dengan tanah. Aku bahkan sempat lihat Dining berusaha bangun dari genangan air itu ketika dia sadar. Dia meronta ketakutan, tapi tak bisa melawan karena badannya sudah terbungkus kafan yang di tali kencang sama laki-laki itu. Ditambah badan bagian bawahnya sudah tertutup tanah,"
Melihat wajah sedihku, tangan Simbah mendarat di atas punggungku, dan mengelus pelan sembari berkata.
"Sudah Dar, kamu harus ikhlas, Kita sudah mengubur ulang Dining. Yang Dining minta cuma dikubur selayaknya orang muslim yang mati. Sekarang dia bisa pulang, si pemilik rawa udah enggak bisa menahan Dining lagi,"
"Njih Mbah?! semoga Dining tenang di sana" jawabku sembari mengusap tetesan pilu yang jatuh dari kedua mataku.
"Berarti Dining di jadikan tumbal ya Dar!" tanya Satya dengan nada tinggi dan mata melotot.
"Iya Sat, itu sudah jelas, Simbah sering dengar dari jaman dulu, Kalau mau bersekutu sama Pemilik rawa, kalian harus memberi tumbal gadis perawan yang dikubur hidup-hidup menghadap timur sebagai sarat perjanjian. Semua pocong yang kalian lihat di rawa juga korban tumbal dari orang-orang yang pengen kaya, tapi enggak mau usaha" pertanyaan Satya untukku di jawab Simbah.
"Kalian pasti marah, Simbah juga merasakan apa yang di kalian rasa, tapi Simbah minta jangan kalian lakukan apapun ke Lastri dan Laki-laki itu. Jangan sebarkan cerita ini kepada siapapun juga. Kasihan Dining kalau sampai jadi buah bibir semua orang" Tukas Simbah di jawab anggukan kepala kita bertiga.
"Lalu Mbah, karena Dining sudah kita ambil, bagaimana dengan pemilik rawa?" tanyaku menyelidik
"Itu sudah jadi urusan duo biadab yang mengubur Dining hidup-hidup dan pemilik rawa. Kalau mereka masih di kampung ini, paling juga kesini ujung-ujungnya Dar, mau minta saran sama siapa lagi selain sama Simbah," jawab simbah kembali mengelus jenggot miliknya.
"Oh bener ya, kita tunggu saja kabar dari mereka, semoga mereka juga mati!"
Timpal Satya.
"Hus, doakan saja mereka baik-baik saja, soalnya kalau mereka mati malah keenakan. mending mereka hidup abadi di dalam ketakutan seumur hidup," jawab Simbah dilanjut tertawa dengan nada khas orang tuanya, memecah suasana.
Setelah emosi mereda kita semua terus melanjutkan obrolan tentang hal lain. Sesekali kami terhanyut dalam canda tawa di depan teras rumahku.
Seakan seperti sudah tau. Hatiku menyambut hangat kedatangan sesuatu yang kini tampak dari sudut mataku. Sosok dengan wajah cantik, putih, bersih, dengan lesung di pipi kiri, di tambah dagu terbelah di wajahnya. Tengah menyuguhkan senyum indah dari bibir tipis kemerahan miliknya.
Tanpa kata, lambaian tangan darinya mengisyaratkan bahwa dia hendak pergi. Ke tempat yang sangat jauh dan tak akan pernah kembali lagi.
'Semoga mulai sekarang kamu bisa tenang di sana, Ning. Sampaikan salamku untuk ayahmu'
gumamku dalam hati, menghantarkan langkah kaki Dining menuju ketiadaan.
Bersambung,-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 276 Episodes
Comments
sakura girls
sedih sih berasa gmn y....dulu sama skrng gkda bedanya..nyawa gak da artiny buat rang jhatt..
2023-11-26
0
Zay Zay
aq sdih+miris tp blm smpek nangis nich thor,tp seru cerita nya.👍👍👍👍👍👍👍😑😑😑😑
2022-11-02
0
akp
terharu nih....
2022-09-21
1