Pagi menyapa dengan cepat. Suasana di luar sana begitu cerah, dengan langit yang membiru lengkap dengan sang Surya yang mulai naik ke atas singgasana.
Airish mulai mengerti bagaimana melayani sang suami, dari mulai mandi hingga di meja makan. Kali ini, tanpa perlu marah-marah Kaisar mendapatkan apa yang ia inginkan.
Kedua orang tersebut berjalan beriringan, menuju teras depan, Airish yang akan pergi ke kampus, dan Kaisar yang akan pergi ke perusahaan.
Namun, sebelum mereka sampai di mobil masing-masing. Ada sebuah mobil melintas, dan tiba-tiba menjatuhkan sesuatu di depan gerbang rumah besar itu.
Joni yang berdiri di dekat mobil dan beberapa pengawal yang melihat kejadian itu, sontak saja berlari, mengecek apa yang dijatuhkan mobil tersebut.
Saat dua orang itu membuka gerbang, satu mayat sudah tergeletak di atas tanah. Dapat dikenali, dia adalah kepala divisi keuangan di King group. Lengkap dengan pakaian kerja, sepertinya dia baru saja dibunuh tanpa adanya luka berdarah-darah.
Dan seiring dengan itu, sebuah pesan masuk ke benda pipih milik Kaisar. Lelaki itu dengan cepat merogohnya, lalu membaca pesan yang baru saja masuk.
[Itu hadiah dariku]
Kaisar menarik satu sudut bibirnya keatas, tersenyum sinis.
"Tuan, apa itu?" Tanya Airish mulai penasaran, karena tadi Airish melihat Joni dan beberapa pengawal berlari dengan tergesa. Akhirnya tanpa menunggu jawaban Kaisar, ia sedikit berlari, ingin melihat dengan mata kepalanya sendiri.
Gadis itu langsung membekap mulut, dengan mata yang terbelalak lebar. Ia terlalu shock dengan apa yang dilihatnya, satu tubuh yang tergolek lemah dengan kulit yang sudah memucat. Airish bertanya-tanya, apa maksud ini semua?
Apa dia adalah orang yang sengaja dibunuh oleh Kaisar karena membangkang? Atau ulah seseorang, yang ingin menakut-nakuti suaminya karena mereka terlibat permusuhan?
Tapi bagaimana kalau pernyataan pertama yang benar? Apa nasib keluarganya akan sama, jika sekali saja ia tidak patuh pada ucapan Kaisar?
Sedangkan Kaisar hanya terlihat biasa saja, baginya ini bukanlah ancaman apa-apa. Ia sudah tahu Dewa akan melakukannya, karena ingin membalas kejadian tempo lalu.
Lelaki itu berjalan santai ke arah Airish, lalu merengkuh pinggang ramping itu. Tahu kalau sang gadis tengah merasa ketakutan. "Kau takut?" Tanya Kaisar, melesakkan wajah diantara ceruk leher istrinya.
"Bu, bukan seperti itu, Tuan. Aku hanya terkejut. Tapi siapa yang melakukan ini semua? Dan apa tujuan mereka?" Balas Airish tergagap, ia menelan ludahnya yang terasa tercekat di tenggorokan. Berharap jawaban yang Kaisar berikan dapat ia percaya, agar ia merasa sedikit lega.
"Hanya seseorang yang tidak bertanggung jawab. Tidak perlu kau pikirkan. Oh ya, kau benar-benar ingin membawa mobil itu sendiri? Kau tidak butuh supir?" Tawar Kaisar, ia sama sekali tidak peduli dengan seseorang yang tergeletak disana.
Airish menghela nafas, dan secepat kilat ia mengangguk.
Sudah cukup mobil baru, ia tidak ingin ada supir atau apapun itu, yang ada orang-orang akan semakin penasaran, dengan fasilitas yang ia dapatkan.
"Kalau begitu berhati-hati lah, Sweetie. Hubungi aku jika kau membutuhkan sesuatu." Kaisar melepas diri setelah memberi kecupan singkat di pipi gadis itu, melangkah ke arah mobil dan langsung masuk ke dalamnya.
Melihat sang Tuan yang nampak tidak peduli sama sekali, lantas Joni meminta pengawal untuk mengurusnya, sedangkan ia langsung menyusul Kaisar untuk pergi ke perusahaan.
"Usahakan hal ini tidak terjadi lagi. Aku tidak mau Airish melihatnya."
***********
Suasana kampus langsung heboh, saat Airish si anak beasiswa datang dengan mobil barunya. Dengan jiwa kepo meronta-ronta, mereka langsung mengecek harga mobil tersebut di internet.
Tak main-main, Kaisar memberikan Airish mobil edisi terbatas. Memanjakan sang wanita dengan hartanya yang melimpah ruah.
Siang di waktu istirahat. Orang-orang masih membicarakan Airish, hingga berita itu sampai ke telinga Jane. Namun, berita yang tersebar, Airish mendapatkan mobil itu dari sang ayah, sebagai hadiah ulang tahunnya.
Dan Jane tidak percaya begitu saja, ia yakin Airish mendapatkan fasilitas itu dari orang yang telah membelinya kemarin.
Cih, beruntung sekali dia.
Airish dan Zoya duduk diantara ramainya mahasiswa yang tengah menikmati makan siang. Dan disana, dengan sengaja Jane memilih tempat duduk dekat dengan meja adik tirinya.
Bahkan gadis itu mengundang Roger untuk makan di meja yang sama, ingin mengumbar kemesraan di depan Airish.
"Sayang." Sapanya begitu Roger baru saja duduk di samping Jane. Mereka melakukan cipika-cipiki tanpa tahu malu. Berharap Airish akan merasa sakit hati saat melihat adegan itu.
Airish mencoba tidak peduli, ia kembali mengajak Zoya untuk mengobrol sambil memakan makanannya. Tetapi gerakan mulutnya terhenti, saat kalimat Jane begitu mengusik indera pendengarannya.
"Sayang tahu nggak, mantan pacar kamu tuh sekarang jadi simpenan om-om lho, makanya bisa beli mobil baru. Bilangnya sih dari ayah, tapi kamu tahu nggak sih, ayah aku mana punya duit sebanyak itu buat beliin dia mobil, edisi terbatas lagi." Terang Jane dengan suara keras, agar semua orang mendengar ucapannya. Bahwa Airish bukanlah gadis baik-baik yang seperti mereka kira.
"Oh ya? Untung aja aku udah putus sama dia. Ternyata dia cewek matre?" Cibir Roger menimpali. Padahal karena mereka berdua, Airish harus sampai jatuh ke tangan Kaisar. Dan berakhir dengan menikah muda.
"Bukan cuma matre, tapi suka jual diri juga." Lalu tawa membahana terdengar begitu riuh dari mulut Jane dan seluruh antek-anteknya.
Zoya yang ikut merasa terusik menarik lengan Airish. "Kita pergi aja." Dan Airish yang sudah tidak tahan, mengangguk menyetujui, daripada harus mendengar cacian dan cemoohan sang Kakak, lebih baik ia menghindar.
Tapi sebelum itu, tiba-tiba seorang lelaki tampan berdiri di depan meja Airish dan Zoya. Lelaki yang masih terlihat muda, dengan semangkok bakso di tangannya.
"Boleh nggak, Denis duduk disini?" Tanyanya pada Airish dan Zoya, ia memandang kedua gadis itu dengan tatapan yang begitu manis. Dengan bulu mata lentik, dan bibirnya yang tipis.
Niat keduanya langsung urung, lalu Zoya mengizinkan lelaki itu duduk di meja bekas mereka. "Silahkan. Lagi pula kita sudah mau pergi."
"Yah, jangan dong. Denis mau ditemenin sama Kak Airish." Ia meletakkan mangkuk baksonya di atas meja, sedangkan wajahnya menatap Airish dengan tatapan memohon.
"Memangnya kamu kenal sama aku?" Kini Airish buka suara dengan sedikit terbata.
"Kenal dong, siapa yang nggak kenal Kak Airish, anak beasiswa yang paling pintar. Dan aku adalah mahasiswa yang paling tampan." Lelaki itu mendekat, memisahkan tangan Zoya dari lengan Airish, dan mendudukkan tubuh gadis itu kembali. "Temani aku yah." Sambungnya tanpa canggung. Seolah mereka sudah saling mengenal.
Airish dan Zoya sama-sama saling pandang, meski merasa aneh, mereka tetap mengangguk, menyetujui ide lelaki bernama Denis itu. Lelaki yang baru saja masuk ke fakultas ekonomi tahun lalu, itu artinya Denis adalah adik tingkat mereka.
"Kak Airish udah makan?" Sedari tadi lelaki itu hanya sibuk bertanya pada Airish, tanpa memperdulikan Zoya. Gadis itu sudah seperti nyamuk, diantara dua sejoli yang sedang dimabuk cinta. Padahal kenal juga tidak.
"Sudah, aku baru saja makan dengan sahabatku."
"Baguslah, kalau mau makan lagi bilang Denis aja yah. Nanti Denis pesenin." Lalu melahap baso kecil, tersenyum lebar disela-sela kunyahannya. Senang, bisa berdekatan dengan gadis yang selama ini ia perhatikan.
"Kenapa kamu tiba-tiba datang kesini? Bukankah meja yang lain ada yang kosong?"
"Sengaja, mau deket sama Kakak. Kakak udah putuskan sama kak Roger?" Tanyanya antusias, tidak peduli lirikan tajam Zoya.
Mendengar nama Roger, gadis itu melengos, meski tidak nyaman, Airish mengangguk pelan, membenarkan.
"Hehe, makanya aku berani deketin Kakak." Jawaban polos yang membuat Airish terkekeh, dan hal itu terlihat sangat manis di mata Denis.
"Emangnya lo mau apa deketin sahabat gue?" Timpal Zoya yang sudah meminum jus jeruk keduanya.
"Suka."
Eh!
"Maksud lo? Lo suka sama Airish? Lo kan adik tingkat kita. Wah parah, berondong semakin di depan ini mah." Ucap Zoya heboh, seraya menunjuk-nunjuk wajah tampan Denis.
Airish mendelik ke arah Zoya. Jangan asal bicara begitulah arti tatapannya.
Sedangkan Denis lagi-lagi hanya nyengir kuda, menunjukkan sederet gigi putihnya. "Iya suka, Kak Airish kan cantik."
"Cih, pasti kamu punya banyak pacar yah? Gombal gitu." Airish mencibir godaan Denis yang mengatakan dirinya cantik. Biasanya, yang mengatakan itukan para buaya pemangsa wanita.
"Enggak kok, kan tipe ideal aku ada di depan mata."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Michelle Ardina
jangan nis bisa koid kau
2024-11-21
0
Ney 🐌
wahhh cari mati c denis
2024-04-21
0
Suci Nurhidayah
😕😕😕😕
2024-03-31
1