Malam itu, Airish pulang ke kontrakannya. Lokasi yang dekat dengan kampus, tempatnya menimba ilmu. Dan di tempat ini, ia merasa lebih baik, karena terbebas dan tidak mendapat siksaan dari ibu serta kakak tirinya.
Tempat yang menenangkan. Meskipun ia harus berjuang sendiri, untuk menghidupi kehidupannya sehari-hari.
Dengan seutas senyum, Airish menyambut pagi, ia harus melupakan kejadian malam itu. Dan kembali fokus dengan kuliahnya. Belum lagi, ia harus membayar uang satu milyar yang sama sekali tidak ia nikmati itu. Hah, semuanya terasa berat, tetapi dengan keyakinan dalam hatinya, Airish percaya semuanya dapat ia lakukan dengan mudah.
"Semangat Ai!" Ucapnya pada diri sendiri sambil mengangkat tangan tinggi-tinggi.
Lalu, detik selanjutnya ia mulai membersihkan diri dan bersiap untuk berangkat ke kampus.
Gadis itu berdiri di depan kaca cukup lama, melihat dengan seksama, tanda kemerahan yang masih ada di lehernya. Seketika ingatannya langsung tertuju pada wajah tampan nan menyeramkan itu.
Lelaki yang merebut ciuman pertamanya.
"Cih, dasar badjingan! Aku menyesal meminta pertolongannya. Setelah uang itu lunas, aku pastikan, kita tidak akan bertemu lagi." Rutuk Airish sambil mengusap-usap lehernya dengan kasar. Seolah ada rasa jijik karena tanda itu ada di tubuhnya.
Ia menyambar foundation, lalu mengoleskan secukupnya, agar gigitan manis itu tersamarkan.
Setelah rapih, gadis cantik itu keluar dari kontrakannya, dan bergegas untuk berjalan ke arah kampus. 15 menit, waktu yang cukup untuk sampai di lokasi tersebut.
Disana, Zoya gadis yang telah menjadi teman sekaligus sahabat Airish dari semasa SMP sudah menunggu.
"Ai!" Panggil Zoya sambil melambai-lambai ke arah gerbang. Airish sedikit berlari menghampiri sahabatnya itu.
Kemarin, ia sempat izin untuk membolos, dengan alasan sakit.
"Lo udah sembuh?" Tanya Zoya. Ia memeriksa kening Airish, tapi suhunya terasa normal.
"Normal, lo beneran udah nggak apa-apa kan?" Sambungnya.
Pelan, gadis bernama Airish itu mengangguk dengan senyum mengembang.
"Aku udah nggak apa-apa, Zoy. Kemarin aku meriang doang kok." Balas Airish, lantas mengajak Zoya untuk masuk. Padahal ia hanya ingin menenangkan diri dari rasa takutnya.
"Bagus deh. Gue khawatir aja lo masih sakit, tapi maksain masuk. Oh iya, hari ini anak beasiswa suruh kumpul." Ucap Zoya, setelah mendengar info dari mahasiswa lain yang satu kelas dengannya.
"Oh ya? Tumben, ada apa?"
"Katanya sih, penyandang dana terbesar buat anak beasiswa kita bakal dateng." Jelas Zoya sambil melangkah.
Airish manggut-manggut, lalu tiba-tiba langahnya terhenti, begitu Jane beserta antek-anteknya menghadang di depan sana.
Gadis berambut pirang itu menyedikepkan tangan di dada, dan menyeringai licik.
"Udah dijual. Ternyata lo masih bisa kuliah juga yah, hebat banget." Cibir Jane, lalu bertepuk tangan, lengkap dengan senyum mengejek.
"Maksud Kakak?"
Tunggu!
Darimana Jane tahu kalau dirinya dijual oleh Roger? Apa lelaki itu yang bilang pada Kakaknya?
Jane menuding bahu Airish dengan jari telunjuk, dan mendekatkan wajahnya di depan wajah Airish. "Haha, lo kaget ya gue tahu soal ini? Kasih tahu nggak yah, gue takut lo kaget, terus shock terus lo bunuh diri deh."
"Kak!"
"Gue bukan Kakak lo, jadi jangan pernah panggil gue kaya gitu. Dan lo harus tahu, kalo Roger—"
"Jane!"
Semua orang kompak melayangkan tatapan mereka ke arah seseorang yang memanggil nama Jane itu. Dilihatnya, Roger berjalan dengan tergesa, dan begitu sampai lelaki itu tiba-tiba merangkul bahu Jane di depan mata Airish. Tak tahu malu.
Hati Airish mencelos, dadanya tiba-tiba sesak, seolah ada batu besar menghimpit di dalam sana. Matanya menganak sungai, dengan bibir tak berhenti untuk bergetar. Bukan, bukan karena ia masih mencintai lelaki brengsekk itu, ia hanya merasa takdir buruk kembali menimpanya.
"Ai, lebih baik kita pergi!" Zoya meraih pergelangan tangan Airish, berniat membawa sahabatnya berlalu dari tempat itu.
"Gue sama Roger pacaran."
Deg!
Langkah Airish kembali tersendat dengan kalimat yang baru saja terucap dari bibir kakak tirinya. Ia tidak salah dengarkan?
Tak hanya dijual, selama ini juga ia dikhianati. Seketika tangan Airish terkepal kuat, hatinya merutuk karena selalu bersikap lemah tak bisa melawan Jane.
Itu semua semata-mata karena ia masih menganggap Jane sebagai keluarganya, dan bentuk penghormatan pada sang ayah yang telah membesarkannya. Tapi bila sudah begini, bolehkah ia menjadi jahat?
Bolehkah ia egois, dan memilih balas dendam sebagai jalan yang ingin ia tempuh? Ia bertanya pada hati kecilnya, bolehkah?
Tanpa berkata apapun, Airish berlari menjauh dengan amarah yang masih berkobar di dadanya. Menyisakan gelak tawa dua pengkhianat yang tidak memiliki hati nurani.
Di toilet, tanpa bisa dicegah tangis Airish pecah, menangisi takdirnya. Apa karena ia hanya anak hasil dari perselingkuhan, ia harus menerima ini semua? Apa karena ia adalah anak haram, ia harus diinjak-injak dan diperlakukan semena-mena.
Dan masih banyak pikiran-pikiran picik yang mulai bertebaran di otak Airish.
"Kenapa ibu lahirin Airish? Kenapa ibu nggak bunuh Airish aja waktu itu? Bukankah Airish hanya anak haram?"
"Kenapa ibu nggak ajak Airish pergi aja dari dunia ini? Airish nggak sanggup, Bu... Airish nggak sanggup." Rancaunya sesenggukan.
Dok dok dok...
"Ai, buka Ai. Ini gue, please jangan nangis, karena dua iblis itu nggak pantes ditangisin sama lo. Air mata lo terlalu mahal buat nangisin orang kaya mereka." Ucap Zoya, gadis itu bisa merasakan, sesakit apa hati Airish sekarang. Dari dulu, sahabatnya selalu dibenci oleh kakak serta ibu tirinya.
Namun, kejadian ini adalah yang paling parah. Sumpah demi apapun, Zoya pun tidak terima.
"Ai! Please, gue nggak terima lo di kaya giniin, tapi kalo lo mau nangis, ayo nangis sama gue." Gadis itu masih terus membujuk Airish agar mau membuka pintu toilet itu.
Dan tak lama kemudian, pintu itu terbuka, menampilkan Airish yang terlihat sangat menyedihkan. Zoya langsung menarik tubuh sahabatnya, dan air mata Airish kembali tumpah.
"Apa salahku, Zoy? Kenapa mereka selalu jahat sama aku?"
"Lo nggak salah, Ai. Mereka yang nggak punya hati, jangan pernah nyalahin diri lo, karena selama gue kenal lo, lo adalah sahabat gue yang paling baik." Tutur Zoya menenangkan.
Airish terisak-isak, menumpahkan segalanya di bahu Zoya. Berharap, setelahnya ia bisa merasa lega.
Cukup lama dalam posisi seperti itu, akhirnya suara sound sistem dari pusat informasi, membuat Airish menarik diri.
"Udah jangan nangis lagi, jelek tahu. Mending sekarang kita kumpul sama yang lain, kayanya orang yang suka ngasih kita duit, udah dateng." Ucap Zoya, terkekeh di ujung kalimatnya.
Pelan, Airish mengangguk. Keduanya langsung bergegas ke ruangan, tempat dimana anak-anak beasiswa berkumpul.
Airish mencoba mengembangkan senyum, namun saat dirinya masuk, ia dibuat tertegun.
Wajahnya nampak pias, saat melihat di ujung sana, sosok lelaki yang tidak ingin ia temui, tersenyum ke arahnya.
"Dia?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Happy Monday 🎉🎉🎉
Mumpung hari Senin, bantu vote Kaisar sama Airish yuk🥰🥰🥰
Tengkyu yah yang udah mau like, komen, dan vote kisah mereka ❤️❤️❤️
Jangan lupa juga baca cerita Dede yang lain🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
🟢Ney Maniez
🤔🤔🤔🤔
2024-04-20
0
Ayunda Abdullah
keknya bukan hasil perselingkuhan deh,mgkn dlu papanya airish ketemu ibunya airish secara di jebak mgkn,siapa tau ibunya airish org baik2 cuma ya malang nasibnya ajaa sm kek airish..
2024-03-21
0
Raisa anatasya
baru tau gw klo darah suci ,anak hasil dri perselingkuhan .🤭
2023-07-21
2