Keluar dari kamar mandi, kedua pasangan itu menunjukkan reaksi yang berbeda. Yang satu tersenyum puas, yang satu terlihat malu-malu dengan pipi bersemu merah.
Semerah tanda kepemilikan yang Kaisar buat di atas tubuhnya. Di dalam sana, ternyata bukan hanya mandi bersama, tetapi lelaki itu tak berhenti melakukan apapun yang ia suka.
Gadis itu hanya bergeming pasrah. Karena menolak pun rasanya tak bisa. Dengan segala tipu muslihat, Kaisar mencecap sana sini, namun tak sampai mereka melakukan sesuatu yang masih begitu Airish takuti. Melakukan hubungan suami istri.
Tidak, hanya saja kini ia mulai terbiasa dengan hal-hal yang awalnya tabu, tetapi mulai menjadi candu. Rasa yang Kaisar berikan, selalu membuatnya melayang, seperti ia terbang jauh ke atas langit, dan tak menapak lagi di bumi.
Mengarungi lautan awan putih, dengan rasa yang menggelitik bercampur dengan geli.
Lenguhan yang awalnya ia tahan, justru lepas kendali seperti alunan musik yang mendayu-dayu. Ah, bagaimana kalau lelaki tampan itu sampai bergerak di atas tubuhnya seraya membisikkan kata-kata cinta? Dengan memikirkannya saja, wajah Airish tak berhenti memerah.
Memanas seperti adegan yang ia bayangkan dalam pikiran kotornya.
Ah, tidak. Pikiranku.
Gadis itu segera menyadarkan dirinya. Menepuk-nepuk kepala, seraya melangkah.
"Kau suka mandi bersamaku?" Tanya Kaisar, menahan Airish yang akan melangkah menuju ruang ganti baju.
Lagi, gadis itu hanya mampu mengangguk, lalu cepat-cepat menunduk, tak mampu membalas tatapan mata Kaisar, sumpah demi apapun, ia sangat malu.
Melihat itu, Kaisar terkekeh merasa senang. Ia mendekat, menciumi rambut Airish yang basah. "Sudah ku duga, kau menyukainya. Lihat, pipimu merah seperti buah tomat." Goda Kaisar, melingkarkan tangan di perut Airish, lalu berniat menarik tali jubah gadis itu.
Secepat kilat, Airish menahan tangan besar Kaisar. Membuat lelaki berbalik, dan memperhatikan mimik wajah Airish dengan seksama.
Gadis itu menggeleng dengan wajah memohon. Berteriak jangan dalam hati. Bisa-bisa lelaki itu akan meminta lebih dari sekedar mandi bersama, jika ceritanya begini.
Apa yang dia pikirkan? Apa dia pikir aku akan melakukannya?
Kaisar tergelak kencang, dan detik selanjutnya ia tidak bisa menahan diri lagi. Melihat wajah sang istri yang terlihat sangat menggemaskan, membuat Kaisar menangkup kedua sisi pipi Airish dan mengecup bibir ranum itu dengan cepat. Memberikan jejak basah.
"Kau terlihat lebih menggemaskan ketika telanjang." Ucapnya kemudian berlalu ke ruang ganti lebih dulu. Tawa di bibirnya terdengar membahana, hingga tubuh tegap itu menghilang, masuk ke dalam ruangan.
Meninggalkan Airish yang terpaku dengan debaran jantung yang tak biasa. Di dalam sana seperti sedang berdisko ria. Tangannya meraih bibir yang masih merasakan kecupan singkat sang suami, ia mengulum senyum dengan gelengan kepala, merasa bodoh sendiri.
Sedangkan Kaisar kembali melongok, mengintip istri kecilnya. "Wah ternyata diam-diam kau menyukainya yah."
Airish mendelik menatap lantai mendengar suara ejekan Kaisar.
Sial! Kenapa dia selalu tahu apa yang aku pikirkan.
*********
Setelah menemani Airish makan malam, Kaisar meminta gadis itu untuk naik ke atas kamar terlebih dahulu.
"Ke kamarlah lebih dulu. Ingat, ketika aku datang, kau harus sudah memakai pakaian tidurmu." Titah Kaisar dan dijawab anggukan cepat oleh Airish.
Kemudian setelah Kaisar mengusak puncak kepalanya, gadis itu benar-benar melangkah.
Sedangkan Kaisar masuk ke ruang kerja, diikuti Ibu Oh yang mengekor di belakangnya.
Di dalam kamar, Airish sudah siap dengan lingerie merah menyala. Ia duduk bersandar di kepala ranjang, menunggu sang suami datang.
Lantas tak berapa lama kemudian, kenop pintu terlihat berputar, lalu menampilkan Kaisar yang diantar Ibu Oh sampai di depan kamar.
Ibu Oh pamit, dan Kaisar mengangguk sekilas. Sudah tidak sabar menggoda gadis kecilnya.
Lelaki itu langsung membaringkan tubuhnya di samping sang istri. Menarik pinggang itu agar merapat. Lalu meletakkan kepalanya diantara ceruk leher Airish, seraya mengendus-endus seperti biasa.
"Kau sengaja memilih warna merah agar aku tergoda?" Tanya Kaisar dengan bibir yang menempel, bergerak-gerak seiring kata yang ia ucapkan.
Hei, Tuan kondisikan tanganmu, kenapa masuk kesitu.
"Ti, tidak Tuan. Aku pikir, ini warna yang bagus, jadi aku memakainya." Balas Airish, menahan sesuatu yang menggelikan.
"Benar tidak mau menggodaku?" Semakin nakal, tangan itu merayap kemana-mana, sedangkan si pemilik tubuh hanya bisa bergeming, menikmati setiap sentuhan yang Kaisar berikan.
"Itu benar, Tuan." Hampir saja Airish melenguh, tetapi bersyukurnya Kaisar menarik tangan itu lebih dulu. Lalu kembali berada di posisi semula.
"Kau ada masalah?" Tanya Kaisar tiba-tiba.
"Tidak!" Balas Airish cepat, tidak ingin sang suami bertanya lebih jauh.
Namun, Kaisar yang sudah tahu kembali membuka suaranya. "Tapi ibu Oh bilang, kalau kau melamun di taman tadi siang."
"Tuan, aku hanya teringat ibuku." Meyakinkan Kaisar bahwa dia baik-baik saja.
"Benarkah? Bukankah ini karena kakak tirimu yang kembali mengganggumu?" Cetus Kaisar, tidak suka Airish berbohong, apalagi menyembunyikan perasaannya.
Glek!
Kenapa Kaisar bisa tahu?
"Tidak, Tuan. Dia tidak melakukan apapun." Kilahnya melindungi nama baik Jane di depan sang suami. Walau bagaimanapun, hati putih itu selalu lebih besar, sejahat apapun ibu serta Kakak tirinya, Airish tetap tidak ingin mereka kenapa-kenapa. Mereka berdua tetap keluarga baginya.
"Jangan menangis di depannya, karena hal itu hanya akan membuat dia berpikir kalau kau lemah." Yakin Airish takkan berkata jujur, akhirnya lelaki itu berkata sesuka hati, Kaisar mengelus lembut surai hitam Airish, menyelipkannya di belakang telinga, seraya menunggu jawaban gadis cantik itu.
Mata Airish kembali berkaca-kaca. Ya, selama ini ia hanya bisa pasrah, bahkan terkadang ia dengan segala kelemahannya, hanya mampu untuk menangis seorang diri di kontrakan.
Bahkan sang ayah pun tidak bisa membelanya. Seolah semua kesalahan terletak hanya pada diri Airish. Ia tidak boleh membantah, apalagi melawan, atau Jane dan ibu akan semakin memperlakukannya dengan kasar.
"Mulai hari ini, kalau kau ingin menangis, menangislah hanya di depanku."
Mendengar kalimat ajaib itu, Airish melirik ke samping, ada bias kelembutan yang ia rasakan, saat tatapan mereka bertemu.
Ia tidak pernah menemukan hal ini pada diri Roger, selama mereka berpacaran lelaki itu memang bersikap baik, cukup dengan kata baik. Tidak sampai membuatnya ingin berbagi keluh kesah.
"Sekarang kau punya aku, kalau kau ingin aku membalaskan dendammu, maka aku akan melakukannya. Asal kau berkata ya, dan tidak menahanku, semuanya akan beres." Sambung Kaisar, terus memperlihatkan bahwa kini, Airish tidak lagi sendiri.
Ia punya Kaisar yang bisa diandalkan. Meski lelaki itu tidak tahu, kenapa ia ingin melakukan ini semua untuk Airish, menjadi seseorang yang peduli terhadap orang lain, bukanlah sifat asli Kaisar.
"Bagaimana, kau ingin aku melakukan apa?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jangan lupa untuk senantiasa like dan komen 😍😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Michelle Ardina
enaknya punya suami kaisar
2024-11-21
0
Ney 🐌
🤗🤗🤗🤗
2024-04-21
0
Triiyyaazz Ajuach
bener bgt skrg udh ada Kaisar biar dia yg bertindak Airish
2023-08-17
0