Malam itu tidak terjadi apapun, seperti yang Airish minta, Kaisar tidak menjamah tubuh gadis itu. Lelaki dengan sorot mata tajam itu hanya melingkarkan tangannya ke perut Airish sepanjang malam, tidak melepas sedikitpun meski sudah terlelap nyenyak.
Hingga pagi menjelang, Airish terbangun lebih dulu. Ia sedikit tersentak kaget, begitu melihat tangan besar Kaisar melingkar penuh di perutnya. Bahkan ia lupa statusnya, lupa kalau ia sudah menikah.
Tak dipungkiri, tidurnya semalam memang sangat nyaman, dekapan lelaki itu, membuat Airish nyenyak dalam lelap.
Gadis itu melirik-lirik ke samping. Wajah dengan rahang tegas itu terlihat sangat tenang, saat sedang tidur. Sorot mata menajam, tertutup rapat tetapi tak mengurangi kadar ketampanan.
Bahkan Airish membatin, dan memuji suaminya. Ternyata dia lebih tampan jika sedang begini. Lalu tersenyum kecil, tanpa sadar tangannya terulur, bermuara di bibir yang kerap mencumbunya, ia menggerak-gerakkan jarinya memainkan bibir itu hingga beberapa kali, dan akhirnya membuat tidur Kaisar terganggu.
Lelaki itu menggeliat, lalu semakin mempererat pelukannya, sedangkan kepala itu sudah berada di dekat leher Airish. "Sampai kapan kau akan terus menggodaku, hmm?" Gumamnya dengan suara parau nan berat. Terdengar sangat seksi, membangunkan bulu roma milik Airish.
Terhenyak, gadis itu meremat tangannya yang tadi sudah lancang menyentuh bibir suaminya. Kini dia malah merutuk tak habis-habis sambil memejamkan mata.
Bodoh, bodoh, bodoh!
"Kenapa kau memaki dirimu sendiri?" Suara Kaisar terdengar lagi, tetapi lelaki itu sama sekali tidak berpindah posisi.
"Tuan kau?" Airish menggigit bibir bawahnya, kenapa lelaki ini bisa tahu jika ia sedang memaki, apa Kaisar bisa membaca pikiran seseorang?
"Apa? Kau kira aku tidak tahu? Bahkan dalam hatimu kau sempat memujiku. Kau bilang suamimu ini tampan, iyakan?"
Deg!
Kelakuannya tertangkap basah.
"Tuan bukan seperti itu. Maksudku—" Wajah Airish memerah bak kepiting rebus, karena sudah tertangkap basah. Ia tidak dapat melanjutkan kalimatnya, karena secepat kilat, Kaisar telah berhasil berada di atas tubuhnya.
Lelaki itu menyibak selimut, dan membuangnya kasar ke lantai. Menampilkan lekuk tubuh Airish yang hanya berbalut lingerie hitam. Dada itu menyembul tumpah-tumpah, dengan inti yang masih tertutup oleh secarik kain berbentuk segitiga.
Airish semakin meringsek, tangannya tak berhenti meremat kain sprei, sedangkan matanya terus terkunci dengan netra milik Kaisar. Lelaki itu menyeringai, ada guratan wajah mengejek di atas sana.
"Tuan." Panggil Airish dengan sorot mata memohon ampun, karena telah lancang menyentuh anggota tubuh lelaki itu.
"Apa?"
"Aku minta maaf, tapi kau tidak mau melakukannyakan?"
"Melakukan apa?" Tanya Kaisar dengan mimik wajah yang menjengkelkan. Melihat wajah Airish yang nampak semakin gugup, membuat Kaisar semakin gencar menggoda.
Gadis ini benar-benar menggemaskan.
Melihat Airish hanya bergeming, Kaisar beraksi. "Maksudmu melakukan ini?" Tiba-tiba tangan besar Kaisar meremat manja salah satu bulatan indah miliknya. Airish reflek menepis tangan itu, bahkan ia kaget sendiri karena berani melakukannya, tetapi bersyukur Kaisar tidak menunjukkan tanda-tanda kemarahan sama sekali.
Lelaki berbadan tegap itu hanya mengulum senyum, lalu berkata. "Ayo puji aku tampan, atau kau akan mendapat hukuman!" Ucapnya seraya menuding hidung mancung Airish.
"Hukuman?" Airish mengulang kata itu, seketika otaknya berputar, kira-kira hukuman apa yang akan Kaisar berikan untuk dirinya. Apa dia akan dipecut, atau dikuliti hidup-hidup? Atau dipenjara dalam bawah tanah? Atau mungkin lebih parah Kaisar akan menghabisi keluarganya?
Tidak! Hukuman apa yang dia maksud?
"Hukuman yang menyenangkan." Kaisar berucap seraya membenamkan wajahnya di antara bulatan besar milik istrinya. Menghirup aroma tubuh itu dalam-dalam membuat Airish meremang-remang tidak karuan.
"Masih tidak mau memujiku?" Kaisar menyembulkan kepala, melihat Airish yang hanya bergeming, dengan nafas yang tak berjalan dengan normal.
Gadis itu meneguk ludahnya dengan cepat. "Tuan, tuan tampan." Ucapnya terbata. Bahkan terasa aneh sekali saat ia mengucapkannya.
Kaisar tersenyum lebar di bawah sana, saat mendengar ucapan Airish. "Ulang! Kau kurang fasih."
"Tuan tampan." Ucapnya lagi sambil memandang langit-langit kamar.
"Lagi, yang ini masih terasa kaku!"
Airish memejamkan mata. Karena Kaisar terus-menerus memintanya. Lakukan saja apa yang dia mau Airish, si gila yang memanfaatkan kekuasaan. Cih, tapi sayangnya dia adalah suamimu, hiks.
"Hei!"
"Iya suamiku, suamiku yang tampan." Reflek Airish karena terkejut mendengar pekikan Kaisar.
"Wah, wah baru satu malam kau sudah berani memanggilku dengan sebutan itu yah."
Cih salah lagi, sebenarnya apa sih yang dimaui si bedebah gila ini.
"Aku hanya ingin menyenangkanmu, Tuan." Ucapnya dengan selembut mungkin, berharap Kaisar segera melepaskannya. Karena hari ini Airish akan pergi ke kampus. Dan dia tidak mau terlambat.
"Sayangnya aku tidak senang." Ujarnya santai. Seraya memperhatikan reaksi wajah Airish.
Airish kembali meremat kuat kain sprei, dan mulai memasang wajah kesal meladeni tingkah Kaisar. Tidak tahu, harus bagaimana lagi dia menanggapi ucapan lelaki itu.
"Kenapa kau terlihat kesal?" Cetus Kaisar.
"Ah tidak!" Balasnya gelagapan.
"Bahkan wajahmu tidak bisa bohong. Kau kesal karena aku tidak merasa senang dengan panggilan yang kau berikan? Baiklah. Kalau begitu panggil aku sesuka hatimu, istriku." Ucapnya lengkap dengan seringai.
"Tidak, bukan seperti itu, Tuan." Balas Airish cepat. Siapa juga yang mau memanggilmu seperti itu, cih menggelikan.
"Sudahlah." Kaisar bangkit, menarik diri dari atas tubuh Airish. Membuka satu persatu kancing piyamanya. "Itukan yang kau inginkan? Aku sudah mengabulkan permintaanmu. Bukankah harusnya kau memberiku hadiah?"
"Hadiah?" Airish membeo dan ikut bangkit, ekor matanya senantiasa mengikuti arah gerak lelaki tampan itu. "Hadiah apa, Tuan?"
Seketika lelaki itu membalik tubuhnya, seiring jubah tidur yang jatuh ke atas lantai. Mata Airish terbelalak, dan reflek menutupnya dengan kedua tangan.
"Hadiahku sudah di depan mata."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kedua orang itu sudah berada di meja makan untuk menyantap sarapan. Namun, pipi Airish masih memerah tanpa henti, mengingat sesuatu yang baru saja terjadi.
Cih, apa yang aku pegang tadi. Ya Tuhan... Tanganku sudah tidak suci lagi.
Sedangkan Kaisar nampak selalu mengulum senyum dengan wajah tanpa dosa. Airish benar-benar membuat harinya terasa berbeda. Semakin bergairah.
Joni sudah datang beberapa saat lalu, sebelum Kaisar dan Airish keluar dari dalam kamar. Dengan sigap lelaki itu berdiri di samping sang Tuan.
Airish mulai menyendokkan makanan, memberikannya pada Kaisar terlebih dahulu. Mengambil sana-sini, hingga satu piring itu penuh.
"Selamat makan, Tuan." Ucapnya diiringi senyuman.
"Kau kira aku makan sebanyak itu?" Tak menanggapi ucapan Airish, Kaisar justru memprotes, ia menyedikepkan tangan di depan dada dengan sorot mata menajam ke arah Airish.
"Ini supaya kau kenyang, Tuan. Dan kau bisa bekerja dengan lancar. Bahkan semalam kau juga kelelahan, jadi kau harus makan banyak untuk memulihkan energi—"
"Suapi aku!" Titah Kaisar tak mau mendengarkan ocehan istri kecilnya.
Bibir Airish mengatup, lalu kembali meneguk ludahnya kasar. Ia melirik lelaki yang ada di samping suaminya, dan beberapa pelayan yang masih bolak-balik menyediakan berbagai macam hidangan.
"Kau tuli? Aku bilang suapi aku!" Sentak Kaisar.
"Ba—Baik, Tuan." Airish semakin tergagap, lalu dengan patuh menarik kursinya untuk mendekat ke arah Kaisar, meraih sendok dan mulai menyuapkan makanan ke dalam mulut suaminya.
Suapan pertama berhasil. Lelaki itu mengunyah dengan tenang, tetapi saat melihat Airish hanya tercenung di tempatnya, Kaisar menggebrak meja, mengagetkan semuanya.
"Makanlah, kenapa kau diam saja?"
Airish tak langsung mematuhi perintah Kaisar, antara takut salah dan ragu untuk bertanya.
Tahu kalau gadis itu bingung, Kaisar kembali buka suara. "Makanlah dengan sendok yang sama!"
Mata Airish melebar, benarkah tidak apa-apa? Ini tidak salahkan?
"Apa Tuan tidak keberatan?" Tanya Airish, ya hanya ada pertanyaan itu di dalam otaknya sekarang.
Kaisar melayangkan tatapan tajam, tidak suka mengulang. "Cepat makan, atau kita kembali ke kamar!"
Glek!
"Ba—ik Tuan." Airish cepat-cepat menyendokkan makanan itu ke dalam mulutnya sendiri. Tidak ingin membuat Kaisar semakin marah padanya.
Makan saja Ai, makan yang banyak, kenapa kau bodoh sekali, selalu banyak bertanya pada si bedebah gila satu ini.
Ada apa dengan, Tuan? Joni ikut membatin.
Melihat itu, Kaisar mengulum senyum, lalu kembali meminta makanannya. Setelah suapan kedua itu, tiba-tiba tangan besar Kaisar mengusak puncak kepala Airish. "Nah, kalau kau patuh begini kan aku jadi suka. Pulang bekerja, aku akan memberimu hadiah."
"Apa, hadiah lagi?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jangan lupa untuk senantiasa like dan komen 😍😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Ita rahmawati
hadiah terus utk airin katanya mah tp kaisar yg seneng 🤣🤣
2024-07-12
1
Ney 🐌
😲😲🤭🤭🤣🤣
2024-04-21
0
Afifa Amini
mau pingsan aku Thor oh author 😂😂
2023-09-22
0