Pukul empat sore, Kaisar baru saja sampai di rumah utama. Ibu Oh langsung membangunkan Airish yang kala itu baru saja terlelap di atas sofa, yang ada di kamarnya.
Gadis itu mengerjap-ngerjap, jelas masih sangat mengantuk. Namun, seperti sesuatu yang tidak bisa ditunda, Airish terpaksa melebarkan kelopak matanya, menggelengkan kepala mengusir kantuk yang masih melanda.
Di depan sana, para penghuni rumah sudah berkumpul, menyambut kedatangan sang Tuan.
Airish yang berjalan dengan terseok-seok ikut berbaris di antara para pelayan, tetapi ibu Oh dengan cepat menarik gadis itu, untuk berdiri di dekat pintu gerbang, agar dekat dengan sang Tuan.
Suara decitan dua mobil terdengar, satu yang ditunggangi oleh Kaisar dan satu lagi entahlah milik siapa. Airish baru pernah melihatnya.
Mobil sedan berwarna biru, keluaran paling terbaru, sukses terparkir di halaman rumah yang nampak sangat luas itu.
Dari dalam mobil yang lain, Kaisar keluar dari sana, begitu Joni sudah membukakan pintu untuknya, ia mengulas senyum, saat melihat Airish ikut menyambut kepulangannya.
Kompak yang lain membungkukkan badan. Airish ingin ikut, tetapi secepat kilat lelaki di depannya menahan tubuh Airish. Lelaki itu menarik dagu sang istri dengan satu jarinya hingga tatapan mereka bertemu.
"Kau ikut menyambutku?" Tanyanya, menatap bola mata Airish yang terlihat sayu, karena masih sedikit menahan kantuk.
Pelan, gadis itu mengangguk lemas.
"Bagus, kau bisa melihat hadiahmu bukan? Hadiah yang aku janjikan tadi pagi." Kaisar meminta Joni untuk mendekat. Dengan patuh lelaki itu berjalan ke arah Kaisar, dan menyerahkan sesuatu ke tangan lelaki tampan itu.
Airish terlihat masih bingung, tidak mengerti dengan pembicaraan Kaisar. Dan kebingungannya itu dijawab oleh sang suami, yang meraih tangannya dan meletakkan sebuah kunci mobil disana.
Mata Airish terbelalak tidak percaya, kantuknya langsung hilang begitu saja. Lagi, pipi Airish bersemu merah, karena pikirannya tak sampai menebak, kalau Kaisar akan memberikan hadiah berupa mobil untuknya.
Airish pikir lelaki itu akan? Ah, ia malu dengan pikiran mesumnya.
"Bagaimana, kau suka? Aku ingin kau memakainya untuk pergi ke kampus." Ujar Kaisar berharap gadis itu berkata, ya aku suka, sangat suka. Tuan terimakasih atas hadiahmu, aku akan memakainya setiap hari.
Ayolah bilang suka.
Tetapi Airish tetaplah Airish. Gadis itu justru menggeleng pelan, dan menyerahkan kembali kunci itu ke tangan Kaisar.
"Tuan aku minta maaf, tapi mobil yang kau berikan terlalu mencolok, bagaimana kalau teman-teman bertanya tentang mobil itu?" Gadis itu tidak pernah memakai barang-barang mewah, menjadi anak beasiswa itu sudah cukup membeberkan identitasnya, dan bagaimana kehidupannya.
Dengan ia menaiki mobil baru, pasti teman-temannya akan curiga. Apalagi Jane, gadis itu akan mengolok-oloknya sampai habis, dan dia pasti jadi bahan pembicaraan saat itu juga.
"Kau yakin tidak suka pemberianku?" Rahang Kaisar nampak mulai mengeras, dengan tangan yang mengepal kuat, bahkan ia tidak menatap Airish saat mengucapkan kalimat itu.
"Tuan bukan seperti itu." Airish buru-buru menimpali, tidak ingin Kaisar salah paham. Ia hanya merasa kecil dan tidak pantas untuk menaiki mobil sebagus itu.
"Aku sudah tahu, kau memang tidak menyukainya. Hah, bodoh saja aku menukar waktuku yang berharga, demi memilih mobil untukmu. Joni, kau bakar saja mobilnya." Kaisar melangkahkan kakinya menuju pintu, setelah melempar kunci itu ke arah sang asisten, tetapi secepat kilat Airish menahan lengan kekar itu.
Sorot matanya mengiba, ia tidak ingin suaminya marah.
"Tuan, maafkan aku. Aku berjanji akan memakainya besok, pilihanmu sangat bagus."
Kaisar menepis kasar tangan Airish yang bergelayut manja di lengannya. Wajahnya masih nampak kesal, menahan marah.
"Aku tidak suka sesuatu yang pura-pura." Cetusnya dengan nafas yang memburu, meneruskan langkah menuju anak tangga, untuk naik ke atas kamar.
Airish tak menyerah, ia menghilangkan sejenak rasa malunya, dan kembali menahan Kaisar, bahkan gadis itu dengan berani memeluk tubuh tegap itu, hingga Kaisar mandeg di tempatnya.
"Tuan, maafkan aku. Aku tidak pura-pura, aku benar-benar menyukainya, terimakasih ya." Belum sadar dengan tindakannya, Airish justru semakin melesakan wajahnya di dada bidang Kaisar dan mengucapkan kata maaf sebanyak-banyaknya.
Dibalik punggung mungil itu, Kaisar tersenyum lebar, penuh kemenangan. Ini yang ia tunggu, ini yang ia inginkan.
"Kau mau mencari kesempatan dalam kesempitan?" Pekik Kaisar. Membuat Airish terlonjak kaget dan melebarkan bola matanya. Dengan cepat Airish menarik diri, merasa begitu bodoh sampai harus memeluk sang suami.
"Maafkan saya Tuan, saya lancang." Menunduk takut, dan menilin-nilin ujung bajunya.
"Heuh! Tapi aku lihat kau begitu menikmatinya, kau senang kan memeluk tubuhku?"
Ditanya seperti itu, kepala Airish langsung menggeleng.
"Beraninya kau?" Berteriak marah, tidak suka jawaban Airish.
Glek!
Gadis itu jadi serba salah. Wajahnya semakin pias melihat amarah Kaisar yang tak kunjung mereda.
Apa? Apa yang salah? Kenapa dia selalu berbicara yang tidak jelas?
"Kau benar-benar tidak suka memeluk tubuhku?" Menaikkan satu oktaf suaranya, hingga ruangan itu bergema, berisi suara bass Kaisar yang tengah menunggu pengakuan istri kecilnya.
"Jawab! Atau aku—"
"Su, suka. Saya sangat suka memelukmu, Tuan." Potong Airish cepat meski sedikit tergagap. Sebelum kesabaran Kaisar habis, dan berujung dengan sebuah ancaman.
Cih, apa yang akan terjadi setelah aku mengatakan itu? Apa dia akan menghukumku?
Tangan besar Kaisar terangkat ke udara. Airish reflek memejamkan mata, siap menerima pukulan suaminya. Namun, setelah beberapa saat, bukan sesuatu yang menyakitkan yang ia terima.
Melainkan Kaisar yang mengusak puncak kepalanya dengan senyum yang mengembang di kedua sudut bibirnya.
Eh! Apa jawabanku benar?
"Kenapa kau sulit sekali untuk mengaku, hm." Ujar Kaisar dengan nada yang mulai melunak. Berhenti mengusak kepala, dan berganti merengkuh pinggang ramping Airish untuk dipeluknya.
Airish tak mampu mengelak atau menjawab apapun, hanya ada desiran aneh yang kembali mengalir di dalam tubuhnya. Ini bukanlah sesuatu yang biasa.
"Ayo ke kamar, aku mau mandi." Ajak Kaisar, dan Airish langsung mengangguk patuh.
Gadis itu terus memperhatikan tangannya yang ada dalam genggaman Kaisar, selama mereka melangkah menuju kamar, lelaki itu sama sekali tidak melepaskan.
*****
Di kamar.
"Kau sudah mandi?" Kaisar bertanya seraya menunjuk kancing kemeja, meminta Airish membukanya.
"Belum, Tuan." Balasnya jujur.
Dengan memalingkan wajah, gadis itu menurut, melepas satu persatu bulatan kecil itu, hingga nampak dengan jelas, lekuk tubuh sang suami yang begitu menggoda.
Dada bidang dengan otot perut yang terlihat sangat sempurna. Airish sedikit melirik, tidak berani lama-lama.
Begitu kancing terakhir terlepas, tubuhnya langsung mengayun di udara, karena Kaisar tiba-tiba menggendongnya.
"Kalau begitu, kita mandi bersama."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jangan lupa untuk senantiasa like dan komen 😍😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Ricka Monika
wah wah wah bisa bahaya nih kalau mandi bersama 🙈
2025-02-04
0
Ney 🐌
awwwww🤭🤭
2024-04-21
2
Triiyyaazz Ajuach
beneran mandi doank atau cuma modus kau Kaisar 😄😄
2023-08-17
0