14. Happiness Indicator (Indikator Kebahagiaan)

“Ini apa?” Bu Mega terlihat bingung ketika mereka bertiga membongkar isi koper di ruang keluarga.

“Oleh-oleh dari tante Mayang, buat Mamah sama teteh.”

“Banyak banget ini.”

Oka hanya mengedikan bahu sambil mengambil satu kotak almond crispy rasa coklat yang berada di antara oleh-oleh yang ada di dalam koper yang awalnya berisi pakaian dan perlengkapan Oka dan Bentari selama di Surabaya kini telah beralih fungsi menjadi tempat oleh-oleh, sedangkan baju dan semua perlengkapan mereka tinggalkan di Surabaya.

“Baju-baju kalian ditinggal di Surabaya?”

“Ini adalah ide hebat Bi, Mah.” Bentari dengan bangga berkata sambil mengambil keripik buah.

“Tapi gara-gara ide hebat kakak, aku harus niggalin baju kesayanganku di sana.”

“Kan tadi di sana sudah setuju nanti bajunya kakak ganti, mana minta ditambah sepatu lagi.”

“Jangan lupa tas buat kuliah, ingat itu!”

“Dasar matre.”

“Bukan matre, tapi realistis, cerdas.” Oka mengangkat alis sombong sambil kembali memakan almond crispy.

“Ckkk!” Bentari hanya bisa berdecak kalah.

Sebetulnya tak jadi masalah sih pakaian mereka di tinggal di Surabaya daripada harus pulang dengan membawa banyak barang kan ribet, tapi kalau Bentari mau ganti barang-barang Oka, ya … si matre tak akan menolaklah.

Tadi pagi sebelum Oka dan Mayang pergi ke bank, orang suruhan Mayang datang dengan berkantong-kantong pesanan Mayang yang berisi oleh-oleh khas Surabaya.

Oka dan Bentari hanya bisa menatap kantong-kantong itu sambil menghela napas bingung bagaimana harus membawa semuanya pulang, sebelum akhirnya Bentari memiliki ide mengosongkan koper mereka setelah negosiasi yang alot dengan Oka sebelum akhirnya Bentari setuju akan membelikan baju baru untuk Oka ditambah sepatu juga tas.

“Kapan Mayang beli ini semua?” bu Mega mengeluarkan oleh-oleh dari mulai kerupuk udang, sambal, abon sapi, paru goreng, bebek djangkep, siropen telasih, belinjo udang, sampai dengan spikoe resep kuno, dan cemilan-cemilan seperti yang Oka dan Bentari makan saat ini. Dan itu bukan hanya satu-dua pack saja tapi sampai empat pack permacamnya.

“Waktu masih di Mojokerto sedang memersiapkan tahlilan eyang, bude Ani nanya kapan kami pulang ke Jakarta? Aku bilang besok karena Oka harus kuliah, terus mamah Mayang langsung menghubungi mas Wito buat beli ini semua.”

Bu Mega mengangguk-anggukan kepala sambil terus mengeluarkan oleh-oleh itu.

“Nanti kita bagi-bagiin ini ke tetangga. Tidak bakalan habis kalau kita makan semua ini.”

“Oka boleh minta abon nya tidak, Mah? Buat si bang Ke dan yang lainnya. Kasian mereka anak-anak kos yang lebih sering puasanya daripada makannya.”

“Boleh, nanti mamah gorengin bebeknya sekalian.”

“Bangke?”

“Namanya Kemal … bang Ke,” ucap Oka santai sambil kembali menyuap almond crispy membuat Bentari tertawa mengetahui kalau panggilan itu hasil karya adiknya yang iseng.

“Sekali-sekali kamu traktir makan enaklah teman-temanmu itu, kan sudah jadi pangeran property sekarang.” Bentari tersenyum sambil menaik turunkan alisnya menggoda Oka yang mendelik padanya, sebelum terdiam kemudian mengeluarkan sebuah amplop yang dia serahkan kepada bu Mega.

“Apa ini?” Bu Mega mengambil amplop itu, membukanya. Sejurus kemudian matanya terbelalak terkejut.

“Dari tante Mayang,” jawab Oka dengan wajah serius.

Melihat Oka yang tiba-tiba serius membuat Bentari penasaran, dan ikut melihat dokumen yang tadi dibaca bu Mega.

“Wow!” Bentari tak kalah terkejut dengan mata terbelalak membaca isi dokumen deposito milik Oka.

“Selama ini, tante Mayang menyisihkan uang untuk teteh …” secara singkat Oka menjelaskan mengenai pengalih nama deposito menjadi atas namanya itu.

Bu Mega dan Bentari mendengarkan dengan serius. Terlihat sangat jelas ada perasaan berat ketika Oka harus menerima deposito dalam jumlah fantastis itu.

“Ini hak kamu, Ka.”

“Tapi ini … berat, Mah.” Bu Mega mengangguk paham maksud putra bungsunya. “Mamah saja yang simpan, kalau mamah perlu pakai saja. Saat ini uang yang diberikan ayah setiap bulan lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan Oka.”

Bu Mega terdiam sesaat kemudian mengangguk setuju untuk menyimpan dokumen deposito itu.

“Sekarang Mamah akan menyimpan ini untuk kamu. Suatu hari nanti mungkin kamu bisa gunakan uang ini untuk modal usahamu sendiri seperti yang kamu impikan selama ini.”

Oka memang ingin membuat usaha sendiri terlepas dari bayang-bayang nama besar ayahnya.

Ayah … Oka mengingat sesuatu dari pembicaraannya dengan Mayang mengenai ayahnya. Dari cerita Mayang, sedikit banyak Oka menjadi lebih mengenal sosok ayahnya yang keras kepala seperti dirinya, namun pekerja keras juga ulet hingga bisa sampai seperti sekarang.

“Mah … tante Mayang cerita kalau dia sempat berbicara kepada mamah untuk memikirkan kembali kepada ayah. Apa itu benar?”

“Apa? Mamah Mayang meminta Mamah untuk kembali bersama ayah?”

Bu Mega terdiam menatap kedua anaknya sebelum akhirnya mengangguk.

“Iya, setelah pernikahan teteh, Mayang memang sempat berbicara dengan mamah dan meminta mamah kembali kepada ayah … demi kalian.”

Oka sudah mengetahui ini dari Mayang, tapi mendengarnya kembali dari ibunya membuat Oka tetap terkejut seperti halnya Bentari yang matanya kini membulat tak percaya.

“Mayang bilang mungkin dengan kembalinya mamah dan ayah akan membuat kalian bertiga bahagia karena memiliki keluarga yang utuh.”

“Mamah … setuju?” Bentari bertanya masih dengan keterkejutannya.

“Tentu saja tidak. Dulu mungkin mamah dan ayah saling mencintai, tapi itu dulu … hampir 30 tahun yang lalu. Sekarang … mamah hanya menganggap ayah kalian seperti teman, atau saudara. Yang menghubungkan kami berdua saat ini hanya kalian bertiga, tidak lebih. Tidak ada perasaan kami yang tersimpan atau kalau bahasa anak-anak sekarang cinta yang belum usai atau cinta lama yang bersemi kembali. Tidak, kami tidak memiliki lagi rasa itu.”

Oka dan Bentari sama-sama terdiam.

“Apa kalian mau ayah dan mamah kembali?” Bu Mega bertanya setelah melihat reaksi diam kedua anaknya yang kini saling tatap sebelum menatap ke arahnya. “Kalian mau kami rujuk?”

Oka dan Bentari terdiam tak tahu harus menjawab apa. Tak pernah terbayangkan dalam benak mereka orangtuanya yang telah terpisah puluhan tahun akan kembali rujuk. Itu mungkin akan menjadi gambaran keluarga utuh, tapi … apa akan bahagia? Bukankah itu pertanyaan yang lebih tepatnya apa kedua orangtuanya akan bahagia kalau mereka rujuk? Bukankah selama ini mereka telah bahagia dengan kehidupan masing-masing?

Andi Santoso sudah bahagia dengan Mayang, begitupun dengan Mega yang bahagia dengan pilihannya sendiri. Andi Santoso, Mega dan Mayang pun kini memiliki hubungan baik, mereka saling menghubungi satu sama lain, saling menanyakan kabar, saling peduli layaknya keluarga. Kirana, Bentari dan Oka pun memiliki hubungan baik dengan ayah dan ibu sambungnya. Walau Oka masih sedikit canggung dengan ayahnya, tapi bukan berarti mereka memiliki hubungan yang buruk.

Jadi kenapa harus menghancurkan kebahagian yang sudah ada demi sesuatu yang belum pasti?

“Kalau boleh jujur, Oka tidak pernah berpikir mamah dan ayah untuk kembali rujuk, tapi kalau dengan rujuk mamah dan ayah bahagia … Oka tidak akan melarang.”

“Bi pun sama, tapi … bagaimana dengan mamah Mayang? Apa ayah akan berpoligami?”

“Hahaha.” Bu Mega tertawa mendengar ucapan kedua anak-anaknya yang mengharapkan kebahagian untuk orangtua mereka. “Poligami itu tidak mudah … kalian tahu salah satu syarat untuk poligami?”

“Harus adil.”

“Nah itu tahu. Adil menurut kita belum tentu adil bagi orang lain. Secara materi bisa saja ayahmu adil, tapi bagaimana dengan perasaan? Perasaan tak bisa adil, pasti akan ada yang merasa diabaikan, dinomer duakan. Kami hanyalah manusia akhir zaman yang terkadang masih penuh dengan naf*su dunia, kesalehan kami belum sampai sana. Sudah terlalu banyak dosa kami selama ini, jangan sampai niatnya ingin beribadah malah berakhir dengan menambah dosa karena naf*su dunia.”

Oka dan Bentari terdiam, sangat paham dengan maksud ucapan ibunya.

“Lagian baik mamah maupun ayahmu saat ini tak ada keinginan untuk kembali. Cukuplah saat ini kami berhubungan baik layaknya saudara, dan mamah memiliki saudara baru lagi … ibu sambung kalian. Mayang. Bukankah dia wanita hebat?”

Oka menganggukkan kepala setuju.

“Sangat jarang perempuan yang akan dengan setia menemani dalam keterpurukan seperti yang dilakukan Mayang kepada ayah kalian. Yang menyayangi anak sambungnya layaknya anak kandung. Kalian harus bersyukur untuk itu. Ibu kandung menyayangi dan rela berkorban untuk anaknya itu hal wajar yang dilakukan semua ibu di dunia, tapi ibu sambung yang seperti itu … itu luar biasa.”

Bentari dan Oka kembali mengangguk setuju.

“Tapi mamah juga hebat. Membesarkan teteh dan Oka seorang diri.”

“Itu sudah kewajiban semua ibu di muka bumi itu, membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Mamah tidak sendiri, mamah dibantu keluarga mamah … dan sempat ada seseorang di masa lalu mamah.”

Oka dan Bentari saling tatap sebelum kembali menatap bu Mega.

“Kamu masih terlalu kecil untuk mengingat tentang sosok ini, Ka, tapi teteh sudah sangat mengenal dan mengingatnya sampai sekarang. Dan mungkin ini menjadi salah satu alasan kenapa teteh bersikap realistis dalam mencari pasangan.”

Mata bu Mega menerawang mengingat kenangan masa lalunya.

“Setelah kembali ke Indonesia dan bercerai dengan ayah kalian. Mamah sempat dekat dengan … seseorang. Dia yang memberi semangat untuk kembali bangkit setelah perceraian mamah, dia cukup dekat dengan teteh dan Oka. Melihat bagaimana dia memerlakukan kalian membuat mamah akhirnya membuka diri kembali dan memutuskan untuk memulai hubungan baru dengannya.”

Bu Mega tersenyum sedikit meringis ketika harus kembali menceritakan kisah kasihnya dulu kepada kedua anaknya.

“Bekerja sebagai guru, sudah menjadi PNS, masa depannya cukup cerah dan latar belakang keluarganya yang memang keluarga PNS dengan golongan cukup tinggi, jadi ya wajar saja kalau orangtuanya tidak menyukai mamah yang janda beranak tiga. Walaupun pekerjaan mamah saat itu sebagai guru di sekolah internasional cukup bergengsi, tapi status janda anak tiga seolah menjadi aib bagi mereka. Namun suatu hari mamah dipanggil kedua orangtuanya, dan kalian tahu apa yang orantuanya katakan kepada mamah saat itu?”

“Mereka menghina mamah?” tanya Oka membuat bu Mega tersenyum.

“Tidak.”

“Mereka meminta mamah meninggalkan anaknya?”

“Itu sudah pasti … tapi itu kurang tepat.” Bu Mega menatap kedua anaknya sebelum kembali melanjutkan ceritanya. “Hari itu mereka bilang akan merestui hubungan kami, asal mamah meninggalkan anak-anak mamah, kalau tidak mamah harus meninggalkan anaknya.”

“Apa?”

“Waaah, gila tuh orang! Kurang ajar banget!”

“Dan yang lebih kurang ajar adalah … orang itu. Dia gembira ketika orangtuanya berkata seperti itu seolah itu adalah hal yang benar untuk dikatakan dan dilakukan. Dia ikut membujuk mamah untuk memberikan teteh dan Oka kepada ayah kalian. Saat itulah mamah menyadari kalau cintanya dia ke mamah itu tidak tulus. Dia hanya menginginkan mamah saja, tapi tidak dengan anak-anak yang menjadi bagian dari hidup mamah. Karena itulah saat itu juga mamah putuskan meninggalkannya.”

Oka dan Bentari kembali terdiam mendengar kelanjutan cerita bu Mega.

“Seperti halnya ayah kalian yang menikah lagi dengan pertimbangan agar Bi tidak kekurangan kasih sayang seorang ibu, begitu juga dengan mamah yang memutuskan untuk tetap sendiri, pertimbangannya adalah … takut lelaki itu tidak akan menerima dan menyayangi anak-anak mamah.”

Semua terdiam sesaat sebelum Bentari kembali bertanya.

“Apa sekarang mamah ada keinginan untuk menikah lagi? Maksud Bi, dengan pria selain ayah. Kalau itu membuat mamah bahagia … lakukan saja, Mah. Tak perlu memikirkan kami lagi, kami sudah dewasa sudah bisa menjaga diri kami.”

Mendengar itu bu Mega tersenyum.

“Saat ini mamah sudah sangat bahagia. Apa lagi yang mamah cari?”

“Siapa tahu mamah ingin melengkapi kebahagian mamah dengan menikah lagi.”

“Hahaha … menikah lagi belum tentu membuat mamah akan jauh lebih bahagia, siapa tahu mamah malah jadi pusing karena suami baru mamah. Lagian … memiliki suami, memiliki istri, memiliki anak, memiliki rumah, mobil, pesawat, bahkan memiliki seisi dunia sekalipun itu hanya sebuah status, bukanlah indikator sebuah kebahagiaan … kebahagian bukan berasal dari status itu, tapi dari hati. Bersyukur. Dengan bersyukur kita akan jauh lebih bahagia.”

Bu Mega kembali mengeluarkan oleh-oleh dari Mayang, sebelum terdiam lalu kembali menatap Oka dan Bentari dengan serius.

“Kalian tahu apa yang akan membuat mamah bahagia saat ini?” Oka dan Bentari saling tatap sebelum menggelengkan kepala. “Liburan ke Korea, bertemu dengan lee Min Ho.”

“Hahaha … kita pergi berdua, Mah!” Seru Bentari dengan semangat, tahu ibunya itu tak ingin memperpanjang percakapan mereka tentang sebuah pernikahan yang tak pernah dia harapkan lagi.

“Tenang, Mah, nanti Oka kasih uang buat mamah jalan-jalan ke Korea … Oka sudah jadi orang kaya sekarang. Mamah mau apa tinggal bilang, asal jangan Lee Minho.”

“Hahaha.”

Oka dan Bentari kini telah mengetahui kalau kedua orangtua mereka tak mungkin untuk kembali rujuk, dan ibu mereka tak ingin kembali menikah.

Semua orang punya pilihan hidup dan memiliki indikator kebahagiaan masing-masing. Yang diucapkan bu Mega memang ada benarnya, dengan menikah lagi belum tentu dirinya akan lebih bahagia.

Menikah, janda, duda, orang kaya, orang miskin, hanyalah sebuah status sosial, bukan sebuah indikator kebahagian. Yang memiliki pasangan belum tentu lebih bahagia daripada yang sendiri, si kaya belum tentu lebih bahagia daripada si miskin.

Allah tidak hanya memberikan kebahagian hanya kepada mereka yang memiliki pasangan.

Allah tidak hanya memberikan kebahagian hanya kepada mereka yang memiliki keturunan.

Allah tidak hanya memberikan kebahagian hanya kepada mereka yang kaya.

Allah tidak hanya memberikan kebahagian kepada golongan tertentu saja.

Tapi Allah memberikan kebahagian kepada semua umatnya yang pandai bersyukur.

Dan salah satu bentuk syukur sebagai seorang anak adalah berbakti kepada orangtua. Selagi mereka masih ada, selagi masih diberi kesempatan untuk berbakti, selagi masih diberi umur dan kemampuan untuk melakukannya. Sebelum Allah memanggil, dan hilang sudah kesempatan untuk berbakti itu.

*****

Terpopuler

Comments

Lia Kiftia Usman

Lia Kiftia Usman

mantap jiwa👍👍👍

2024-10-22

0

Restoe Alive

Restoe Alive

setuju tp kadang sering lupa
Bu Mega terbaik/Good/

2023-11-21

0

sakura🇵🇸

sakura🇵🇸

memang ada kok orang yg lebih baik berpisah,meskipun sama2 baik tp klo sudah beda visi misi dan kebiasaan bakal berantem terus malah

2023-11-18

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 1. Suddenly became a Prince
3 2. Okaaa ... I'm coming
4 3. Dugong
5 4. 1st date
6 5. Arunika vs Burung
7 6. Stranger (Orang asing)
8 7. Investor
9 8. Oka si Matre
10 9. RIP ( Rest in peace)
11 10. Kisah Seorang Mayang 1
12 11. Kisah Seorang Mayang 2
13 12. Bumi
14 13. Freezer!
15 14. Happiness Indicator (Indikator Kebahagiaan)
16 15. The real Sultan
17 16. And the winner is ... Arunika!
18 17. Always in my head
19 18. The Line (Garis batas)
20 19. Dilema
21 20. Cross the line
22 21. Kisah Arunika
23 22. Easier said than done (Lebih mudah berbicara daripada melakukan)
24 23. Parent's Sin (Dosa orangtua)
25 24. Nobody's Perfect
26 25. Forgive but Not Forget (Memaafkan tetapi tidak melupakan)
27 26. Putra Bungsu Andi Santoso
28 27. Mr. Freezer
29 28. Every son’s first superhero is his father
30 29. Cinta yang diam.
31 30. Kang Es
32 31. The Key
33 32. The Secret Mission (Misi Rahasia)
34 33. Trending Topik
35 Waiting (Menunggu)
36 35. Distorsi
37 36. Key of Heart
38 37. The past in the past, let it go
39 38. Dating?
40 39. Take it or leave it
41 40. 2nd Chance
42 41. Belum Ada Judul
43 42. Bi … aku rindu!
44 43. Level
45 44. The Mask
46 45. Si anak pembawa sial
47 46. Si anak pembawa sial 2
48 47. Destiny
49 48. Kejutan?
50 49. Snowball
51 50. Untitled
52 51. Saksi Kunci
53 52. Forgiveness
54 53. The Man Behind The Gun
55 54. Pulang
56 55. Better late than never
57 56. The real prince
58 57. The Fact
59 58. Different kinds of fathers
60 59. Life
61 Traktiran Abang!!!
62 60. Times
63 61. Multitasking
64 62. God’s Secret
65 63. Polaris (TAMAT)
66 64. Epilog
67 Extra Part 1
68 Extra Part 2
69 Extra Part 3
70 Extra Part 4
71 Pengumuman
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Prolog
2
1. Suddenly became a Prince
3
2. Okaaa ... I'm coming
4
3. Dugong
5
4. 1st date
6
5. Arunika vs Burung
7
6. Stranger (Orang asing)
8
7. Investor
9
8. Oka si Matre
10
9. RIP ( Rest in peace)
11
10. Kisah Seorang Mayang 1
12
11. Kisah Seorang Mayang 2
13
12. Bumi
14
13. Freezer!
15
14. Happiness Indicator (Indikator Kebahagiaan)
16
15. The real Sultan
17
16. And the winner is ... Arunika!
18
17. Always in my head
19
18. The Line (Garis batas)
20
19. Dilema
21
20. Cross the line
22
21. Kisah Arunika
23
22. Easier said than done (Lebih mudah berbicara daripada melakukan)
24
23. Parent's Sin (Dosa orangtua)
25
24. Nobody's Perfect
26
25. Forgive but Not Forget (Memaafkan tetapi tidak melupakan)
27
26. Putra Bungsu Andi Santoso
28
27. Mr. Freezer
29
28. Every son’s first superhero is his father
30
29. Cinta yang diam.
31
30. Kang Es
32
31. The Key
33
32. The Secret Mission (Misi Rahasia)
34
33. Trending Topik
35
Waiting (Menunggu)
36
35. Distorsi
37
36. Key of Heart
38
37. The past in the past, let it go
39
38. Dating?
40
39. Take it or leave it
41
40. 2nd Chance
42
41. Belum Ada Judul
43
42. Bi … aku rindu!
44
43. Level
45
44. The Mask
46
45. Si anak pembawa sial
47
46. Si anak pembawa sial 2
48
47. Destiny
49
48. Kejutan?
50
49. Snowball
51
50. Untitled
52
51. Saksi Kunci
53
52. Forgiveness
54
53. The Man Behind The Gun
55
54. Pulang
56
55. Better late than never
57
56. The real prince
58
57. The Fact
59
58. Different kinds of fathers
60
59. Life
61
Traktiran Abang!!!
62
60. Times
63
61. Multitasking
64
62. God’s Secret
65
63. Polaris (TAMAT)
66
64. Epilog
67
Extra Part 1
68
Extra Part 2
69
Extra Part 3
70
Extra Part 4
71
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!