3. Dugong

“Jadi Kak Bi sekarang tinggal sama lo?”

Oka mengangguk menjawab pertanyaan Kayas. Saat ini dia tengah bersama Kayas dan Sakha yang sedang pulang berlibur. Duduk berselonjor di lapangan basket komplek. Mereka baru saja bemain three on three bersama anak-anak komplek lainnya yang kini sudah pergi entah kemana meninggalkan mereka bertiga masih dengan keringat bercucuran.

“Anggi Santoso beneran kakak lo, Ka?” tanya Sakha dengan mata membulat tak percaya.

“Kalau iya mau apa?” Kayas bertanya galak membuat Sakha tersenyum.

“Iiih, si eneng cemburu,” goda Sakha membuat Kayas berdecak.

“Ingat kakak gue itu Kirana Az Zahra dan Sagita Bentari, bukan Anggi Santoso.”

“Iya deh iya,” jawab Sakha seolah mengalah dengan kekeras kepalaan sahabatnya itu, tapi sejurus kemudian dia kembali bertanya, “Jadi benar Anggi Santoso kakak lo?”

“Eeeh!!!” Oka memiting leher Sakha yang tertawa terbahak, sedangkan Kayas hanya tersenyum sambil meneguk minuman yang dia bawa untuk mereka bertiga.

Sudah lama mereka tidak berkumpul bertiga, semenjak Sakha masuk Akmil dan jarang pulang. Yang tersisa hanya Oka dan Kayas yang sering menjadi tumbal Kirana dan Siska.

“Memang kenapa sih kalau kak Bi tinggal sama lo? Itu juga kan rumahnya, dia berhak juga tinggal di sana.”

Oka terdiam, dia kini menelentangkan tubuhnya di atas lapangan basket. Matanya menatap langit sore. “Malas saja ... gue belum terbiasa dengan dia.”

Sakha dan Kayas ikut menelentangkan tubuh mereka di samping Oka, menikmati semilir angin sore.

“Makanya biasain, lama-lama pasti akan terbiasa,” ucap Kayas yang mendapat anggukan dari Sakha.

“Gaya hidup dia terlalu berbeda dengan gue dan teteh.”

“Ya, kita harus maklum karena dia dibesarkan dengan cara yang berbeda dengan kalian berdua.”

“Gue yang harus maklum? Kenapa tidak dia saja coba ikutin cara gue, mamah dan teteh hidup selama ini?”

Kayas kembali duduk bersila menghadap Oka dan Sakha yang masih telentang di atas lapangan basket berbantal tangan.

“Menurut gue sih dengan sekarang dia tinggal bersama kalian, itu tandanya dia sedang berusaha mengikuti cara hidup kalian. Tinggal lo kasih dia kesempatan.”

“Gue setuju sama Kay.”

“Kapan sih lo gak setuju sama cewek lo.”

“Hahaha.” Sakha tertawa sambil duduk di samping Kayas menghadap Oka yang menatap mereka berdua. “Gue serius, Ka, maksud gue sekelas Anggi Santoso yang katanya the real crazy rich Surabaya mau tinggal di komplek ini? itu sudah ... wow!”

Oka menghelas napas, matanya kembali menatap langit senja sebelum akhirnya terpejam menikmati semilir angin yang mengelus wajahnya. Ya, dia akui kalau itu cukup mengagetkan ketika Bentari mengatakan kalau dia akan tinggal bersama mereka selama … sampai waktu yang tidak ditentukan.

Tapi … entahlah Oka masih belum tahu alasan kenapa seorang “Putri” seperti Bentari, rela pergi dari istananya dan tinggal bersama mereka di rumah sederhana.

Untuk saat ini dia hanya akan mengikuti saja semua permainan kakaknya itu.

***

Jalan raya Bogor seperti biasanya selalu dipadati oleh kendaraan roda dua dan empat, angkot berwarna biru muda yang berhenti sebarangan menambah kemacetan jalan yang menghubungkan kota Jakarta, Depok dan Bogor itu. Polusi dari knalpot kendaraan, suara klakson yang bersautan, dan deru suara mesin dari kendaraan yang saling tak mau mengalah kini menjadi makanan sehari-hari Oka menuju kampusnya di daerah Depok.

Si merah, motor peninggalan Kirana yang selalu terdepan kini mulai meliuk-liuk di antara kemacetan jalanan di depan rumah sakit Tugu Ibu, lurus terus dan setelah melewati Lippo mall Cimanggis, Oka membawa si merah belok kanan. Si merah seolah tak memiliki rem karena untuk pertama kalinya dia terlambat berangkat kuliah, dan itu karena Bentari yang dengan santainya luluran di kamar mandi tak memedulikan Oka yang terus menggedor pintu kamar mandi karena sudah terlambat.

“Kak Oka!”

Oka mengerem si merah, dia baru saja memasuki gerbang utama kampus dan melewati halte bis kampus area biru ketika seseorang memenggilnya. Seorang perempuan sedikit berlari dengan ransel tergemblok di punggung, rambutnya pendek sebahu, kulitnya kuning langsat, bibirnya menyunggingkan senyum lebar nan manis memerlihatkan deretan gigi putihnya.

“Maaf boleh ikut tidak?” Kiara menatap Oka dengan penuh harap. “Saya ada jadwal kuis dan hampir terlambat, kalau pakai bis ...” sambil meringis Kiara menggelengkan kepalanya.

Kiara mahasiswi semester dua di fakultas ekonomi yang kebetulan bersebelahan dengan fakultas teknik. Oka terdiam beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk membuat senyum lebar gadis itu terbit dengan mata berbinar menatap Oka.

“Makasih banyak,” ucapnya sambil dengan cepat naik ke atas si merah.

Oka kembali melajukan si merah, mereka kini melewati makara yang berdiri megah di tengah taman dengan rumput hijau. Di pinggir jalan berdiri pohon palm putri juga pohon-pohon lainnya yang membuat teduh.

Oka membelokkan motornya ke arah kanan dimana terdapat fakultas psikologi, melewati area fisip, lurus terus melewati jembatan hingga akhirnya mereka sampai di FE (fakultas ekonomi). Oka menurunkan Kiara tepat di depan fakultas ekonomi.

“Sekali lagi terima kasih.”

“Sama-sama,” jawab Oka sambil kembali melajukan si merah melewati FE kemudian belok kiri dan memarkirkan si merah di antara deretan motor mahasiswa teknik lainnya.

Dengan cepat Oka berjalan di bawah kanopi jalan setapak menuju gedung K. Setengah berlari dia melewati lobi gedung K yang luas dimana beberapa mahasiswa duduk berkelompok dengan buku di tangan mereka. Kakinya yang panjang melewati dua anak tangga sekaligus menuju kelas K202 dimana mata kuliah mekanika teknik akan berlangsung.

“Ka!” Kemal menunjuk satu bangku yang kosong dekatnya.

Dengan napas masih terengah Oka duduk di kursi yang berada di dekat jendela.

“Tumben lo telat.”

“Iya, tadi ada dugong yang mandi lama banget.”

“Dugong?”

“Putri duyung?”

“Iya, apalagi namanya kalau bukan dugong yang suka mandi lama bikin orang terlambat.”

Kemal, Wempi dan Mantir saling tatap tak mengerti dengan ucapan Oka, mereka hanya saling mengendikan bahu bersamaan dengan datangnya dosen pria setengah baya.

***

“Jadi dogung apa dugong yang bikin lo telat tadi?” tanya Kemal dengan senyum menggoda sambil duduk di samping Oka yang tengah mengerjakan tugas bersama dengan Wempi dan Mantir di rotunda.

“Ngomong apa sih?” tanya Oka tanpa mengalihkan tatapannya dari laptop.

“Dugongnya anak FE ya?” senyum Kemal semakin lebar. Wempi dan Mantir mulai terlihat penasaran dengan ucapan Kemal. “Berita lo bonceng Kiara dan nganterin sampai FE sudah tersebar,” lanjut Kemal membuat Wempi dan Mantir membelalakan mata dan menatap Oka dengan senyum lebar.

“Alamak, jadi dia yang mandinya lama?”

“Ikau (Kau) tunggu dia mandi?”

“Hahaha.”

“Jangan mikir macam-macam,” ucap Oka masih serius menghadap laptopnya, tapi sejurus kemudian dia mengalihkan pandangannya kepada tiga temannya yang tersenyum menggoda. “Tadi ketemu di halte depan, terus dia minta bareng karena sudah terlambat, jadi ya … sekalian.”

“Sekalian juga ikau (kau) minta nomer teleponnya dia?”

“Enggaklah.”

“Yaah, payah lo … Kiara itu salah satu dari mutiaranya FE.”

“Harusnya kau langsung minta nomor telepon dia, buat si Mantir.”

“Aku tak perlu nomer perempuan lain, sudah ada gadis Dayak yang mamak siapkan untukku ketika pulang kampung nanti.”

Mantir yang berasal dari salah satu kecamatan di Ketapang, Kalimantan Barat, senyumnya selalu lebih lebar setiap membicaran gadis Dayak yang terkenal dengan kecantikannya itu.

“Ngomong-ngomong, bagaimana ikau bisa kenal sama si Kiara ini?” tanya Mantir penasaran.

Oka terdiam, berpikir selama ini dia memang tidak menganal Kiara secara langsung. Dia hanya tahu namanya karena sering disebut oleh teman-temannya.

“Gue nggak kenal dia.”

“Terus kok dia bisa tahu nama lo?”

Oka mengangkat bahunya, “Karena gue emang terkenal, siapa sih yang nggak kenal Asoka Danubrata, mahasiswa paling keren di FT.”

“Sialan lo!”

“Hahaha.” Oka tertawa sambil kembali menekuni laptopnya.

“Percuma kau ganteng kalau masih jomblo, kalah kau sama si Mantir yang sudah punya gadis Dayak yang bening.”

“Itu karena dia dijodohin. Coba kalau mamaknya tak turun tangan, mana mau gadis Dayak yang bening sama si Mantir ya mirip air sungai Ciliwung,” ucap Oka membuat temannya tertawa.

“Hahaha, butek!”

“Permisi,” sebuah suara lembut membuat mereka berhenti tertawa.

Keempatnya kini menatap dua orang perempuan yang berdiri di hadapan mereka.

“Waaah, siapa ini? Ada apa ini mutiara FE main ke sini,” goda Kemal dengan senyum yang memerlihatkan gigi putihnya.

“Tadi … terima kasih untuk tebengannya.”

Kiara menatap Oka yang terdiam kemudian mengangguk sambil tersenyum, yang langsung membuat ketiga temannya terbatuk-batuk. Kedatangan Kiara dan temannya ke area FT cukup menarik perhatian beberapa mahasiswa yang kebetulan ada di area rotunda.

“Ini, sebagai ucapan terima kasih dan maaf sudah merepotkan.” Kiara menjulurkan gelas plastik berisi minuman boba.

“Tidak perlu, tadi sekalian lewat ko’ tidak merepotkan sama sekali.”

“Terima kasih banyak nona manis.” Wempi menerima gelas itu lalu menyerahkannya kepada Oka yang terlihat ragu.

“Rezeki itu tidak boleh ditolak.” Mantir menyenggol bahu Oka untuk menerima minuman itu.

“Terima kasih ya,” ucap Oka sambil mengangkat gelasnya membuat Kiara tersenyum malu-malu sambil mengangguk.

“Naaah, tadikan bang Oka bilang kalau tidak merepotkan, jadi kapanpun nona manis perlu tumpangan, boleh langsung hubungi bang Oka,” ucap Wempi sambil merangkul bahu Oka yang hanya bisa pasrah melihat keantusiasan teman-temannya.

“Biar gampang … apa kamu mau nomor telepon bang Oka? Jadi nanti, kalau perlu tumpangan lagi tinggal telepon bang Oka.”

“Siap 24 jam, 7 hari buat nona manis.” Mantir menyambung ucapan Kemal yang diamini Wempi, sedangkan Oka hanya bisa mengerutkan alis kemudian menghela napas pasrah.

“Hmmm … boleh saya minta nomor telepon kak Oka?”

“Boleeeh!” Kemal, Wempi dan Mantir menjawab serempak dengan senyum lebar membuat Oka terbahak.

“Sini-sini teleponnya biar abang ketikan buat nona manis.”

Kiara memberikan ponselnya kepada Kemal yang langsung membuat Wempi dan Mantir sibuk menyebutkan nomor telepon Oka yang hanya tersenyum sambil menyeruput choco hazelnut pemberian Kiara tadi.

“Salah kau! Enam, enam bukan empat!” seru Wempi ketika Kemal salah mengetikan nomor.

“Ngomongnya yang bener dong!”

“Dari tadi juga sudah benar, kuping kau saja yang perboden.”

“Sialan lo!” Kemal kembali mengetikan nomor yang benar sebelum memerlihatkan layar ponsel ke arah Oka yang pipinya membulat karena penuh oleh minuman boba. “Benar kan?”

Oka melihatnya sebentar kemudian menggangguk sambil mengunyah boba.

“Coba miscall-miscall!” Seru Mantir dengan antusias.

Kemal menekan tanda hijau di layar dan tak lama kemudian terdengar nada dering dari ponsel yang Oka perlihatkan kepada teman-temannya, layar ponselnya menampilkan nomor tak dikenal. Oka tak mengatakan apapun, mulutnya sibuk menyeruput minuman yang kini tinggal setengah.

“Sudah selesai, nanti jangan lupa telepon bang Oka kalau perlu jemputan ya. Kalau bang Oka menolak, tenang ada Kang Mas Kemal yang siap menjadi ojek de’ Kiara,” ucap Kemal dengan senyum lebar sambil menyerahkan ponsel kepada Kiara yang daritadi tertawa melihat tingkah keempatnya.

“Cepat simpan nomornya!”

Wempi dan Mantir kini terlihat sibuk menyabotase ponsel Oka, sedangkan siempunya ponsel lebih tertarik dengan minuman bobanya daripada nomor telepon perempuan yang menjadi perbincangan anak-anak fakultas ekonomi.

“Terima kasih, Kak.”

“Sama-sama nona manis.”

“Sama-sama,” ucap Oka setelah menelan minumannya. “Terima kasih ya,” lanjut Oka sambil mengangkat gelas minumannya yang isinya tinggal seperempat.

Kiara tertawa sambil mengangguk sebelum akhirnya pamit pergi meninggalkan keempat pria yang kini heboh memasukkan nomor Kiara ke ponsel mereka. Sedangkan Oka kembali asik dengan minuman bobanya.

*****

Note:

1. Makara adalah lambang identitas kampus, ya semacam logo gitu. Kalau secara harfiah makara sendiri artinya makhluk mitologi, kalau diperhatiin memang makara kampus Oka ini berbentuk hewan mitologi yg mengeluarkan air untuk memberi manfaat ke segala penjuru.

Ini jalanan yg di lewati Oka dan si merah, nah yg tengah itulah makaranya.

2. Untuk Rotunda, ada lapangan rotunda yg berada di depan kampus yg biasa dipakai olahraga warga sekitar kl hari minggu, dan ada juga rotunda tempat duduk melingkar seperti gazebo dalam ukuran lebih besar. Untuk rotunda teknik adanya di dekat gedung K tempat para mahasiswa teknik duduk sambil mengerjakan tugas.

Nah ini dia penampakan rotunda teknik, tempat Oka dan teman"nya tadi ngerjain tugas. Kalau Gaze atau gazebo tdk perlu saya jelasin ya, sdh taulah bentuk gazebo pada umumnya kaya gimana 😁 untuk ke depannya nanti selama kita bahas Oka mungkin akan sering nih keluar makara, gaze, atau rotunda, jadi sudah paham ya, sdh ada gambarannya.

Oh iya, banyak yg penasaran sama kisah BiBi couple ... tenang, kita bahas satu" ya, awal untuk pemanasan kita bahas Oka dulu nih si Popcornnya emak" warga antah berantah (udah lihat visualnya kaaaan 😍😍😍😍, ganteng kaaaan???? jd ya wajarlah kalau ciwi" banyak yg suka sama si Abang) 😂😂 setelah itu baru kita bahas BiBi couple 😘

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

ohh anak ft ui to... angkat brp niy...sp tau kita 1 angkatan /Grin/

2024-12-23

0

RR.Novia

RR.Novia

Busett sabar ka sabar

2024-03-21

0

🔴 Kⁱᵃⁿᵈ⏤͟͟͞Rą 🈂️irka

🔴 Kⁱᵃⁿᵈ⏤͟͟͞Rą 🈂️irka

astagaa pagi2 dah luluran ajaa...serasa kamar mandi milik sndiri ya

2024-01-30

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 1. Suddenly became a Prince
3 2. Okaaa ... I'm coming
4 3. Dugong
5 4. 1st date
6 5. Arunika vs Burung
7 6. Stranger (Orang asing)
8 7. Investor
9 8. Oka si Matre
10 9. RIP ( Rest in peace)
11 10. Kisah Seorang Mayang 1
12 11. Kisah Seorang Mayang 2
13 12. Bumi
14 13. Freezer!
15 14. Happiness Indicator (Indikator Kebahagiaan)
16 15. The real Sultan
17 16. And the winner is ... Arunika!
18 17. Always in my head
19 18. The Line (Garis batas)
20 19. Dilema
21 20. Cross the line
22 21. Kisah Arunika
23 22. Easier said than done (Lebih mudah berbicara daripada melakukan)
24 23. Parent's Sin (Dosa orangtua)
25 24. Nobody's Perfect
26 25. Forgive but Not Forget (Memaafkan tetapi tidak melupakan)
27 26. Putra Bungsu Andi Santoso
28 27. Mr. Freezer
29 28. Every son’s first superhero is his father
30 29. Cinta yang diam.
31 30. Kang Es
32 31. The Key
33 32. The Secret Mission (Misi Rahasia)
34 33. Trending Topik
35 Waiting (Menunggu)
36 35. Distorsi
37 36. Key of Heart
38 37. The past in the past, let it go
39 38. Dating?
40 39. Take it or leave it
41 40. 2nd Chance
42 41. Belum Ada Judul
43 42. Bi … aku rindu!
44 43. Level
45 44. The Mask
46 45. Si anak pembawa sial
47 46. Si anak pembawa sial 2
48 47. Destiny
49 48. Kejutan?
50 49. Snowball
51 50. Untitled
52 51. Saksi Kunci
53 52. Forgiveness
54 53. The Man Behind The Gun
55 54. Pulang
56 55. Better late than never
57 56. The real prince
58 57. The Fact
59 58. Different kinds of fathers
60 59. Life
61 Traktiran Abang!!!
62 60. Times
63 61. Multitasking
64 62. God’s Secret
65 63. Polaris (TAMAT)
66 64. Epilog
67 Extra Part 1
68 Extra Part 2
69 Extra Part 3
70 Extra Part 4
71 Pengumuman
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Prolog
2
1. Suddenly became a Prince
3
2. Okaaa ... I'm coming
4
3. Dugong
5
4. 1st date
6
5. Arunika vs Burung
7
6. Stranger (Orang asing)
8
7. Investor
9
8. Oka si Matre
10
9. RIP ( Rest in peace)
11
10. Kisah Seorang Mayang 1
12
11. Kisah Seorang Mayang 2
13
12. Bumi
14
13. Freezer!
15
14. Happiness Indicator (Indikator Kebahagiaan)
16
15. The real Sultan
17
16. And the winner is ... Arunika!
18
17. Always in my head
19
18. The Line (Garis batas)
20
19. Dilema
21
20. Cross the line
22
21. Kisah Arunika
23
22. Easier said than done (Lebih mudah berbicara daripada melakukan)
24
23. Parent's Sin (Dosa orangtua)
25
24. Nobody's Perfect
26
25. Forgive but Not Forget (Memaafkan tetapi tidak melupakan)
27
26. Putra Bungsu Andi Santoso
28
27. Mr. Freezer
29
28. Every son’s first superhero is his father
30
29. Cinta yang diam.
31
30. Kang Es
32
31. The Key
33
32. The Secret Mission (Misi Rahasia)
34
33. Trending Topik
35
Waiting (Menunggu)
36
35. Distorsi
37
36. Key of Heart
38
37. The past in the past, let it go
39
38. Dating?
40
39. Take it or leave it
41
40. 2nd Chance
42
41. Belum Ada Judul
43
42. Bi … aku rindu!
44
43. Level
45
44. The Mask
46
45. Si anak pembawa sial
47
46. Si anak pembawa sial 2
48
47. Destiny
49
48. Kejutan?
50
49. Snowball
51
50. Untitled
52
51. Saksi Kunci
53
52. Forgiveness
54
53. The Man Behind The Gun
55
54. Pulang
56
55. Better late than never
57
56. The real prince
58
57. The Fact
59
58. Different kinds of fathers
60
59. Life
61
Traktiran Abang!!!
62
60. Times
63
61. Multitasking
64
62. God’s Secret
65
63. Polaris (TAMAT)
66
64. Epilog
67
Extra Part 1
68
Extra Part 2
69
Extra Part 3
70
Extra Part 4
71
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!