“Bukan hitungan minggu atau bulan ayahmu tidak menerima tante sebagai seorang istri, tapi tahunan. Terlebih ketika kami mengetahui eyangmu membuat akte Bentari atas nama Anggi dengan namaku sebagai ibu kandung. Ayahmu murka, dia mengira tante berada di balik semuanya mengingat yang membuat surat-surat itu adalah mantan tunangan tante.”
“Mantan tunangan tante?” Mata Oka membulat tak percaya.
“Iya, dan tentu saja ditambah uang dari eyangmu yang membuat semuanya lancar.”
Mayang tersenyum melihat Oka menyuap choco lava dengan wajah terkejut bercampur kesal.
“Saat itu Bentari mau masuk sekolah dan diperlukan dokumen-dokumen sebagai syarat masuk, salah satunya kartu keluarga dan akte lahir. Tetapi ayahmu tidak memiliki itu semua karena dipegang ibumu, jadi mau tidak mau kami harus membuat akte dan KK baru. Untuk membuat akte lahir diperlukan buku nikah, dan yang ada hanya buku nikah tante dan ayahmu, jadi eyangmu menggunakan buku itu untuk membuat akte dan KK.”
Oka terdiam mencoba memahami alasan di balik pembuatan akte baru Bentari dimana nama ibu kandung yang tertera adalah Mayang bukan Mega. Jujur itu semua terkesan masuk akal, karena itu kondisi darurat dimana mereka memerlukan itu semua untuk syarat agar Bentari bisa masuk sekolah, tapi … ah sudahlah, lagian itu semua sudah terjadi dan bu Mega tidak mempermasalahkannya, bukankah Oka sendiri sudah memaafkannya kemarin ketika sang kakek sedang meregang nyawa? Jadi sudah lupakan saja tentang itu.
“Ayahmu menolak, tapi semua telah terjadi dan Bentari memerlukan dokumen-dokumen itu secapatnya membuat ayahmu akhirnya menyerah. Saat itu dia kembali menegaskan walaupun namaku yang tertulis di akte Bentari juga di buku nikah … tante hanyalah ibu pengganti bagi Bentari.”
Raut muka Mayang berubah sedih. Bagaimana tidak, setelah segala pengorbanan dia tetap tak diakui oleh suaminya sendiri dan hanya menganggap Mayang sebagai ibu pengganti bagi Bentari.
“Tante menerima takdir tante. Bukankah tante sendiri yang memilih jalan ini? Jadi saat itu tante tak boleh mengeluh.”
Oka baru menyadari kalau Mayang ternyata tak jauh beda dengan bu Mega. Mereka adalah perempuan-perempuan tangguh.
“Ayahmu yang sudah mulai bisa berjalan walaupun masih menggunakan tongkat memulai usahanya kembali. Ingat sisa uang yang dijadikan modal tadi?”
Oka mengangguk mengingatnya.
“Uang itu dibelikan sebuah rumah yang tak layak huni, jadi ayahmu bisa membeli itu dengan sangat murah kemudian dengan bantuan dari pakde Bayu, ayahmu mendapat pinjaman dari bank yang dijadikan modal untuk merenovasi rumah itu jadi layak huni untuk dijualnya kembali.
Kamu tahu sendirikan jual beli rumah seperti itu tidak segampang menjual kacang rebus di pasar malam, memerlukan waktu yang sangat lama hingga akhirnya rumah itu laku. Sambil menunggu rumah itu selesai direnovasi dan terjual, jangan lupa ada kredit bank, sewa rumah, biaya sekolah Bentari yang harus tetap kami bayar. Tak ingin menyusahkan keluarga lagi kami melakukan berbagai cara termasuk menjual semua mas kawin yang tante terima ketika menikah dengan ayahmu untuk membayar itu semua. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tente membuka les membaca anak-anak di sekitar tempat kami tinggal ... kalau kamu pikir kami selama ini hidup enak … kamu salah. Kami pernah merasakan hanya makan dengan tempe saja, atau telur dadar ditambah terigu agar menjadi banyak jadi cukup sampai makan malam.”
Oka terkejut mendengarnya. Dia pikir selama ini hanya keluarganya saja yang menderita, tapi ternyata merekapun sama, pernah merasakan kesusahan bahkan mungkin jauh lebih menderita.
“Itu berjalan cukup lama sampai Bentari SMP, untungnya semua kebutuhan Bentari terpenuhi karena eyang dan pakde Bayu memastikan Bentari tak kekurangan apapun. Dan demi Bentari, ayahmu menurunkan egonya, dia menerima semua bantuan khusus untuk Bentari dan memastikan aku hanya menggunakan uang-uang itu demi semua kebutuhan Bentari, bukan untuk kami berdua.”
Demi seorang anak, orangtua bahkan rela menggadaikan nyawanya, apalagi hanya menurunkan ego.
“Perlahan akibat keuletan dan kerja keras ayahmu bisa menjual dari mulai satu rumah menjadi dua rumah, dan terus berlanjut, hingga akhirnya membuat sebuah cluster. Tentu saja kami belum bisa menikmati keuntungan itu seutuhnya karena ayahmu terus memutar keuntungan itu untuk modal dan melunasi kredit bank. Selain itu kami berniat membayar hutang kami kepada eyangmu yang telah menjual assetnya dulu walaupun eyangmu tidak memintanya, tapi aku setuju dengan ayahmu untuk mengganti semuanya. Seiring dengan itu perlahan kamipun bisa makan telur ceplok plus kecap, satu orang satu. Tidak lagi telor yang ditambah terigu kemudian dipotong-potong keci.”
Mayang tersenyum menatap Oka yang ikut tersenyum.
“Perlakuan ayahmu kepada tantepun berubah, walau bukan sebagai istri, tapi minimal tante menjadi tempatnya berkeluh kesah. Menjadi teman hidup, itu mungkin istilah yang pas untuk hubungan kami saat itu. Kami merasa nyaman satu sama lain, hingga tak memedulikan gunjingan orang-orang di luar sana termasuk keluarga sendiri yang menanyakan kenapa tante belum memiliki keturunan dan hanya mengurus Bentari yang notabennya adalah anak tiri. Tante tebalkan kuping, kuatkan hati, tak memedulikan gunjingan orang-orang. Yang penting tante bahagia melihat Bentari tumbuh dengan cantiknya, dan usaha ayahmu berjalan semakin baik.”
Senyum tulus benar-benar terlihat di wajah Mayang.
“Keadaan kami telah benar-benar jauh lebih baik. Rumah milik sendiri, tak lagi memiliki hutang kemanapun, dan ayahmu mulai membuka dirinya. Entah sejak kapan, tapi tante bukan lagi teman hidup dan ibu pengganti untuk Bentari, tapi sudah benar-benar menjadi istri dengan segala hak dan kewajibannya.”
Oka paham arti kalimat itu tanpa harus dijelaskan lebih lanjut.
“Dan akhirnya yang ditunggupun tiba. Tante hamil, tapi tak bertahan lama ... tante keguguran, terus seperti itu sampai tiga kali sebelum akhirnya dokter memvonis tante menderita syndrome asherman atau pelekatan pada rahim hingga tak bisa memiliki keturunan. Terpuruk tentu saja, sebagai seorang perempuan tentu tante ingin memiliki keturunan yang lahir dari rahim sendiri. Itulah alasan tante tak ingin kehilangan Bentari dan menjadi egois. Karena bagi tante, Bentri bukan anak tiri, tapi anak yang dikirimkan oleh Allah untuk tante rawat dan jaga selayaknya anak kandung … maaf karena saat itu menjadi egois.”
Sesungguhnya bukan hak Oka untuk menerima kata maaf itu, ibu dan kakanyalah yang berhak menerima kata maaf itu. Namun Oka yakin mereka telah menerimanya. Oka mengangguk membuat Mayang tersenyum sambil mengucap terima kasih.
“Kondisi kami yang semakin membaik membuat tante mengingat tentang Kirana, yang walaupun belum bertemu bukankah dia juga anak sambung tante seperti halnya Bentari? Berpikir seperti itu membuat tante diam-diam menyisihkan uang jajan untuk Kirana yang tante masukan ke rekening tertentu, dan setiap Bentari membeli apapun tante akan memasukan uang dengan jumlah yang sama ke dalam rekening itu. Tante tak ingin nanti Kirana merasa iri kepada Bentari.”
Mayang tersenyum lembut sebelum melanjutkan ceritanya.
“Hal itu terus berlangsung sampai bertahun-tahun, tanpa tante tahu ayahmu pun melakukan hal yang sama. Walaupun bentuknya berbeda. Ayahmu membeli rumah kakekmu di Bekasi yang kemudian direnovasi untuk disewakan yang uang sewanya masuk ke dalam rekening tertentu untuk Kirana. Sampai akhirnya dua tahun lalu kita bertemu, dan saat itu kami baru mengetahui kalau bukan hanya ada Kirana, tapi juga ada Asoka Danubrata yang menjadi putra kami … maaf karena terlambat mengetahui tentangmu.”
Hati Oka diliputi rasa hangat karena kali ini permintaan maaf yang dia dengar benar-benar ditujukan untuknya. Oka tanpa ragu mengangguk diikuti senyum tulus di wajahnya, dan lagi-lagi Mayang mengucap kata terima kasih.
Mayang meminum lattenya begitupun dengan Oka yang menghabiskan minumannya.
“Mengetahu tentangmu tentu saja membuat tante bahagia. Itu artinya tante memiliki anak lagi, tapi juga membuat tante bingung. Tante hanya memiliki satu rekening tabungan yang diperuntukan bagi Kirana, jadi bagaimana denganmu? Tante tak memiliki persiapan untuk itu. Jumlahnya memang cukup besar mengingat itu tabungan selama bertahun-tahun sebelum akhirnya tante menggantinya menjadi deposito ketika jumlahnya sudah lumayan. Kalau tante bagi dua untukmu dan Kirana, tante merasa tak adil karena itu artinya Bentari mendapatkan lebih banyak. Tante tak ingin itu. Tante ingin adil untuk kalian bertiga, apalagi kamu sebagai anak lelaki satu-satunya kamu berhak mendapatkan lebih banyak dari kedua kakakmu. Kalau tante sengaja membuka rekening baru … “
Mayang menghela napas sambil menggelengkan kepala.
“Jujur saja, tabungan tante tak sebanyak itu.”
Oka tersenyum melihat Mayang yang meringis.
“Jadi akhirnya tante jujur kepada ayahmu, dan saat itulah ayahmu menceritakan tentang rumah Bekasi yang dia persiapkan untuk Kirana. Atas pemikiran itulah maka deposito yang selama ini tante persiapkan untuk Kirana, tante alihkan atas namamu.”
Oka terdiam tak tahu harus bereaksi seperti apa. Bahagia karena mempunyai deposito pribadi dengan jumlah fantastis? Tidak, dia tidak merasakan itu. Dia tidak merasakan apapun selain … terkejut.
“Tante …”
“Jangan kamu tolak. Itu hakmu yang tertunda.” Mayang menggengam tangan Oka yang berada di atas meja dengan lebut. “Kamu, Kirana, dan Bentari … sama. Kalian anak-anak tante juga. Tante hanya ingin adil untuk anak-anak tante, tak ingin kalian iri satu sama lain. Tante tak memiliki anak kandung, tapi tante dititipkan kalian bertiga, tolong jangan menolaknya dan membuat tante menjadi seorang ibu yang pilih kasih.”
Oka terdiam masih ragu.
“Seandainya tahu kalau ibumu belum menikah lagi, tante pasti akan menyisihkan uang bulanan tante untuk ibumu. Tapi tante tidak melakukan itu, karena kami kira ibumu sudah menikah lagi yang ternyata hanya sebuah kebohongan. Yang bisa tante lakukan untuk ibumu adalah mengembalikan ayahmu kepadanya.”
“Tante!” Oka terkejut bukan main mendengar ucapan Mayang yang hanya tertawa.
“Iya, kalau ibumu bersedia tante akan melakukan itu. Tak ada anak yang mengikat tante dengan ayahmu. Mengingat bagaimana dulu ayahmu sangat mencintai ibumu … jujur saja ketakutan kalau mereka masih menyimpan rasa yang sama itu ada, apalagi setelah melihat mereka berdua di pernikahna Kirana. Duduk berdampingan di atas pelaminan … jujur saja tante cemburu, tapi tantepun harus legowo. Sampai akhirnya tante bertanya kepada ibumu apakah beliau masih mau menerima seandainya ayahmu ingin kembali? Kamu tahu apa jawabannya?”
Oka menggelengkan kepala.
“Ibumu bilang kalau ayahmu yang sekarang bukan tipenya, dia mau mencari yang seperti Lee Min Ho … hahaha.”
Sangat bu Mega sekali yang konsisten dengan Lee Min Ho.
“Ibumu bilang, kalau kami harus berbagi tugas … ibumu akan mengurus anak-anak, dan tante mengurus kakek-kakek.”
“Hahaha.”
“Ibumu sangat luar biasa, membuat tante paham kenapa ayahmu dulu memilihnya menjadi istrinya.”
Oka mengangguk bangga. Tentu saja bu Meganya sang drama queen itu sangat luar biasa. Terlepas keinginan anehnya menikahi Lee Min Ho, tentu saja bu Mega adalah ibu yang luar biasa.
“Bagaimana dengan ayah? Apa, Tante, juga bertanya kepada ayah?”
“Iya, tante juga bertanya kepada ayahmu. Ayahmu terkejut sebelum akhirnya dia marah-marah dan balik bertanya, apa tante sudah bosan untuk mengurusnya? Apa tante sekarang sudah tak mencintainya lagi karena dia sudah tua?”
Mayang tersenyum dengan mata memancarkan kasih sayang, layaknya remaja yang jatuh cinta.
“Saat itulah tante tahu kalau tante sudah mengisi tempat di hati ayahmu, bersama dengan kalian. Walaupun tante sudah akan mengikhlaskan seandainya orangtuamu akan kembali rujuk, anggap saja selama ini tante hanya menjaga suami orang dengan bonus tiga orang anak.”
Oka menghela napas lega mendengar ucapan Mayang yang tersenyum lebar penuh ketulusan. Entah kebaikan apa yang telah dilakukan ayahnya hingga mendapatkan istri seperti Mayang, yang menemaninya dalam keadaan terburuk dalam hidupnya, hingga tertatih bersama dalam suka dan duka sampai akhirnya kini mereka tinggal memetik hasilnya.
Apa masih ada perempuan hebat seperti bu Mega yang tangguh menghadapi kekerasan dunia seorang diri demi buah hatinya? Atau seperti Mayang yang tetap berdiri di samping pria yang dia cintai dengan tulus bahkan dalam keadaan terburuk mereka? Seandainya ada, Oka berharap Tuhan memersiapkan satu untuknya kelak.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Andaru Obix Farfum
banyak bawangnya
2025-01-30
0
✨️ɛ.
liminho harga mati ya, Bu Mega.. 😌
2024-11-13
0
✨️ɛ.
loh, kok jadi ngembeng.. 🥺
2024-11-13
0