ch 14

Selesai makan kami mengobrol ringan tentang Kalingga dan kebiasaannya mengikutiku. Aku sampai harus mematikan ponsel karena dia menghubungiku ratusan kali seperti anak ayam kehilangan induknya. Belum lagi kotak pesan dengan pertanyaan hampir sama, 'kamu dimana, lagi apa, sama siapa?'

Andaikan Al yang menghubungiku segila ini aku tidak akan keberatan. Tapi faktanya Al itu sebaliknya.

"Puas tertawanya?" Tanyaku sarkas.

Masih mengikik dia menjawab, "Makanya jangan main-main dengan mantranya."

"Aku yakin akan memantraimu setelah ini, aku ingin kamu segila Kalingga." Ehh… emang bisa? Kata hatiku tak yakin.

"Boleh, dengan senang hati kalau kamu mau mencobanya." Matanya menatap lembut tapi begitu rumit untuk diartikan.

"Kira-kira apa ada efeknya?"

"Tentu saja."

"Aku ingin tau efeknya padamu sebelum melakukannya."

"Kamu akan datang mencariku seperti Kalingga."

"Apa…?" Aku tidak tau harus senang atau sedih mendengarnya. "Kok jadi aku yang kena mantranya?"

Al tertawa terbahak-bahak melihatku yang bingung menunggu penjelasannya. "Ya kan aku jadi punya bodyguard cantik."

"Nggak lucu!"

"Ya orang nggak lagi ngelawak." Ucapnya dengan ekspresi wajah jenaka seraya mengedipkan sebelah mata.

"Kamu tuh yang nggak serius kalau ditanya, nanti kalau ada apa-apa aku kamu suruh ngurus akibatnya sendiri!" Kali ini aku benar-benar mengomel agak panjang. "Aku marah nih…"

"Jiahh… marah aja pake bilang, lucu banget sih kamu," ledeknya. "Ya udah ayo kita mulai. Tapi tempatnya kurang private kalau di sini."

"Trus?"

"Di rumahmu, sekalian aku antar pulang ya?"

Sebelum pulang dia memesan banyak makanan setelah bertanya padaku apa saja yang mungkin disukai orang tua dan dua adikku. Manis sekali.

Di rumah aku duduk di teras dengannya setelah sholat magrib berjamaah dengan keluarga, zona aman dari semua kemesuman yang bakal dilakukannya. Walaupun yah... tadi sebelum turun dari mobil dia sudah nyolong start duluan. Mungkin tau karena tidak mungkin bisa menciumku ketika di rumah.

"Kamu mau yang mana dulu, Beb? Pengasihan untuk makhluk halus apa pemanggil roh pusaka?"

"Yang pengobatan dulu aja, aku lebih membutuhkan yang itu."

"Itu bisa aku ajarkan setelah kamu menguasai yang dua ini, karena itu penutup."

Aku menggeleng ringan, "Hah… yang benar saja kamu itu? Jangan ngadi-ngadi deh, kamu sengaja banget ngerjain aku kan?"

"Nggak. Ini lagi serius."

Tenggorokanku terasa kering karena kecewa, dengan senyum pahit aku mengangguk pasrah apa yang akan diajarkannya duluan. Tetap saja ada keyakinan kecil kalau Al tidak akan membiarkan aku celaka.

"Pengasihan untuk makhluk halus ini banyak gunanya, Beb. Lebih berguna daripada pengasihan untuk manusia. Karena pada dasarnya masalah itu datang kebanyakan dari mereka yang halus, sesuai dengan janjinya bahwa mereka akan selalu jadi penggoda buat manusia.

Pengasihan ini fungsinya untuk menundukkan dan mengalahkan mereka dengan cara paling aman. Karena kita tidak perlu bertarung, hanya sedikit negosiasi dan kekuasaan yang kita punya atas mereka yang terkena mantra. Kamu bisa menyuruh mereka apa saja, dan mereka tidak bisa menolaknya. Sampai sini apa kamu paham?"

Aku ragu saat menjawab, "Sedikit, aku hanya tidak paham kenapa harus memanggil mereka!"

"Suatu saat kamu akan memahaminya, sementara belajar dulu. Anggap aja sedia payung sebelum hujan gitu, Beb. Jangan dipikir terlalu dalam kalau soal begini, jalani aja!"

Iya, cukup kamu yang begitu dalam merasuk sekaligus merusak ketenangan pikiranku!

"Tapi aku butuh contoh real, Al. Untuk apa sebenarnya fungsi ilmu itu?"

"Bisa untuk menolong orang yang sedang kesurupan, nanti itu digabung dengan mantra pengobatan. Bisa buat ngusir makhluk halus yang mendekam di tempat yang tidak orang inginkan. Bisa buat bala bantuan saat kamu diserang oleh makhluk halus lainnya yang membawa benda mistis berbahaya yang biasa orang sebut teluh atau santet…" Dia belum melanjutkan lagi tapi justru memperhatikanku yang bingung dan takut dengan keterangan yang disampaikannya.

Tidak menunggu waktu lama dia menatapku dengan panas dan merapal sesuatu yang tidak aku dengar karena hanya seperti sebuah bisikan.

Angin dingin menyapu rambutku sekilas dan aku merasa sudah berada di tempat hampa udara lagi seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Aku tidak mendengar atau merasakan hal lain selain hanya fokus pada pria yang sedang menggenggam tanganku ini.

Aku mengeratkan jemariku ketika hawa hangat merasuk ke dalam tubuhku lewat tautan tangannya, aku memejamkan mata dan mendapati aku dalam konsentrasi terdalam. Pikiranku kosong ketika sebuah bisikan masuk ke dalam rongga telinga. Suara lembut Al mengalun indah di dalamnya, membuatku sedikit menegang karena suara itu membawa hawa magis yang sangat aneh.

Niat ingsun ajiku…

Tak langsungno ing tengahe Samudro...

Segoro bongso manungso

Segoro bongso jin, setan, prapayangan…

Manut marang ingsun…

Tubuhku makin panas ketika Al mengulangi mantra pengasihan itu hingga tiga kali. Aku seperti masuk ke dunia lain yang tidak aku kenali, dunia gelap dengan suara aneh yang tidak pernah kudengar, dunia yang penuh dengan bayangan hitam tak kasat yang tak pernah kulihat.

Aku dalam titik tertinggi penguasaan Al ketika semua suara dan penglihatan itu memudar. Tubuhku kembali normal dan secara reflek aku membuka mata dengan waspada.

Sepertinya aku sudah kembali ke dunia nyata, karena aku menemukan senyum hangat Al yang mengamatiku seperti seekor serigala.

Kubah aneh yang tak bisa kulihat masih melingkupi kami, aku belum bisa mendengar suara di luar selain suara nafasku sendiri dan tentu saja gumaman Al yang tidak begitu jelas.

"Are you okay, sweet heart?" Lirihnya seraya mengusap jariku dengan ibu jarinya.

Rasanya memang tidak sama dengan saat aku menerima mantra pengasihan yang pertama, ini terasa lebih berat dan lebih hangat di dada sebelum menghilang meninggalkan ingatan suara Al yang masih terus terngiang.

"Yeah, I am ok."

"You not," katanya tak yakin. "Ambil nafas panjang lewat hidung dan lepaskan perlahan lewat mulut. Tutup matamu dan cobalah konsentrasi, aku akan membantumu."

Ibarat sebuah sihir, kata-kata Al langsung aku ikuti dan laksanakan. Hawa hangat kembali masuk ke dalam tubuhku melalui tangan Al dan aku dengan mudah melakukan semua instruksinya hingga beberapa menit.

Mataku kembali terbuka dan aku merasakan tubuhku jauh lebih baik, seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Aku mengangguk pada Al memberitahukan kalau sudah tidak ada masalah pada tubuhku.

Dengan perlahan udara kembali bertiup segar membawa bau wangi bunga kenanga dari taman kecil di depan kami. Suara adikku yang berteriak heboh karena sedang bermain play station pun mulai terdengar lagi. Semua kembali normal tanpa aku sadari, ternyata ruang hampa yang diciptakan Al sudah hilang entah sejak kapan.

"Besok kita puasa ya, Beb! Kali ini puasanya tujuh hari. Nanti pas hari ketujuh aku jemput kamu buat buka puasa di rumah trus tidur di rumah sama Ara."

"Harus nginep gitu?" Aku dah mikir tidur sama kamu tau nggak sih, lanjutku dalam hati.

"Terserah kamu, cuma di hari terakhir puasa itu malamnya nggak boleh tidur. Itu kamu akan mendapatkan godaan besar dari makhluk halus selama semalaman, mereka akan berdemo karena takut kamu segera menguasai ilmu yang bisa menundukkan mereka begitu malam telah berakhir."

"Hah… jadi?"

"Kamu akan melihat banyak penampakan, kalau kamu merasa kuat menghadapi sendiri ya kamu nggak perlu tidur di rumah sama Ara. Sayang kan udah puasa tujuh hari kalau harus gugur dalam satu malam?

Mereka pasti datang membawa sirep untuk membuatmu terlelap, menggagalkan lelaku akhir yang harus kamu kerjakan sebagai penutupan. Kalau kamu kuat menahan sirep dan kuat melihat mereka sendirian ya itu lebih baik."

"Serem ya?"

"Nggaklah…" ucapnya seraya diikuti gumaman tak jelas lagi. "Sini bentar…" lanjutnya mengajakku berdiri dekat taman dan mengusap wajahku seraya tersenyum rumit.

Tiba-tiba aku mendengar suara langkah berat yang begitu aneh di kejauhan, makin dekat dan dekat. Aku mengarahkan pandangan pada ekor mataku yang menangkap bayangan hitam sangat besar dengan mata menyala merah di depan pagar rumah.

Sontak aku melompat dari tempatku berdiri dan menubruk Al, memejamkan mata dan menyembunyikan wajahku di bahunya.

"Makhluk apa itu, Al?" Tanyaku gemetaran mengencangkan pegangan pada samping bajunya.

"Ya dilihat, Beb. Itu salah satu jenis penampakan yang bisa kamu panggil dan kendalikan nantinya. Kamu bosnya kok malah takut?"

Bisa-bisanya dia tertawa dengan lucu saat aku hampir kencing di celana saking takutnya.

"Ya jangan yang serem gitu kalau cuma buat ngasih tau bukti nyata mantranya, panggil yang kayak oppa-oppa Korea aja kan bisa!"

Aku melepaskan pelukan dengan takut-takut, melirik ke arah pagar, makhluk itu menggeram sebentar lalu pergi begitu saja setelah Al melambaikan tangan.

Sialan kamu Al, temani aku tidur malam ini…!!!

***

Terpopuler

Comments

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

apakah ada yg sama denganku yang gk tauk apapun oppa2

2023-05-21

1

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

nih mantranya klo ku baca ngepek gk nih

2023-05-21

1

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

definisi bersama Al kamu aman sel

2023-05-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!