ch 06

Biasanya begitu film selesai dan keluar studio aku langsung ingin ke toilet untuk pipis karena nggak tahan hawa dingin ruangannya. Tapi kali ini tidak ada hasrat buang hajat itu. Aku sama sekali tidak kedinginan, yang ada kepanasan.

Bukan karena ada adegan romantis dan basahnya, tapi karena kakaknya Ara terus saja memegang tanganku. Lagian yang dilihat juga bukan horor atau film menyeramkan. Ibu jarinya yang kadang mengusap punggung tanganku itu benar-benar membuatku kegerahan.

Dia masih saja menautkan tangannya sampai parkiran, seperti enggan melepasku. Kalau dipikir-pikir, dia orangnya romantis juga. Aku suka.

"Mau pulang apa nginep di rumah lagi?" Tanyanya seraya mesem-mesem nggak jelas.

Aku melongo mendengar pertanyaan nggak bermutunya. "Ya pulanglah, Kak."

"Panggil Al aja kenapa? Kedengaran aneh di telinga." Protesnya tak suka. "Kalau kamu nginep, Ara kan jadi ada temannya di rumah." Lanjutnya datar.

Kenapa aku jadi gede rasa? Dia memang seneng aku nginep di rumahnya atau dia emang sayang sekali dengan adik perempuan satu-satunya itu hingga memperhatikan sedemikian rupa?

"Ara aja panggil kamu kak, masak aku ngelunjak?" Aku duduk di sampingnya yang sudah menyalakan mesin mobil.

"Beda, Ara kan adik."

"Kalau aku?" Ups… mulutku kenapa bertanya tanpa berpikir dulu.

"Calon istri?"

"Itu pertanyaan apa pernyataan sih?" Aku penasaran banget dia mau jawab apa lagi.

Dengan sengaja dia membantuku memasang safety belt, perhatian dan cari kesempatan itu ternyata begitu tipis bedanya. Aku hampir melonjak deg-degan karena jarak yang sangat dekat, bau parfumnya langsung meracuni sistem syarafku.

Di melihatku dengan senyuman dan tatapan gelapnya, aku takut dan kikuk saat membalas dengan tertawa. "Kok nggak dijawab?"

"Kamu takut sama aku?" Bukannya menjawab malah balik tanya, tangannya mengangkat daguku untuk balas menatapnya, untuk menghindari menjelaskan ungkapannya tadi dengan kata-kata.

Tangannya berpindah merapikan anak rambut yang tergerai di pipi dan menyelipkan di balik telinga kiriku. Melanjutkannya bermain dengan rambut panjangku yang tergerai. Membelainya sampai ke ujung, mengulanginya dan menyampirkannya ke depan dadaku.

Beruntung Ara tadi mengajakku ke salon, jadi rambutku yang licin dan wangi membuatku lebih percaya diri. Atau jangan-jangan Ara sengaja mempersiapkanku untuk menarik perhatian kakaknya ini? Oh Ara… aku takut dimangsa olehnya sekarang.

Aku menggeleng menjawabnya, takut sih tapi penasaran. "Nggak kak," ujarku serak.

Mulutku terasa kering dan aku merasa butuh air untuk membasahi kerongkongan.

"Rambut kamu bagus, Selia!" Aku menelan ludah demi mendengar rayuan gombalnya. Bukan hanya mulutnya yang merayu tapi gerakan tangannya yang tak berhenti memainkan rambut yang membuatku resah.

"Terima kas…" Aku belum selesai Al, Please…! Aku merutuk dalam hati karena dia sudah mengecup sudut bibirku dengan amat lembut, membuat kalimatku menggantung. Bibirnya menuntut dan menunggu aku membukanya.

Sial… sial… sial… aku memang bodoh dan tak pengalaman. Ini hasil dari sekolah putri dan tidak pernah pacaran. Ciuman saja aku tidak bisa, memalukan!.

Kedua tangannya membingkai wajahku dan berbisik di depan bibirku, "Jangan takut, Sayang! Ini aku, ini Al…"

Bibirnya kembali menyentuhku, menuntun dan mengajariku mengungkapkan perasaan dengan cara yang lembut. Dia pasti tau aku sama sekali belum pernah melakukan ini, dia tau aku gemetaran.

Dengan sabar dia berusaha agar aku merasa nyaman dengan ciuman-ciumannya yang menggetarkan. Memberiku jeda bernafas beberapa kali tapi mengulanginya lagi dan lagi.

Bukankah ini sudah terlalu lama? Gigitan kecilnya pada bibir bawahku sudah tidak asing lagi, tapi aku masih juga tidak ingin berhenti. Dia yang memang ahli atau aku yang mulai mabuk birahi.

Aku mengerang menyebut namanya lirih, "Stop Al… now!"

Nafasku lega karena akhirnya dia melepas pagutannya, tapi juga kehilangan kehangatan yang sangat indah kurasa. Kehangatan yang membuncah dalam jiwa. Aku jatuh cinta.

Senyum mautnya tersungging saat mengusap bibir bawahku dengan ibu jarinya… dia memang mempesona.

"Mau lagi?"

Jahilnya kakakmu Ara! Tega-teganya dia mengerjai cewek lugu sepertiku.

"Mau pulang…" tapi nanti lagi ya? Ish, itu cuma bisa kubisikkan dari dalam hati.

Mana berani aku menantangnya? Bisa-bisa bukan cuma bibirku yang dihisapnya.

"Kok masih takut?" Dia bertanya dengan seringai aneh. "Atau jangan-jangan mau nambah tapi nggak berani bilang?"

"Apaan sih?"

Bikin malu banget bahasanya. Apalagi ditambah dengan senyum sintingnya. Bener - bener cowok 5G. Ganteng, gemesin, gombal, ganas, gila.

Dia mengemudi dengan tenang seperti tak pernah terjadi apa-apa. Sementara aku masih malu dan tak berani melihatnya.

"Makan dulu ya!"

"Selia nggak laper, Kak!" Jujur itu, kupu-kupu yang berputar dalam perutku masih banyak. Itu membuatku tak selera makan.

"Masak dicium gitu aja udah kenyang?" Sindirnya dalam tawa kecil yang menggemaskan.

Astaga, makhluk tampan satu ini benar-benar menyebalkan. Walaupun kata-katanya benar tapi kan nggak perlu diungkapkan blak-blakan.

"Ish…"

"Kamu biar lagi kesel gitu juga cantiknya nggak berkurang…"

Tolong…!!!

Kayaknya Mbah Joyo salah membaca orang dan juga masa depan.

"Nggak mampir?" Tanyaku ketika dia sudah menepikan kendaraan di depan rumah.

"Next aja ya? Salam buat calon mertua…" jawabnya seraya mengedipkan sebelah mata.

"Ya udah aku pamit, thanks buat acara nontonnya."

"Sama-sama."

Aku merapikan penampilan sebelum turun, "Apa aku terlihat berantakan? Nggak enak nanti sama ibunda."

"Sini aku rapiin," bisiknya pelan. Dan dengan sigap dia sudah menyisir rambutku dengan jari-jarinya. Aku bergidik menahan geli dan perasaan lain yang sangat mengganggu.

"Thanks."

"Gitu doang?" Dengan tanpa sungkan dia memberikan kecupan perpisahan. "Begitu caranya mengucapkan terima kasih." Sambungnya pelan.

Tiga detik yang mampu membuat bulu kudukku meremang. Dia memang setan!

"Bye…" pamitku bersamaan dengan suara pintu mobil yang aku tutup perlahan.

"Bye sayang…" cengirannya itu loh, bikin jantung nggak tenang.

Aku masuk rumah sesaat setelah dia hilang dari pandangan.

"Loh Ara nggak mampir?" Sambut Ibunda di meja makan. Acara makan malam baru saja selesai.

"Itu bukan Ara, tapi kakaknya…" Aku membantu membereskan meja dan membawa piring kotor ke belakang. Mencucinya.

"Kakaknya Ara cowok?"

Aku mengangguk menyembunyikan rona, "Iya. Titip salam buat Ibunda, tadi buru-buru jadi nggak bisa mampir."

Ibunda mengamatiku yang salah tingkah, "Diajeng suka sama kakaknya Ara ya?"

"Kok Ibu tau?" Aku menata piring yang baru selesai kucuci di rak.

"Ibu juga pernah muda," tutur beliau lembut. "Apa dia mempunyai ciri yang disebutkan peramal eyangmu itu?"

Aku menggelengkan kepala pelan, "Tidak tau, Bu. Hanya saja kenapa Selia begini tertarik sama dia. Seperti ada sesuatu yang tidak bisa ditolak ataupun dihindari dari kakak Ara itu."

"Memang berapa umurnya? Bekerja atau apa?"

"Hanya lebih tua dua tahun dari Selia. Baru lulus…" jelasku seadanya. Aku juga belum tau kegiatannya apa selain mengumpulkan wanita di rumahnya. Tiba-tiba aku kesal jika ingat Risa dan Lucia. "Selia mandi dulu, Bu!"

Aku lihat Ibunda tersenyum melihatku meninggalkannya, tentu saja aku sedang menghindar. Tidak ingin ditanya tentang kakak Ara lebih lanjut. Aku malu kelihatan sedang jatuh cinta.

Di kamar mandi aku menatap cermin dan menggulung rambut ke atas. Aku suka saat rambutku dipermainkan seperti tadi, apa dia suka dengan rambut tebal hitamku yang panjangnya dibawah siku? Atau lebih suka rambut sebahu milik Lucia dan Risa?

Yang jelas aku tidak mungkin memotong rambutku sependek itu? Eyang dan ibunda tidak akan mengizinkan. Itu adalah mahkota wanita, keanggunan dan kecantikan terpancar dari sana.

Butuh kesabaran dalam merawatnya, bisa diartikan bahwa pemiliknya mempunyai karakteristik yang lebih telaten sebagai wanita. Dan masih banyak lagi filosofi tentang rambut panjang dan wejangan yang akan aku terima kalau aku berani punya niat memangkasnya.

"Al… jangan suruh aku potong rambut ya!" Bisikku pada air yang aku siramkan ke tubuhku perlahan.

***

Terpopuler

Comments

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

tergantung seleranya sell, but biasanya cwo mang suka rmbt pnjng sih, lbh feminim ceunah

2023-05-18

0

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

gercep juga nih si Al dah lngsng kecap kecup

2023-05-18

0

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

pasti tipe tipe cwe nya Al author nih
cwe rambut pnjng

iyaa kannnn

2022-12-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!