ch 11

Aku dan Ara langsung diam, sedikit takjub dengan kedatangan mas asisten dosen yang dandanannya jauh dari kata biasanya saat di kampus.

Meski tidak meninggalkan kaca mata tapi jelas dia berusaha tampil maksimal, bahkan rambutnya terlihat licin dan baru saja dirapikan. Lumayan tampan walaupun tidak bisa mengalahkan pesonanya mas Al. Kenapa juga jadi nyebut dia mas? Harusnya kan Kangmas!

Dengan senyum percaya diri Lingga masuk setelah aku mempersilakannya. Ara menemani selama aku tinggal masuk untuk membuat minuman. Tamu adalah malaikat pembawa rezeki, perlakukan dengan sangat baik.

Di Yogya, tidak ada tamu yang bisa pulang sebelum mencicipi masakan tuan rumah. Makanya aku tidak heran di rumah Ara pun demikian, momnya asli Yogya.

Mungkin asal daerah itu juga yang akhirnya membuat kami jadi sangat dekat sekarang. Anggap saja alasan itu benar, alasan lainnya tentu saja karena aku pacar kakaknya. Entah dianggap pacar yang keberapa aku tidak begitu memperdulikan.

Lingga menatapku terus-menerus, aku jengah dan risih dalam waktu bersamaan. Diam-diam aku berdoa biar dia kelilipan debu atau apa gitu, biar matanya itu nggak melulu terpaku padaku.

Aku juga berdoa agar Al cepat datang menyelamatkanku. Tapi jagoan kan datangnya selalu belakangan. Dah kayak film India saja rasanya situasi sekarang.

"Diminum kak tehnya! Kalau kurang manis bilang ya!"

Akhirnya bisa juga aku basa-basi dengan senyum canggung yang dimanis-maniskan.

"Pasti semanis kamu, sayang…!"

Ehh… aku mendelik setengah mual dengar rayuan model lamanya. Nggak banget sih, kurang jauh ngopinya nih cowok. Norak tau!

"Ada apa nih kok mendadak kunjungan? Nggak ada kesibukan urusan kampus gitu?"

"Banyak, tapi akan selalu ada waktu buat Selia tersayang," ujarnya dengan senyuman miring.

Duh mabok apa nih Kalingga, biasanya sok ketus plus sinis kalau ngomong sama aku. Tapi saat bicara manis begini ternyata bikin enegnya juga nggak jauh beda, 11 12 aja.

"Tugasku kemarin nggak ada revisi kan?" Tanyaku dengan manis dan deg-degan.

"Nggak ada masalah sayang, aku udah benerin semua yang salah khusus buat kamu. Mister Abraham pasti bangga dan meluluskan kamu dengan nilai paling bagus…" ucapnya serius.

"Hah…? Ya jangan kak, kan kelihatan banget nanti akhirnya. Masa iya dari nilai yang biasa-biasa mendadak jadi sempurna!"

Lingga tertawa aneh, "Kan aku yang pastikan kalau kamu bisa nguasai materi dengan baik. Ini tujuan aku datang mau ngajarin kamu kisi-kisi kuis mingguan."

Aku melihat Ara menggerakkan bibir dengan geli, tanpa suara aku membaca maksudnya, "Modiar koen…!"

"Ehm… harus hari ini kak?" Aku melirik Ara dengan mata mengerjap cepat agar dia membantuku keluar dari suasana yang tidak menguntungkan ini.

"Iyalah, aku khusus datang emang buat itu. Setiap hari nanti aku sempatkan beberapa jam untuk kesini."

Ampunilah aku ya Allah!

Bukan begini mauku, kalau setiap hari diapelin Lingga dengan materi kuliahnya itu sama saja menambah masalah dan bikin aku pecah kepala. Sialnya Ara hanya tersenyum mengejek mendengar percakapan kami.

Kalingga benar-benar tidak menganggap ada Ara. Matanya tidak pernah lepas dariku, seperti singa mengawasi mangsa. Semoga otaknya masih lempeng, nggak berpikir akan memaksakan sesuatu yang buruk padaku. Jujur, aku takut diterkamnya!

Dengan risih aku memperbaiki tampilan yang sekiranya mengundang, meskipun aku berpakaian cukup sopan dengan celana panjang rumahan dan atasan yang terlihat aman dari tonjolan.

"Tapi aku juga banyak kesibukan, kak!" Tolakku halus dengan mejelaskan banyaknya kegiatan yang harus aku ikuti di kampus.

Padahal kegiatan-kegiatan itu sudah banyak berkurang sekarang, tapi namanya membuat alasan harus tetap jalan. Nggak mungkin aku terjebak dengan Kalingga setiap hari. Apalagi cuma berdua, fiuhhh… yang ketiga pasti setan.

"Aku temani sampai kegiatan kamu selesai, setelah itu baru kita belajar bersama. Biar nggak bosan belajarnya, tempatnya bisa gantian di rumahku," terangnya santai seolah kami baru saja jadian.

Ara terdengar mengikik menertawakan apa yang sudah aku lakukan, Kalingga bukan hanya mabok cinta. Tapi juga mabok mantra pengasihan. Tingkahnya jadi terkesan menjijikkan.

"Tapi untuk hari ini nggak usah belajar dulu ya, kak! Lagi nggak mood aku," pintaku pasrah.

Ternyata perasaan kalau dipaksakan efeknya nggak persis seperti yang kita harapkan, berlebihan dan makin membuat kita jadi nggak nyaman.

Aku pikir bisa lebih santai karena bisa menuntun Lingga sesuai keinginan, tapi hasilnya malah bukan aku yang diuntungkan. Kalau begini ceritanya dia yang bakal menang banyak.

"Iya nggak apa-apa, sayang. Mulai besok aja, lagian aku juga lagi nggak bawa materinya. Aku mau ngajak kamu jalan. Mau makan di luar? Ada tempat baru yang sip banget buat pacaran, makanannya juga enak-enak…"

Hemm… kalau yang bicara ini Al aku bakal percaya, tapi ini Kalingga yang kesehariannya berkutat sama buku. Dapat rekomendasi tempat dari siapa dia emangnya?

Ara mengusikku dengan alisnya yang terangkat bersamaan. Aku menggeleng pelan sebagai isyarat kalau aku akan menolak ajakannya.

"Aku ada janji keluar sama Ara. Mau ke salon, trus arisan sama teman-teman," jawabku asal saja. "Iya kan, Ra?"

"Hemm…" sahut Ara mengiyakan. "Pulangnya langsung ke rumahku, Selia mau nemenin aku curhat, aku lagi butuh temen cerita…"

Kalingga melihat kami bergantian dengan raut tidak percaya. Iyalah, kami bukan wanita yang jago berbohong atau tukang cari alasan. Ara mengulum senyum gelinya melihatku yang pura-pura serius menahan tipu-tipu yang terlanjur terlontar dari mulut kami.

"Kalian sedang berusaha cari alasan buat menghindar kan?"

"No…" kataku cepat.

"Beneran ini, kak." Sahut Ara tak kalah cepat. Wajahnya langsung berubah serius.

"Jangan keterlaluan, sayang…! Kamu nggak bisa bohongin aku. Ekspresi wajahmu sudah sangat aku kenali, aku satu semester membimbingmu. Apapun alasannya aku akan tetap disini dan menunggu sampai kamu mau keluar jalan sama aku!"

Mampus nggak kalau gini jadinya. Al harus tanggung jawab kenapa bisa begini ngeri efektifnya tuh mantra, ini baru hari pertama. Bagaimana dengan besok dan lusa?

"Aku beneran nggak bisa, kak!"

"Come on, baby…!"

"Aku nggak suka dipaksa, kalau aku bilang nggak bisa ya artinya nggak bisa, kak Lingga yang baik!" Kataku dengan sedikit tekanan dan menaikkan suara setengah oktaf.

"Please my heart…"

Apaan sih? Tadi sayang, abis gitu baby, dan sekarang my heart? Ntar lagi apa nih, mi amor apa mi vida?

"Beb…" satu suara di depan pintu langsung membuat kami bertiga menoleh secara bersamaan.

Akhirnya yang dari tadi ditunggu datang. Aku langsung berdiri menyambutnya, menggandengnya masuk dan memberikan tempat duduk di sebelahku. Al, my savior.

Mata Lingga langsung setajam belati melihat Al yang duduk berhadapan dengannya dan hanya terpisah oleh meja kecil.

Gayanya congkak menantang Al yang baru saja datang. Al dengan muka manisnya mengulurkan tangan pada Lingga, namun siapa sangka tangan itu dibiarkan menggantung tanpa sambutan. Bahkan senyum penuh benci terlihat jelas di bibir Lingga.

"Kamu siapanya Selia?" Lingga dengan sengit bertanya pada Al dengan nada mengancam. "She is mine!"

Mulutku membuka sebentar tapi menutup lagi karena tidak tau harus berkata apa.

Senyum dan wajah ramah Al seketika menghilang, kakak Ara ternyata bisa bertampang dingin juga, matanya gelap mematikan pada Kalingga. Dua pria ini saling tatap dengan tidak suka. Yang satu dengan mata terintimidasi, satunya dengan rasa memiliki yang tinggi.

Mungkin jika tidak sedang di rumahku mereka sudah baku hantam dan adu jotos untuk membela ego masing-masing.

Hingga di satu titik aku melihat Lingga berkeringat sangat banyak, dahinya basah dan beberapa sampai menetes melewati dagunya. Tapi tatapannya masih tidak mau mengalah, terus melotot pada Al yang juga menatap dingin padanya. Bedanya Al tidak bergeming dan tidak berkeringat sama sekali.

Kalingga makin pucat dan memburuk. Aku dan Ara mulai panik karena badan Kalingga bergetar hebat dan mulai merosot dari tempat duduknya.

Ara mendorongku untuk memutus adu mata di antara mereka. Aku berdiri dan membungkuk di depan wajah Al untuk mengalihkan konsentrasinya karena Kalingga mendadak jatuh dari duduknya dan kehilangan kesadaran.

"Al, sudah sayang…!" panggilku lirih. Kubingkai wajahnya dan kutatap langsung pada maniknya yang berjarak hanya satu jengkal dariku.

Dia mengerjap beberapa kali, tatap matanya melembut dan tersenyum padaku seperti tidak terjadi apa-apa. Menarikku hingga terduduk di pangkuannya. Dagunya bersandar di bahuku ketika dia memelukku erat.

"Siram dia, Beb!" Bisiknya pelan di telingaku.

"Kalingga?"

"Iya. Hanya itu cara menyadarkannya!"

Aku memeluknya, "Jangan lakukan itu lagi, Al. Kamu membuatku takut!"

Dia hanya mengangguk, "Maaf."

"Nanti aja pacarannya, ada yang butuh banyak air itu…!" Pekik Ara panik. "Bisa mati anak orang, Kak!"

***

Terpopuler

Comments

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

smpe bab ini dulu, next lanjut deui

2023-05-18

0

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪

yaa ampun🤦 aku baru ngeh klo mas Asdos nmanya sama kek yang first love nya izzy. sumpah aku gk tauk

2023-05-18

1

Sri Bayoe

Sri Bayoe

tawa lagi 🤣🤣🤣

2023-01-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!