16. Awal Kisah Itu

Maisaroh sudah kembali ke kampung halamannya. Sedangkan Tini, sekarang lebih memilih masuk ke tempat karaoke melalui basement. Wanita itu rela memutar jauh-jauh hanya untuk melewati meja tempat di mana Gatot Sayuti berada.

Perawakan Gatot cukup tinggi. Karena tinggi badannya itu, ia terlihat lebih menonjol dari teman-temannya. Wajahnya pun terbilang lumayan untuk ukuran kota. Sednagkan kalau di kampungnya, Tini yakin kalau Gatot akan menjadi pujaan tiap gadis.

Rambutnya Gatot selalu berkilap dan parfumnya selalu tercium dari jarak beberapa meter. Lorong-lorong yang dilalui Gatot selalu meninggalkan aroma bibit parfum yang memang menjadi ciri khas pria itu.

Sejak perkenalan Tini bersama Gatot, Tini tak henti-hentinya memuji pria itu siang dan malam. Semua-semua yang dilakukan Gatot terlihat sangat estetis di matanya.

“Badannya itu memang bagus, Mak. Tinggi semampai. Kalau jalan kayak model. Baju apa aja kelihatan bagus kalau Mas Gatot yang pakai.” Tini mengatakan itu dengan kilatan cahaya di matanya.

“Masa, sih?” tanya Mak Robin tak percaya. Ia tahu Tini sedang dilanda asmara. Tini sudah mengulangi ucapannya itu, selama puluhan kali dalam waktu seminggu terakhir

“Kamu karena nggak lihat langsung aja, Mak. Lagian, kamu ini udah tua. Selera kamu, tuh, beda sama aku. Rambutnya itu, lho, rapi terus. Aku suka dengan cowok-cowok rapi. Geli sama cowok yang berantakan gayanya.” Seketika Tini lupa akan penampilan Coki di kampungnya. Coki yang kurus dan doyan memakai celana rombeng dengan benang bergelantungan di sana-sini.

“Aku curiga kalo udah perempuan terlalu muji-muji jantan kek kau ini. Jelek pun nampaknya, pasti enggak akan mau, kau mengakuinya. Aku pun pernah muda, Tini. Yang kau kira, aku lahir dari bawah mamakku langsung beruban?” Mak Robin mendengus kesal memandang Tini. Namun, lawan bicaranya itu bergeming.

“Warna kulitnya gimana? Warna kulitnya?” tanya Mak Robin. Ia bersikeras mencari kelemahan Gatot di mata Tini.

“Ya, warna kulitnya kecokelatan. Warna kulit laki-laki yang jantan. Kamu jangan lupa, Mak. Cokelat itu lebih manis dari pada tepung.” Tini terkikik-kikik menutup mulutnya.

“Udah ada rupanya kau ditembak?” tanya Mak Robin.

“Belum. Masih jalan aja. Apa aku harus nembak duluan? Tapi aku takut, Mak.” Tini memandang Mak Robin dengan sorot yang tiba-tiba gelisah. Ia sebenarnya juga pernah berpikiran akan hal itu. Tapi kejadian di masa lampau, mengurungkan niatnya.

“Kenapa pula kau takut?” tanya Mak Robin lagi. Menghabiskan waktu siangnya dengan meladeni ucapan Tini sambil menidurkan Robin di pangkuannya, sedikit menghibur Mak Robin. Walau sering kesal, setidaknya ia tak termangu-mangu sendirian.

“Dulu ada cowok ganteng, yang tinggal di desa sebelah. Kerjanya bagus. Mandor di pabrik. Aku dandan dari pagi sampai siang, cuma buat jumpain dia ladang tebu. Tapi, jawabannya malah, 'Maafin aku. Aku nggak bisa sama cewek yang biasa-biasa aja.’ Kurang ajar!” kesal Tini. Rautnya masih terlihat kesal meski kejadian yang diceritakannya itu sudah lama berlalu.

Mak Robin tertawa terbahak-bahak. “Terus apa kau bilang?” Mak Robin penasaran dengan jawaban Tini.

“Ya, aku bilang, kalau aku luar biasa seleraku bukan dia.” Tini kemudian menunduk meraba kotak rokoknya.

“Ya, udahlah. Janganlah kau tembak dia. Kau tunggu aja sampe kau yang ditembak. Nanti jadi kau pula yang cinta kali sama dia,” saran Mak Robin. “Biasanya, kalo ceweknya yang nembak, hubungannya pasti nggak akan tahan lama itu. Karena, si cowok pasti menilai, cinta kali perempuan sama dia.”

“Halah! Siapa bilang? Satu-satunya laki-laki yang nembak aku, ya, Si Coki yang di kampung. Malah selingkuh, sekarang kawin sama temen deketku. Aku juga heran apa yang dipandangnya dari Siti Kusmini. Padahal kalau Si Tikus pipis, suaranya udah kayak numis kangkung. Satu rumah denger. Nggak ada elegan-elegannya jadi perempuan.” Tini mengembuskan asap rokoknya dengan kesal.

Mak Robin tak bisa menahan tawanya. “Sok cantik, kau! Kau kayak apa rupanya kalo terkencing?”

“Kayak nggodog air, Mak!” Tini tertawa terbahak-bahak, kemudian melayangkan pukulannya ke lengan Mak Robin. Karena tak sempat menghindar, Mak Robin memaki-maki Tini sambil mengusap lengannya.

Saat mereka sedang tertawa pintu rumah Bu Nani kemudian terbuka. Anak perempuan yang keluar dan melemparkan tatapan sinis kepada Tini. Tak mau kalah ini pun membalas tatapan itu tak kalah sinisnya.

Dan memang seperti ingin memulai keributan, anak Bu Nani berkata, “Kamu kayaknya lagi dapet, ya? Ngeliat orang sinis terus,” tukas anak perempuan Bu Nani, yang sepertinya masih dendam karena ibunya mendapat perlawanan sengit dari Tini.

“Muka aku kayak gini, bukan karena aku lagi dapet. Tapi aku memang nggak suka aja liat kamu.” Tini lalu menyesap rokoknya dengan santai. Anak Bu Nani memakai sepatunya kemudian berjalan melenggak-lenggok meninggalkan halaman kos-kosan.

Hal yang dinantikan Tini selama hampir tiga bulan akhirnya terwujud juga. Gatot telah memintanya untuk menjadi pacar. Tini senang bukan kepalang. Tiga bulan lamanya ia hanya menjadi wanita pemandu karaoke. Pergi dan pulang kerja bersama Gatot Sayuti. Berboncengan dengan mesra bagai dua buah magnet yang susah dipisahkan. Di mana ada Gatot di situ ada Tini.

Dan dalam waktu tiga bulan berikutnya, di usia Robin yang hampir menginjak empat tahun, Tini mulai berani mengajak Gatot berkunjung ke kos-kosannya.

Pada suatu sore, langit masih tersungkup awan gelap. Sisa air hujan masih menggenang di beberapa ceruk halaman kos-kosan. Pintu kamar Mak Robin terbuka sepenuhnya. Tini dan Gatot sedang bersenda gurau duduk di kursi plastik.

Seorang wanita memasuki halaman kos-kosan dengan sebuah tas kecil di tangannya. Wanita itu dengan mantap langsung menuju kamar yang letaknya di sebelah kamar Tini.

Dahi wanita itu terlihat membengkak dan sudut bibirnya masih memerah karena luka baru. Wajahnya manis, namun tak berekspresi. Rambutnya yang sebahu diikat begitu saja di atas tengkuk.

Tubuh bagus wanita itu, membuat mata Gatot langsung berekspansi. Menatap wanita itu dari atas ke bawah. Tersadar akan seorang pria yang sedang memandanginya. Wanita yang sedang memutar anak kunci menoleh dan menatap tajam pada Gatot.

Beberapa saat lamanya wanita itu memandang Gatot. Tini tak senang. Lalu ....

“Heh! Kamu ngapain liat cowok aku kayak gitu? Enggak pernah liat cowok ganteng?” sergah Tini, langsung mendekap lengan kekasihnya.

“Apa? Ganteng? Matamu!” sahut wanita itu.

Mak Robin tertawa terbahak-bahak dari dalam kamar. Ia lalu keluar menjulurkan kepalanya.

“Hei! Kedan! Anak baru kau, ya? Siapa nama kau?” tanya Mak Robin.

“Dijah!” seru wanita itu. Lalu membuka pintu kamar dan menutupnya dengan bantingan.

Mak Robin kembali tertawa terbahak-bahak. “Mampus kau, Tini! Dapat imbang, kau. Hahaha.” Mak Robin semakin terbahak-bahak.

Tini menatap pintu kamar Dijah dengan wajah kesal.

To Be Continued

Terpopuler

Comments

Fitria Ningsih

Fitria Ningsih

wkwk Daebak jah wkwk

2024-03-25

0

Fitria Ningsih

Fitria Ningsih

Dijah

2024-03-25

0

Fitria Ningsih

Fitria Ningsih

/Facepalm/ Cemana tin bunyinya tumis kangkung wkwk

2024-03-25

0

lihat semua
Episodes
1 1. Calon Legenda
2 2. Terpincang-pincang
3 3. Kutangkap Kau Dengan Desah
4 4. Harusnya Tanpa Air Mata
5 5. Pak Paijo
6 6. Terciptanya Legenda Desa Cokro
7 7. Perkenalan Kandang Ayam
8 8. Awal Dunia Malam
9 9. Ratapan Berbalut Senyum
10 10. Hidup Di Antara Hitam Dan Putih
11 11. Pembuktian Diri
12 12. Musuh Baru
13 13. Namaku Tini Suketi
14 14. Berita Dari Posyandu
15 15. Awal Mula Terlena
16 16. Awal Kisah Itu
17 17. Perang Dingin
18 18. Mengusik Hati
19 19. Penghuni Satunya
20 20. Tentang Asti
21 21. Penghuni Baru Dengan Speaker
22 22. Calon Legenda Kos-kosan
23 23. Percakapan Tini dan Boy
24 24. Mengukuhkan Sejarah
25 25. Awalnya Persahabatan
26 26. Pengalaman Pertama Dan Terakhir
27 27. Pelajaran Hari Itu
28 28. Titik Balik Kandang Ayam
29 29. Refleksi Hidup
30 30. Kunjungan Sahabat
31 31. Tentang Agus Soang
32 32. Ternyata, Laki-laki itu.
33 33. Pilihan Pertama
34 34. Pilihan Kedua
35 35. Pilihan Ketiga (1)
36 36. Pilihan Ketiga (2)
37 37. Ngalor-Ngidul Pertemuan
38 38. Peran Budhe Tini
39 39. Persekutuan
40 40. Minggu Pagi
41 41. Tak Perlu Taktik
42 42. Kebiasaan Baru Tini
43 43. Efek Puasa Rokok (1)
44 44. Efek Puasa Rokok (2)
45 45. Sore Pertama
46 46. Tini Sebenarnya
47 47. Kebimbangan Tini
48 48. Usaha Untuk Bertahan
49 49. Tini Baik-baik Saja
50 50. Hari Melelahkan
51 51. Hati Nurani Tini (1)
52 52. Hati Nurani Tini (2)
53 53. Obrolan Pria
54 54. Gombal Halus Tini
55 55. Harinya Tini
56 56. Ujian Mental Tini
57 57. Hari Mengeluh
58 58. Kebimbangan Tini
59 59. Mulai Serius
60 60. Dugaan Tini
61 61. Ternyata Wibi
62 62. Melangkah Maju
63 63. Perpisahan
64 64. Katanya Rahasia
65 65. Training Hari Pertama
66 66. Menyerap Ilmu
67 67. Dari Yang Paling Ahli
68 68. Idola Pertama Tini
69 69. Rangkuman Tini
70 70. Penghilang Lelah Tini
71 71. Kumpul Keluarga Kandang Ayam
72 72. Riuh Makan Malam
73 73. Tini Melayang
74 74. Bagi-bagi Rejeki
75 75. Dandanan Tini
76 76. Percakapan Serius
77 77. Calon-calon Ipar
78 78. Terbacanya Taktik Tini
79 79. Hebohnya Hari Tini
80 80. Awal Perjalanan Dimulai
81 81. Renungan Perjalanan
82 82. Keluarga Calon Mertua (1)
83 83. Keluarga Calon Mertua (2)
84 84. Pesona Surabaya dan Kamu
85 85. Jatuh Cinta Yang Sebenarnya
86 86. Pamitan
87 87. Desa Cokro (1)
88 88. Desa Cokro (2)
89 89. Desa Cokro (3)
90 90. Desa Cokro (4)
91 91. Bersama Keluarga Baru
92 92. Menjamu Tamu
93 93. Rencana Pamer
94 94. Mendampingi Bapak
95 95. Saatnya Serius
96 96. Obrolan Tengah Malam
97 97. Perpisahan Sementara
98 98. Obrolan Dalam Perjalanan
99 99. Mematangkan Rencana
100 100. Banyak Rencana
101 101. Tugas yang Sesungguhnya
102 102. Meningkatkan Kualitas Diri
103 103. Kunjungan Profesional Tini
104 104. Nostalgia Versi Tini
105 105. Keberhasilan Pertama
106 106. Rapat Darurat
107 107. Hasil Keputusan Rapat
108 108. Ide Brilian Tini
109 109. Harap-harap Cemas
110 110. Akhirnya Milik Tini
111 111. Kartu Undangan
112 112. Keterkejutan
113 113. Orang-orang Penting Bagi Tini
114 114. Pengobat Rindu
115 115. Hari Halal Tini Wibi (1)
116 116. Hari Halal Tini Wibi (2)
117 117. Hari Halal Tini Wibi (3)
118 118. Tamu Yang Ditunggu
119 119. Dayat Unjuk Gigi
120 120. Pertemuan Para Tamu
121 121. Akhir Pesta Tini
122 122. Tak Sabar
123 123. Setelah Senampan Hidangan
124 124. Teman Saling Mengisi
125 125. Pagi Pertama
126 126. Tetangga Misterius
127 127. Kesan Pesan Tini
128 128. Rangkuman Obrolan
129 129. Hidup Tini Sekarang
130 130. Perpisahan Selalu Ada
131 131. Melangkah Bersama
132 132. Makan Layaknya Keluarga Besar
133 133. Wisuda Evi
134 134. Makan Siang Kelulusan
135 135. Bapak Mengantar Dayat
136 136. Sekilas Kehidupan Baru Dayat
137 137. Keresahan Hidup Lainnya
138 138. Asti Mengantarkan Kartu Undangan
139 139. Masih Dengan Kekhawatiran
140 140. Sebuah Kabar
141 141. Di Balik Cerita
142 142. Pelukan Bahagia
143 143. Kebahagiaan Pada Waktunya
144 144. Sempurna Buat Masing-masing
145 145. Rangkuman Kebahagiaan
146 146. Sekilas Masa Depan
147 147. Akhir Kisah Tini Suketi
Episodes

Updated 147 Episodes

1
1. Calon Legenda
2
2. Terpincang-pincang
3
3. Kutangkap Kau Dengan Desah
4
4. Harusnya Tanpa Air Mata
5
5. Pak Paijo
6
6. Terciptanya Legenda Desa Cokro
7
7. Perkenalan Kandang Ayam
8
8. Awal Dunia Malam
9
9. Ratapan Berbalut Senyum
10
10. Hidup Di Antara Hitam Dan Putih
11
11. Pembuktian Diri
12
12. Musuh Baru
13
13. Namaku Tini Suketi
14
14. Berita Dari Posyandu
15
15. Awal Mula Terlena
16
16. Awal Kisah Itu
17
17. Perang Dingin
18
18. Mengusik Hati
19
19. Penghuni Satunya
20
20. Tentang Asti
21
21. Penghuni Baru Dengan Speaker
22
22. Calon Legenda Kos-kosan
23
23. Percakapan Tini dan Boy
24
24. Mengukuhkan Sejarah
25
25. Awalnya Persahabatan
26
26. Pengalaman Pertama Dan Terakhir
27
27. Pelajaran Hari Itu
28
28. Titik Balik Kandang Ayam
29
29. Refleksi Hidup
30
30. Kunjungan Sahabat
31
31. Tentang Agus Soang
32
32. Ternyata, Laki-laki itu.
33
33. Pilihan Pertama
34
34. Pilihan Kedua
35
35. Pilihan Ketiga (1)
36
36. Pilihan Ketiga (2)
37
37. Ngalor-Ngidul Pertemuan
38
38. Peran Budhe Tini
39
39. Persekutuan
40
40. Minggu Pagi
41
41. Tak Perlu Taktik
42
42. Kebiasaan Baru Tini
43
43. Efek Puasa Rokok (1)
44
44. Efek Puasa Rokok (2)
45
45. Sore Pertama
46
46. Tini Sebenarnya
47
47. Kebimbangan Tini
48
48. Usaha Untuk Bertahan
49
49. Tini Baik-baik Saja
50
50. Hari Melelahkan
51
51. Hati Nurani Tini (1)
52
52. Hati Nurani Tini (2)
53
53. Obrolan Pria
54
54. Gombal Halus Tini
55
55. Harinya Tini
56
56. Ujian Mental Tini
57
57. Hari Mengeluh
58
58. Kebimbangan Tini
59
59. Mulai Serius
60
60. Dugaan Tini
61
61. Ternyata Wibi
62
62. Melangkah Maju
63
63. Perpisahan
64
64. Katanya Rahasia
65
65. Training Hari Pertama
66
66. Menyerap Ilmu
67
67. Dari Yang Paling Ahli
68
68. Idola Pertama Tini
69
69. Rangkuman Tini
70
70. Penghilang Lelah Tini
71
71. Kumpul Keluarga Kandang Ayam
72
72. Riuh Makan Malam
73
73. Tini Melayang
74
74. Bagi-bagi Rejeki
75
75. Dandanan Tini
76
76. Percakapan Serius
77
77. Calon-calon Ipar
78
78. Terbacanya Taktik Tini
79
79. Hebohnya Hari Tini
80
80. Awal Perjalanan Dimulai
81
81. Renungan Perjalanan
82
82. Keluarga Calon Mertua (1)
83
83. Keluarga Calon Mertua (2)
84
84. Pesona Surabaya dan Kamu
85
85. Jatuh Cinta Yang Sebenarnya
86
86. Pamitan
87
87. Desa Cokro (1)
88
88. Desa Cokro (2)
89
89. Desa Cokro (3)
90
90. Desa Cokro (4)
91
91. Bersama Keluarga Baru
92
92. Menjamu Tamu
93
93. Rencana Pamer
94
94. Mendampingi Bapak
95
95. Saatnya Serius
96
96. Obrolan Tengah Malam
97
97. Perpisahan Sementara
98
98. Obrolan Dalam Perjalanan
99
99. Mematangkan Rencana
100
100. Banyak Rencana
101
101. Tugas yang Sesungguhnya
102
102. Meningkatkan Kualitas Diri
103
103. Kunjungan Profesional Tini
104
104. Nostalgia Versi Tini
105
105. Keberhasilan Pertama
106
106. Rapat Darurat
107
107. Hasil Keputusan Rapat
108
108. Ide Brilian Tini
109
109. Harap-harap Cemas
110
110. Akhirnya Milik Tini
111
111. Kartu Undangan
112
112. Keterkejutan
113
113. Orang-orang Penting Bagi Tini
114
114. Pengobat Rindu
115
115. Hari Halal Tini Wibi (1)
116
116. Hari Halal Tini Wibi (2)
117
117. Hari Halal Tini Wibi (3)
118
118. Tamu Yang Ditunggu
119
119. Dayat Unjuk Gigi
120
120. Pertemuan Para Tamu
121
121. Akhir Pesta Tini
122
122. Tak Sabar
123
123. Setelah Senampan Hidangan
124
124. Teman Saling Mengisi
125
125. Pagi Pertama
126
126. Tetangga Misterius
127
127. Kesan Pesan Tini
128
128. Rangkuman Obrolan
129
129. Hidup Tini Sekarang
130
130. Perpisahan Selalu Ada
131
131. Melangkah Bersama
132
132. Makan Layaknya Keluarga Besar
133
133. Wisuda Evi
134
134. Makan Siang Kelulusan
135
135. Bapak Mengantar Dayat
136
136. Sekilas Kehidupan Baru Dayat
137
137. Keresahan Hidup Lainnya
138
138. Asti Mengantarkan Kartu Undangan
139
139. Masih Dengan Kekhawatiran
140
140. Sebuah Kabar
141
141. Di Balik Cerita
142
142. Pelukan Bahagia
143
143. Kebahagiaan Pada Waktunya
144
144. Sempurna Buat Masing-masing
145
145. Rangkuman Kebahagiaan
146
146. Sekilas Masa Depan
147
147. Akhir Kisah Tini Suketi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!