11. Pembuktian Diri

Malam itu Tini tak sempat lagi untuk mengintip isi amplopnya. Ia sudah kadung kesal dengan Maisaroh. Dengan mengerahkan segenap keberaniannya, Tini menumpangi ojek untuk kembali ke kos-kosan kandang ayam. Ia mendekap tasnya erat-erat di depan dada. Khawatir akan rampok atau begal yang beritanya sedang marak.

“Penghuni kandang ayam, ya?” Suara seorang pria yang sedang duduk di atas motornya, terdengar menyapa saat Tini melintasi pintu masuk gang.

Tentu saja Tini tidak menjawab hal itu. Ia merasa itu bukan hal penting. Di mana pun ia tinggal itu bukan masalah. Pria-pria itu hanya pengemudi ojek yang iseng. Lagi pula, apa kaitannya dengan kandang ayam?

Setelah membayar ojek yang ditumpanginya tadi, Tini buru-buru mengeluarkan kunci dari tasnya. Lalu, ia membuka pintu kamar. Saat itu hampir semua lampu teras dipadamkan. Semua penghuni kos ingin menghemat listrik. Satu-satunya penerangan di halaman kos-kosan itu hanyalah sebuah lampu putih terang yang kurang memadai.

Seakan takut kamarnya tiba-tiba didobrak oleh orang asing, Tini cepat-cepat menguncinya. Ia menghempaskan tubuh di kasur tipis yang dilapisi oleh seprai bawaan yang didapatnya dari lemari di pojok kamar.

Tini langsung membuka resleting tasnya dan merogoh ke dalam. Dengan raut penasaran ia mengeluarkan amplop cokelat yang tadi ia dapat dari hasil merogoh kantong Pak Alie.

Dengan jantung berdebar Tini mulai membuka amplop itu. Tangannya meraba ke dalam dan menarik keluar segepok uang dengan aroma khas uang baru. Uang yang biasa baru bisa ia cium tiap tanggal satu. Itu pun dalam pecahan dua puluh ribu.

Mata Tini tertegun beberapa saat menatap seikat uang yang berada di genggamannya. Dengan cekatan ia membuka pengikat uang, lalu mulai menghitung.

“Wah, lima juta. Aku harus varises berdiri di pabrik selama lima bulan untuk dapat uang segini. Ternyata burung Pak Alie, meski kisut harganya mahal.”

Tini menelan ludah kemudian kembali memasukkan uangnya. Dalam pikirannya, ia meletakkan Pak Alie pada prioritas paling atas, sebagai orang yang bisa dijadikannya tumpuan dalam mencari uang di kota. Selama Pak Alie tak memintanya membuka celana, sepertinya mendengarkan pria itu bercerita tak akan membawa kerugian. Tini sudah membulatkan tekadnya.

Sudah dua bulan Tini berada Di kos-kosan kandang ayam. Pekerjaannya tak banyak. Ia hanya datang ke karaoke saat Pak Alie memintanya datang. Ia memutuskan untuk mengeksklusifkan dirinya di pusat hiburan hotel itu. Dan selama dua bulan itu, ia sudah empat kali adu mulut dengan Maisaroh.

Yang pertama, wanita itu tetap mengganggu Tini dengan perintah menjauhi Pak Alie.

“Kamu mending nggak usah masuk lagi. Bener-bener nggak menghargai senior,” sergah Maisaroh waktu itu.

“Memangnya kamu siapa? Istrinya? Anaknya? Kepengen banget megang burung Pak Alie? Biar aku bantu ngomong.”

Maisaroh dan Tini dilerai oleh Pak Binsar yang memijit-mijit dahinya.

Lalu, kali kedua, Maisaroh sengaja menabrak Tini di kamar mandi. Wanita itu menjatuhkan lipstiknya dan mengatakan kalau lipstiknya patah karena Tini. Ia meminta Tini menggantinya.

“Kamu ganti ini! Kamu, kan, udah kaya! Dapat dari Pak Alie juga pasti banyak. Pelit banget! Sekali-kali traktir anak-anak lama. Malah makan sendiri,” hardik Maisaroh.

Untuk kali kedua pun, Tini tak mau mengalah. Ia merasa semakin bertenaga tiap harus berdebat dengan Maisaroh.

“Ganti lipstikmu? Ya, emoh! Kamu yang cari gara-gara, kok. Sekarang ditambah aku harus mentraktir anak lama. Kerjaan ngelus burung juga mau diambil pajaknya? Hidupmu itu jangan terlalu resah ngeliat keadaan orang lain. Gelisah terus kamu!” Tini menjawab perkataan Maisaroh dengan santai. Semakin hari kemampuannya meladeni perkataan orang semakin terasah karena Maisaroh.

Untuk ketiga dan keempat kalinya nyaris sama. Maisaroh mempermasalahkan hal-hal kecil. Dari mulai Tini yang tak mau melayani tamu lain, sampai Tini yang dianggap tidak mengikuti jam kerja lady escort lain.

Karena gerah akan hal itu, Tini mendekati Maisaroh saat mereka sedang berdandan di kamar mandi karaoke.

“Mbak Saroh,” panggil Tini. “Aku memang orang kampung. Dateng dari desa yang jauh dari hingar bingar kota besar. Pasti Mbak Saroh kayak gitu juga dulunya. Sebelum Mbak Saroh jadi senior, pasti pernah menjadi junior. Harusnya—harusnya, nih, Mbak Saroh itu bisa aku hargai sebagai tetua di sini. Apa susahnya menghargai orang lain? Buatku nggak susah. Aku bisa menghargai orang, kok. Tapi, bukan orang yang bertingkah kayak Mbak gini. Pak Alie itu—maunya aku yang temenin. Kalau dia nelfon aku, dia minta aku datang, ya, aku datang. Kalau aku nggak bisa, dia nggak akan datang. Pak Binsar juga tau. Lantas, masalahnya buat Mbak apa? Penghasilanku? Mbak mau ambil sebagian? Lah, Mbak siapa? Pemerintah aja nggak mengenakan pajak buat yang kerjaannya melonte.”

Sejak saat itu Maisaroh lebih memilih diam tiap berada satu ruangan bersama Tini. Wanita itu tak lagi banyak omong. Meski, wajahnya masih sinis. Kadang-kadang mendengus, berpura-pura seolah ia akan meludah ke lanta, kalau Tini lewat di depannya.

Kelakuan Maisaroh benar-benar seperti wanita yang iri melihat tetangganya beli furniture atau kendaraan terbaru.

Di bulan ketiga Tini bekerja sebagai lady escort, suatu malam ia terburu-buru datang karena Pak Alie meneleponnya. Harusnya hari itu, ia tidak masuk tapi Pak Alie sudah merupakan prioritas. Pria itu tidak memberikan uang pada tiap pertemuan. Tini mulai mempelajari sikap dan sifat Pak Alie. Pria itu terkadang hanya duduk karena ingin ditemani bicara. Untuk jasa itu, kadang Pak Alie memberinya uang, dan terkadang tidak. Tapi untuk layanan mengusap burung, Pak Alie tetap memberi Tini uang layanan. Jumlahnya bervariasi. Tergantung durasi usapan.

Pernah seminggu Pak Alie tak meminta Tini mengusap burung. Hal itu membuat Tini gelisah karena ia sudah mengirimkan sebagian besar uangnya kepada Evi untuk mendaftar kuliah. Sedangkan untuk tiba-tiba menawarkan diri mengusap burung, dianggap Tini hal yang mustahil.

Tini mempelajari sikap Pak Alie yang tak ingin ditagih. Pria itu akan semakin royal memberikan uang, saat Tini tak memintanya. Dan secara logika, lagi-lagi Tini membenarkan sikap pria itu. Manusia mana pun akan lebih sebal ketika ditagih. Yang awalnya ingin memberi, bisa jadi berubah kesal dan mengurungkan niat karena terkesan dipaksa.

Tini tiba di pintu samping hotel dan baru membayar ojeknya. Saat bergegas melangkah menaiki tangga, ekor matanya menangkap seorang anak laki-laki berusia sepuluh tahun yang sedang duduk di undakan tangga paling bawah. Dengan celana panjang dan kaos sangat sederhana, anak itu terlihat resah menggigiti kuku jari tangannya.

Penasaran dengan apa yang dilakukan oleh anak itu, Tini berhenti sejenak dan memutar langkahnya.

“Dik, ini sudah malam. Sudah hampir pukul sembilan. Kamu ngapain di sini? Nunggu siapa?” tanya Tini. Ia menatap anak laki-laki itu dengan teliti, dari atas ke bawah.

“Aku lagi nggak enak badan, kepingin makan nasi goreng. Sudah dikasi uang sama ibu, tapi aku nggak mau makan sendiri. Aku mau sama ibu. Jadi, aku nunggu ibu pulang, Mbak,” jawab anak laki-laki itu.

“Ibu kamu kerja di dalam? Di bagian apa? Namanya?” Tini benar-benar penasaran dan sejenak melupakan soal Pak Alie yang sedang menunggunya.

“Ibuku namanya Maisaroh. Kata ibuku, dia bekerja di bagian restoran. Yang nganter-nganter makanan. Sebentar lagi katanya bisa keluar. Jadi, aku harus nunggu di sini.” Anak laki-laki itu mendekapkan kedua tangannya memeluk lutut.

To Be Continued

Terpopuler

Comments

Fitria Ningsih

Fitria Ningsih

wkwwk astagaaahh tin...

2024-03-24

0

Lulu Imaroh

Lulu Imaroh

yaelah...kan dah dibilang modal dikota tin...lumayan kan Ama yg kusut🤭🤣

2024-03-14

0

maytrike risky

maytrike risky

Astaga bude tini🤣🤣🤣

2024-01-07

3

lihat semua
Episodes
1 1. Calon Legenda
2 2. Terpincang-pincang
3 3. Kutangkap Kau Dengan Desah
4 4. Harusnya Tanpa Air Mata
5 5. Pak Paijo
6 6. Terciptanya Legenda Desa Cokro
7 7. Perkenalan Kandang Ayam
8 8. Awal Dunia Malam
9 9. Ratapan Berbalut Senyum
10 10. Hidup Di Antara Hitam Dan Putih
11 11. Pembuktian Diri
12 12. Musuh Baru
13 13. Namaku Tini Suketi
14 14. Berita Dari Posyandu
15 15. Awal Mula Terlena
16 16. Awal Kisah Itu
17 17. Perang Dingin
18 18. Mengusik Hati
19 19. Penghuni Satunya
20 20. Tentang Asti
21 21. Penghuni Baru Dengan Speaker
22 22. Calon Legenda Kos-kosan
23 23. Percakapan Tini dan Boy
24 24. Mengukuhkan Sejarah
25 25. Awalnya Persahabatan
26 26. Pengalaman Pertama Dan Terakhir
27 27. Pelajaran Hari Itu
28 28. Titik Balik Kandang Ayam
29 29. Refleksi Hidup
30 30. Kunjungan Sahabat
31 31. Tentang Agus Soang
32 32. Ternyata, Laki-laki itu.
33 33. Pilihan Pertama
34 34. Pilihan Kedua
35 35. Pilihan Ketiga (1)
36 36. Pilihan Ketiga (2)
37 37. Ngalor-Ngidul Pertemuan
38 38. Peran Budhe Tini
39 39. Persekutuan
40 40. Minggu Pagi
41 41. Tak Perlu Taktik
42 42. Kebiasaan Baru Tini
43 43. Efek Puasa Rokok (1)
44 44. Efek Puasa Rokok (2)
45 45. Sore Pertama
46 46. Tini Sebenarnya
47 47. Kebimbangan Tini
48 48. Usaha Untuk Bertahan
49 49. Tini Baik-baik Saja
50 50. Hari Melelahkan
51 51. Hati Nurani Tini (1)
52 52. Hati Nurani Tini (2)
53 53. Obrolan Pria
54 54. Gombal Halus Tini
55 55. Harinya Tini
56 56. Ujian Mental Tini
57 57. Hari Mengeluh
58 58. Kebimbangan Tini
59 59. Mulai Serius
60 60. Dugaan Tini
61 61. Ternyata Wibi
62 62. Melangkah Maju
63 63. Perpisahan
64 64. Katanya Rahasia
65 65. Training Hari Pertama
66 66. Menyerap Ilmu
67 67. Dari Yang Paling Ahli
68 68. Idola Pertama Tini
69 69. Rangkuman Tini
70 70. Penghilang Lelah Tini
71 71. Kumpul Keluarga Kandang Ayam
72 72. Riuh Makan Malam
73 73. Tini Melayang
74 74. Bagi-bagi Rejeki
75 75. Dandanan Tini
76 76. Percakapan Serius
77 77. Calon-calon Ipar
78 78. Terbacanya Taktik Tini
79 79. Hebohnya Hari Tini
80 80. Awal Perjalanan Dimulai
81 81. Renungan Perjalanan
82 82. Keluarga Calon Mertua (1)
83 83. Keluarga Calon Mertua (2)
84 84. Pesona Surabaya dan Kamu
85 85. Jatuh Cinta Yang Sebenarnya
86 86. Pamitan
87 87. Desa Cokro (1)
88 88. Desa Cokro (2)
89 89. Desa Cokro (3)
90 90. Desa Cokro (4)
91 91. Bersama Keluarga Baru
92 92. Menjamu Tamu
93 93. Rencana Pamer
94 94. Mendampingi Bapak
95 95. Saatnya Serius
96 96. Obrolan Tengah Malam
97 97. Perpisahan Sementara
98 98. Obrolan Dalam Perjalanan
99 99. Mematangkan Rencana
100 100. Banyak Rencana
101 101. Tugas yang Sesungguhnya
102 102. Meningkatkan Kualitas Diri
103 103. Kunjungan Profesional Tini
104 104. Nostalgia Versi Tini
105 105. Keberhasilan Pertama
106 106. Rapat Darurat
107 107. Hasil Keputusan Rapat
108 108. Ide Brilian Tini
109 109. Harap-harap Cemas
110 110. Akhirnya Milik Tini
111 111. Kartu Undangan
112 112. Keterkejutan
113 113. Orang-orang Penting Bagi Tini
114 114. Pengobat Rindu
115 115. Hari Halal Tini Wibi (1)
116 116. Hari Halal Tini Wibi (2)
117 117. Hari Halal Tini Wibi (3)
118 118. Tamu Yang Ditunggu
119 119. Dayat Unjuk Gigi
120 120. Pertemuan Para Tamu
121 121. Akhir Pesta Tini
122 122. Tak Sabar
123 123. Setelah Senampan Hidangan
124 124. Teman Saling Mengisi
125 125. Pagi Pertama
126 126. Tetangga Misterius
127 127. Kesan Pesan Tini
128 128. Rangkuman Obrolan
129 129. Hidup Tini Sekarang
130 130. Perpisahan Selalu Ada
131 131. Melangkah Bersama
132 132. Makan Layaknya Keluarga Besar
133 133. Wisuda Evi
134 134. Makan Siang Kelulusan
135 135. Bapak Mengantar Dayat
136 136. Sekilas Kehidupan Baru Dayat
137 137. Keresahan Hidup Lainnya
138 138. Asti Mengantarkan Kartu Undangan
139 139. Masih Dengan Kekhawatiran
140 140. Sebuah Kabar
141 141. Di Balik Cerita
142 142. Pelukan Bahagia
143 143. Kebahagiaan Pada Waktunya
144 144. Sempurna Buat Masing-masing
145 145. Rangkuman Kebahagiaan
146 146. Sekilas Masa Depan
147 147. Akhir Kisah Tini Suketi
Episodes

Updated 147 Episodes

1
1. Calon Legenda
2
2. Terpincang-pincang
3
3. Kutangkap Kau Dengan Desah
4
4. Harusnya Tanpa Air Mata
5
5. Pak Paijo
6
6. Terciptanya Legenda Desa Cokro
7
7. Perkenalan Kandang Ayam
8
8. Awal Dunia Malam
9
9. Ratapan Berbalut Senyum
10
10. Hidup Di Antara Hitam Dan Putih
11
11. Pembuktian Diri
12
12. Musuh Baru
13
13. Namaku Tini Suketi
14
14. Berita Dari Posyandu
15
15. Awal Mula Terlena
16
16. Awal Kisah Itu
17
17. Perang Dingin
18
18. Mengusik Hati
19
19. Penghuni Satunya
20
20. Tentang Asti
21
21. Penghuni Baru Dengan Speaker
22
22. Calon Legenda Kos-kosan
23
23. Percakapan Tini dan Boy
24
24. Mengukuhkan Sejarah
25
25. Awalnya Persahabatan
26
26. Pengalaman Pertama Dan Terakhir
27
27. Pelajaran Hari Itu
28
28. Titik Balik Kandang Ayam
29
29. Refleksi Hidup
30
30. Kunjungan Sahabat
31
31. Tentang Agus Soang
32
32. Ternyata, Laki-laki itu.
33
33. Pilihan Pertama
34
34. Pilihan Kedua
35
35. Pilihan Ketiga (1)
36
36. Pilihan Ketiga (2)
37
37. Ngalor-Ngidul Pertemuan
38
38. Peran Budhe Tini
39
39. Persekutuan
40
40. Minggu Pagi
41
41. Tak Perlu Taktik
42
42. Kebiasaan Baru Tini
43
43. Efek Puasa Rokok (1)
44
44. Efek Puasa Rokok (2)
45
45. Sore Pertama
46
46. Tini Sebenarnya
47
47. Kebimbangan Tini
48
48. Usaha Untuk Bertahan
49
49. Tini Baik-baik Saja
50
50. Hari Melelahkan
51
51. Hati Nurani Tini (1)
52
52. Hati Nurani Tini (2)
53
53. Obrolan Pria
54
54. Gombal Halus Tini
55
55. Harinya Tini
56
56. Ujian Mental Tini
57
57. Hari Mengeluh
58
58. Kebimbangan Tini
59
59. Mulai Serius
60
60. Dugaan Tini
61
61. Ternyata Wibi
62
62. Melangkah Maju
63
63. Perpisahan
64
64. Katanya Rahasia
65
65. Training Hari Pertama
66
66. Menyerap Ilmu
67
67. Dari Yang Paling Ahli
68
68. Idola Pertama Tini
69
69. Rangkuman Tini
70
70. Penghilang Lelah Tini
71
71. Kumpul Keluarga Kandang Ayam
72
72. Riuh Makan Malam
73
73. Tini Melayang
74
74. Bagi-bagi Rejeki
75
75. Dandanan Tini
76
76. Percakapan Serius
77
77. Calon-calon Ipar
78
78. Terbacanya Taktik Tini
79
79. Hebohnya Hari Tini
80
80. Awal Perjalanan Dimulai
81
81. Renungan Perjalanan
82
82. Keluarga Calon Mertua (1)
83
83. Keluarga Calon Mertua (2)
84
84. Pesona Surabaya dan Kamu
85
85. Jatuh Cinta Yang Sebenarnya
86
86. Pamitan
87
87. Desa Cokro (1)
88
88. Desa Cokro (2)
89
89. Desa Cokro (3)
90
90. Desa Cokro (4)
91
91. Bersama Keluarga Baru
92
92. Menjamu Tamu
93
93. Rencana Pamer
94
94. Mendampingi Bapak
95
95. Saatnya Serius
96
96. Obrolan Tengah Malam
97
97. Perpisahan Sementara
98
98. Obrolan Dalam Perjalanan
99
99. Mematangkan Rencana
100
100. Banyak Rencana
101
101. Tugas yang Sesungguhnya
102
102. Meningkatkan Kualitas Diri
103
103. Kunjungan Profesional Tini
104
104. Nostalgia Versi Tini
105
105. Keberhasilan Pertama
106
106. Rapat Darurat
107
107. Hasil Keputusan Rapat
108
108. Ide Brilian Tini
109
109. Harap-harap Cemas
110
110. Akhirnya Milik Tini
111
111. Kartu Undangan
112
112. Keterkejutan
113
113. Orang-orang Penting Bagi Tini
114
114. Pengobat Rindu
115
115. Hari Halal Tini Wibi (1)
116
116. Hari Halal Tini Wibi (2)
117
117. Hari Halal Tini Wibi (3)
118
118. Tamu Yang Ditunggu
119
119. Dayat Unjuk Gigi
120
120. Pertemuan Para Tamu
121
121. Akhir Pesta Tini
122
122. Tak Sabar
123
123. Setelah Senampan Hidangan
124
124. Teman Saling Mengisi
125
125. Pagi Pertama
126
126. Tetangga Misterius
127
127. Kesan Pesan Tini
128
128. Rangkuman Obrolan
129
129. Hidup Tini Sekarang
130
130. Perpisahan Selalu Ada
131
131. Melangkah Bersama
132
132. Makan Layaknya Keluarga Besar
133
133. Wisuda Evi
134
134. Makan Siang Kelulusan
135
135. Bapak Mengantar Dayat
136
136. Sekilas Kehidupan Baru Dayat
137
137. Keresahan Hidup Lainnya
138
138. Asti Mengantarkan Kartu Undangan
139
139. Masih Dengan Kekhawatiran
140
140. Sebuah Kabar
141
141. Di Balik Cerita
142
142. Pelukan Bahagia
143
143. Kebahagiaan Pada Waktunya
144
144. Sempurna Buat Masing-masing
145
145. Rangkuman Kebahagiaan
146
146. Sekilas Masa Depan
147
147. Akhir Kisah Tini Suketi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!