3. Kutangkap Kau Dengan Desah

Tini sudah melupakan kejadian soal Puput si ayam jago yang disembelihnya subuh tadi. Awan gelap masih menyelubungi langit saat Tini mengendap-endap untuk memasak ayam jago petarung bapaknya.

Kekesalannya sudah memuncak. Hujan petir halilintar bumi gonjang-ganjing, bapaknya tak pernah peduli. Semua hidup pria itu hanya berpusat pada seekor ayam jago.

Halaman rumahnya kosong. Tak ada motor Evi atau pun Dayat. Namun, saat ia menekan handle pintu depan rumahnya yang tak pernah terkunci, suara motor terdengar mendekati. Evi dan Dayat muncul bersamaan. Tini masuk ke rumah tanpa melihat kedua adiknya lagi.

"Mbak, Bapak kenapa?" Evi masuk beberapa saat kemudian menghampiri kakaknya.

"Kenapa memangnya?" Tini yang sudah lupa, balik bertanya.

"Bapak melamun di pinggir lembah," jawab Evi.

Pintu kamar yang tadi baru ditutup Evi, diketuk cepat, lalu terbuka. Wajah Dayat muncul menjenguk ke dalam.

"Bapak kenapa? Kayaknya galau. Apa berantem dengan pacarnya? Pacarnya ghosting lagi? Menghindar buat diajak ketemu?" Dayat memberondong kedua kakaknya dengan banyak pertanyaan.

"Memangnya Bapak punya pacar?" tanya Evi.

"Ngapain melamun mikirin pacar? Ghosting-ghosting-ghosting! Iya! Memang hantu semuanya!" umpat Tini sewot.

Evi dan Dayat terdiam. Tak menyangka Tini begitu kesal dengan ucapan Dayat barusan.

"Bapak baru ditinggal mati sama si Puput. Pergi kalian hibur. Aku mau mandi," tukas Tini.

"Puput meninggal? Dikubur di mana?" tanya Evi.

"Kalian berdua sudah makan?" Tini balik bertanya.

Evi dan Dayat mengangguk. "Udah. Pake kari ayam, kan? Enak. Pasti Mbak Tini yang masak," tambah Dayat.

"Oh, ya, sudah! Kuburannya di WC kalau gitu," ucap Tini, mengambil handuk yang terhampar di tepi ranjang bagian atas. Ia lalu keluar kamar.

Evi dan Dayat berpandangan. Lalu, mereka mengusap mulut. Sedetik kemudian, keduanya terbelalak. Mereka berbalik dan berjejalan keluar kamar. Sempat tersangkut di ambang pintu, namun keduanya terbebas setelah saling dorong.

Pak Joko duduk menghadap lembah landai di dekat kandang Puput. Kepalanya tertunduk menatap tanah. Posisinya yang membelakangi pintu dapur, membuat Evi dan Dayat yang berdiri di bawah gawang pintu, tak bisa memastikan apa yang sedang ditatap bapak mereka.

Evi menggamit lengan Dayat. Mengajak adiknya itu untuk lebih mendekat ke balik punggung Pak Joko. Setelah mereka melongok, ternyata benar yang dikatakan Tini. Pak Joko sedang termenung menatap tulang belulang Puput yang tertumpuk di atas tanah.

Evi dan Dayat kembali mundur perlahan-lahan. Kembali masuk ke dapur dan berpapasan dengan Tini di depan kamar mandi.

PLAKK!

Tini memukul kepala Dayat. "Mandi! Dari kemarin kamu begini aja tampilannya."

Dayat meringis memegang kepalanya. Meski harus berjinjit, kakaknya yang pendek itu selalu bisa memukul kepalanya. "Nanti. Sebentar lagi," kata Dayat, ikut mengekori kakaknya masuk ke kamar.

Tini telah berpakaian di kamar mandi. Ia tampak segar karena mencuci rambutnya sore itu. Di depan kaca, Tini mengoleskan bedak Kelly merata di wajahnya hingga berkilap. Lalu, ia mengambil lipstik Hare, lipstik kemasan hijau yang akan membuat bibirnya merah tahan lama. Setengah wanita di desanya menggunakan lipstik itu.

Dayat dan Evi berbaring di ranjang memperhatikan kakaknya.

"Mbak Tini mau malem mingguan ke mana?" tanya Dayat.

Tini tak menjawab, ia lanjut berdandan. Evi sedikit kesal karena diabaikan.

"Mau ke mana, sih?" ulang Evi. "Pergi sama siapa?"

Tini berbalik memandang adik-adiknya.

"Pergi sama Pak Paijo. Puas?" Tini berkacak pinggang.

"Jangan bilang kalau Mbak Tini ...." Ucapan Evi terputus.

"Kalau memang harus. Kenapa enggak?" tanya Tini lagi. "Dayat, Evi. Aku mau ngomong," kata Tini. Ia lalu menepuk kaki Dayat yang berbaring agar duduk memberinya ruang.

"Apa Mbak? Serem aku," tukas Dayat.

"Mulutmu diem dulu," jawab Tini, meremat pelan mulut Dayat. Adiknya itu langsung diam membekap mulutnya.

"Jangan ngomongin yang nggak enak, Mbak. Mbak Tini kalau lagi serius suka serem," kata Evi.

"Aku mau bilang ke kalian berdua. Kayaknya aku ada rencana pergi ke kota. Mau merantau. Aku sumpek di sini. Sekarang kalian sudah besar-besar. Sudah bisa aku tinggal untuk hidup mandiri. Dayat sebentar lagi SMA. Dan kamu ...." Tini menatap Evi. "Kamu pasti capek keliling desa terus jadi tukang kredit. Berdebat dengan orang yang terlambat bayar hampir setiap hari."

"Mbak Tini mau ninggalin kami?" Evi memandang wajah kakaknya yang berkilap dengan raut kecewa.

"Kamu kepingin kuliah, toh?" Tini balik bertanya. Evi mengangguk lemah. "Tabunganmu nanti kutambah. Pergi ke kota dekat sini dan daftar kuliah. Cari kos-kosan murah. Aku nanti kerja di kota buat bantu biayanya. Kamu harus bisa lebih baik, Vi. Aku malu sama ibu kalau kalian nggak jadi apa-apa. Ibu meninggalkan kita dengan banyak pesan-pesan ke aku. Aku kepingin tinggal sama kalian di sini. Tapi kayaknya aku nggak sanggup," tutur Tini.

"Mbak Tini bikin sedih aja," kata Evi. "Kamu, kan, mau nikah sama Coki. Ngapain ke kota?" Mata Evi bersitatap dengan kakaknya.

Tini bangkit. "Ya, sudah. Aku pergi dulu. Pak Paijo biasa jam segini masih mangkal di simpang." Ia berjalan meninggalkan kamarnya.

"Serius mau pergi sama Pak Paijo?" teriak Evi.

"Apa Mbak Tini nggak pacaran sama Coki lagi? Sama Pak Paijo?" Dayat kembali berbaring menarik bantal.

"Mulutmu," bisik Evi.

"Hidayaaat ... mandi!!" teriak Tini dari luar.

"Iya--iya," sahut Dayat, melompat dari tempat tidur dan lari ke kamar mandi.

Sudah mandi, sudah rapi, sudah wangi. Biasanya Tini sudah siap untuk dijemput Coki. Tapi, kali itu pesawat teleponnya sepi. Biasanya, bertengkar sehebat apa pun, pria itu tetap datang.

"Pak, gimana?" Tini tiba di simpang jalan rumahnya, menghampiri Pak Paijo.

"Ada, Tin! Setengah jam yang lalu baru lewat. Katanya ada mau ngeliat sapi mau lahiran." Pak Paijo langsung menyelah motornya.

"Lahiran di mana? Di tempat yang kemarin?" tanya Tini saat sudah berada di boncengan motor.

"Iya. Kamu liat aja dulu, tak anter sekarang. Ayo!" Pak Paijo tidak membenci Coki. Urusan pria itu adalah urusan pribadinya. Tapi, melihat Tini selalu tertipu oleh Coki, Pak Paijo ikut merasa kesal.

Pak Paijo dan almarhumah ibu Tini adalah teman bermain sejak remaja. Sampai ibu Tini meninggal di usia muda dan meninggalkan tiga orang anak yang masih kecil-kecil, Pak Paijo masih mengamati keluarga itu.

Pak Paijo geram. Coki selalu berlagak paling tampan dengan memboncengi semua gadis desa, dengan mengaku sebagai dokter hewan. Sering tak sopan dengan orang tua, tapi entah kenapa pria itu dipuji oleh gadis muda.

Seperti janjinya pada Tini, Pak Paijo membawa Tini ke salah satu rumah yang katanya adalah teman Coki.

"Tin! Aku nggak bisa memastikan Coki ada di sana, ya." Namanya juga usaha, pikirnya. Usaha menunjukkan pada Tini bagaimana perilaku Coki sebenarnya. Pak Paijo membawa motor sedikit kencang.

"Iya, nggak apa-apa. Namanya juga mau nyari tau. Belum pasti," ucap Tini dengan suara mengambang.

Jantung Tini berdebar kencang. Harapannya terhadap Coki sudah berceceran sepanjang jalan. Dan ketika tiba di rumah dengan teras remang-remang, dengan motor Coki di depannya, harapan Tini sudah habis.

"Tunggu di sini aja, Pak. Aku masuk sendiri aja," kata Tini.

"Aku tunggu di atas motor aja. Jangan lama-lama," pesan Pak Paijo.

Tini melangkah pelan-pelan ke teras berlampu kuning. Rumah terletak paling sudut dan kanan kirinya dirimbuni pepohonan. Ia menunduk melihat dua pasang sandal. Sepasang sandal Coki dan sepasang lagi sandal yang sepertinya tak asing lagi.

Tini mencoba menekan handle pintu dan mendorongnya. Ternyata tak terkunci. Rumah siapa ini, pikirnya. Tanpa melepaskan sandal, Tini melangkahkan kaki memasuki ruang tamu lusuh yang lampunya padam. Hanya ada cahaya kecil dari dapur.

Langkah kakinya mengendap-endap. Jantungnya serasa akan berhenti kapan saja saking gugupnya. Ia tak tahan. Sebenarnya ia tak kuat. Tapi, ini harus. Demi kepuasan hatinya.

"Kamu udah? Sini, kamu nungging. Aku sebentar lagi!" Suara Coki yang tak asing lagi terdengar dari kamar yang pintunya sedikit renggang.

Tini mendekati pintu dan mendorongnya. Pemandangan yang tak akan ia lupakan seumur hidupnya. Saat kekasihnya tengah menunggangi sahabatnya sendiri. Ia membuka pintu kamar lebar-lebar.

"Ya, ampun!!" jerit Siti Kusmini. "Tin!" Perempuan yang sedang telanjang bulat itu menjerit dan mendorong tubuh Coki.

"Ngapain kamu masuk ke sini?" tanya Coki.

"Kok, berenti? Aku mau liat. Apa bentuk anuku beda sama anu si tikus? Anu dia bentuknya melintang? Ayo terusin!" Tini semakin melebarkan pintu kamar.

To Be Continued

Terpopuler

Comments

Wiwin Wina

Wiwin Wina

ulang lagi

2024-04-04

0

Fitria Ningsih

Fitria Ningsih

bengek wkwk

2024-03-23

0

Lulu Imaroh

Lulu Imaroh

sakitnya tuh disini didalam hatiku..GPP lepas aja..masih bnyak yg lebih baik💪🏻

2024-03-14

0

lihat semua
Episodes
1 1. Calon Legenda
2 2. Terpincang-pincang
3 3. Kutangkap Kau Dengan Desah
4 4. Harusnya Tanpa Air Mata
5 5. Pak Paijo
6 6. Terciptanya Legenda Desa Cokro
7 7. Perkenalan Kandang Ayam
8 8. Awal Dunia Malam
9 9. Ratapan Berbalut Senyum
10 10. Hidup Di Antara Hitam Dan Putih
11 11. Pembuktian Diri
12 12. Musuh Baru
13 13. Namaku Tini Suketi
14 14. Berita Dari Posyandu
15 15. Awal Mula Terlena
16 16. Awal Kisah Itu
17 17. Perang Dingin
18 18. Mengusik Hati
19 19. Penghuni Satunya
20 20. Tentang Asti
21 21. Penghuni Baru Dengan Speaker
22 22. Calon Legenda Kos-kosan
23 23. Percakapan Tini dan Boy
24 24. Mengukuhkan Sejarah
25 25. Awalnya Persahabatan
26 26. Pengalaman Pertama Dan Terakhir
27 27. Pelajaran Hari Itu
28 28. Titik Balik Kandang Ayam
29 29. Refleksi Hidup
30 30. Kunjungan Sahabat
31 31. Tentang Agus Soang
32 32. Ternyata, Laki-laki itu.
33 33. Pilihan Pertama
34 34. Pilihan Kedua
35 35. Pilihan Ketiga (1)
36 36. Pilihan Ketiga (2)
37 37. Ngalor-Ngidul Pertemuan
38 38. Peran Budhe Tini
39 39. Persekutuan
40 40. Minggu Pagi
41 41. Tak Perlu Taktik
42 42. Kebiasaan Baru Tini
43 43. Efek Puasa Rokok (1)
44 44. Efek Puasa Rokok (2)
45 45. Sore Pertama
46 46. Tini Sebenarnya
47 47. Kebimbangan Tini
48 48. Usaha Untuk Bertahan
49 49. Tini Baik-baik Saja
50 50. Hari Melelahkan
51 51. Hati Nurani Tini (1)
52 52. Hati Nurani Tini (2)
53 53. Obrolan Pria
54 54. Gombal Halus Tini
55 55. Harinya Tini
56 56. Ujian Mental Tini
57 57. Hari Mengeluh
58 58. Kebimbangan Tini
59 59. Mulai Serius
60 60. Dugaan Tini
61 61. Ternyata Wibi
62 62. Melangkah Maju
63 63. Perpisahan
64 64. Katanya Rahasia
65 65. Training Hari Pertama
66 66. Menyerap Ilmu
67 67. Dari Yang Paling Ahli
68 68. Idola Pertama Tini
69 69. Rangkuman Tini
70 70. Penghilang Lelah Tini
71 71. Kumpul Keluarga Kandang Ayam
72 72. Riuh Makan Malam
73 73. Tini Melayang
74 74. Bagi-bagi Rejeki
75 75. Dandanan Tini
76 76. Percakapan Serius
77 77. Calon-calon Ipar
78 78. Terbacanya Taktik Tini
79 79. Hebohnya Hari Tini
80 80. Awal Perjalanan Dimulai
81 81. Renungan Perjalanan
82 82. Keluarga Calon Mertua (1)
83 83. Keluarga Calon Mertua (2)
84 84. Pesona Surabaya dan Kamu
85 85. Jatuh Cinta Yang Sebenarnya
86 86. Pamitan
87 87. Desa Cokro (1)
88 88. Desa Cokro (2)
89 89. Desa Cokro (3)
90 90. Desa Cokro (4)
91 91. Bersama Keluarga Baru
92 92. Menjamu Tamu
93 93. Rencana Pamer
94 94. Mendampingi Bapak
95 95. Saatnya Serius
96 96. Obrolan Tengah Malam
97 97. Perpisahan Sementara
98 98. Obrolan Dalam Perjalanan
99 99. Mematangkan Rencana
100 100. Banyak Rencana
101 101. Tugas yang Sesungguhnya
102 102. Meningkatkan Kualitas Diri
103 103. Kunjungan Profesional Tini
104 104. Nostalgia Versi Tini
105 105. Keberhasilan Pertama
106 106. Rapat Darurat
107 107. Hasil Keputusan Rapat
108 108. Ide Brilian Tini
109 109. Harap-harap Cemas
110 110. Akhirnya Milik Tini
111 111. Kartu Undangan
112 112. Keterkejutan
113 113. Orang-orang Penting Bagi Tini
114 114. Pengobat Rindu
115 115. Hari Halal Tini Wibi (1)
116 116. Hari Halal Tini Wibi (2)
117 117. Hari Halal Tini Wibi (3)
118 118. Tamu Yang Ditunggu
119 119. Dayat Unjuk Gigi
120 120. Pertemuan Para Tamu
121 121. Akhir Pesta Tini
122 122. Tak Sabar
123 123. Setelah Senampan Hidangan
124 124. Teman Saling Mengisi
125 125. Pagi Pertama
126 126. Tetangga Misterius
127 127. Kesan Pesan Tini
128 128. Rangkuman Obrolan
129 129. Hidup Tini Sekarang
130 130. Perpisahan Selalu Ada
131 131. Melangkah Bersama
132 132. Makan Layaknya Keluarga Besar
133 133. Wisuda Evi
134 134. Makan Siang Kelulusan
135 135. Bapak Mengantar Dayat
136 136. Sekilas Kehidupan Baru Dayat
137 137. Keresahan Hidup Lainnya
138 138. Asti Mengantarkan Kartu Undangan
139 139. Masih Dengan Kekhawatiran
140 140. Sebuah Kabar
141 141. Di Balik Cerita
142 142. Pelukan Bahagia
143 143. Kebahagiaan Pada Waktunya
144 144. Sempurna Buat Masing-masing
145 145. Rangkuman Kebahagiaan
146 146. Sekilas Masa Depan
147 147. Akhir Kisah Tini Suketi
Episodes

Updated 147 Episodes

1
1. Calon Legenda
2
2. Terpincang-pincang
3
3. Kutangkap Kau Dengan Desah
4
4. Harusnya Tanpa Air Mata
5
5. Pak Paijo
6
6. Terciptanya Legenda Desa Cokro
7
7. Perkenalan Kandang Ayam
8
8. Awal Dunia Malam
9
9. Ratapan Berbalut Senyum
10
10. Hidup Di Antara Hitam Dan Putih
11
11. Pembuktian Diri
12
12. Musuh Baru
13
13. Namaku Tini Suketi
14
14. Berita Dari Posyandu
15
15. Awal Mula Terlena
16
16. Awal Kisah Itu
17
17. Perang Dingin
18
18. Mengusik Hati
19
19. Penghuni Satunya
20
20. Tentang Asti
21
21. Penghuni Baru Dengan Speaker
22
22. Calon Legenda Kos-kosan
23
23. Percakapan Tini dan Boy
24
24. Mengukuhkan Sejarah
25
25. Awalnya Persahabatan
26
26. Pengalaman Pertama Dan Terakhir
27
27. Pelajaran Hari Itu
28
28. Titik Balik Kandang Ayam
29
29. Refleksi Hidup
30
30. Kunjungan Sahabat
31
31. Tentang Agus Soang
32
32. Ternyata, Laki-laki itu.
33
33. Pilihan Pertama
34
34. Pilihan Kedua
35
35. Pilihan Ketiga (1)
36
36. Pilihan Ketiga (2)
37
37. Ngalor-Ngidul Pertemuan
38
38. Peran Budhe Tini
39
39. Persekutuan
40
40. Minggu Pagi
41
41. Tak Perlu Taktik
42
42. Kebiasaan Baru Tini
43
43. Efek Puasa Rokok (1)
44
44. Efek Puasa Rokok (2)
45
45. Sore Pertama
46
46. Tini Sebenarnya
47
47. Kebimbangan Tini
48
48. Usaha Untuk Bertahan
49
49. Tini Baik-baik Saja
50
50. Hari Melelahkan
51
51. Hati Nurani Tini (1)
52
52. Hati Nurani Tini (2)
53
53. Obrolan Pria
54
54. Gombal Halus Tini
55
55. Harinya Tini
56
56. Ujian Mental Tini
57
57. Hari Mengeluh
58
58. Kebimbangan Tini
59
59. Mulai Serius
60
60. Dugaan Tini
61
61. Ternyata Wibi
62
62. Melangkah Maju
63
63. Perpisahan
64
64. Katanya Rahasia
65
65. Training Hari Pertama
66
66. Menyerap Ilmu
67
67. Dari Yang Paling Ahli
68
68. Idola Pertama Tini
69
69. Rangkuman Tini
70
70. Penghilang Lelah Tini
71
71. Kumpul Keluarga Kandang Ayam
72
72. Riuh Makan Malam
73
73. Tini Melayang
74
74. Bagi-bagi Rejeki
75
75. Dandanan Tini
76
76. Percakapan Serius
77
77. Calon-calon Ipar
78
78. Terbacanya Taktik Tini
79
79. Hebohnya Hari Tini
80
80. Awal Perjalanan Dimulai
81
81. Renungan Perjalanan
82
82. Keluarga Calon Mertua (1)
83
83. Keluarga Calon Mertua (2)
84
84. Pesona Surabaya dan Kamu
85
85. Jatuh Cinta Yang Sebenarnya
86
86. Pamitan
87
87. Desa Cokro (1)
88
88. Desa Cokro (2)
89
89. Desa Cokro (3)
90
90. Desa Cokro (4)
91
91. Bersama Keluarga Baru
92
92. Menjamu Tamu
93
93. Rencana Pamer
94
94. Mendampingi Bapak
95
95. Saatnya Serius
96
96. Obrolan Tengah Malam
97
97. Perpisahan Sementara
98
98. Obrolan Dalam Perjalanan
99
99. Mematangkan Rencana
100
100. Banyak Rencana
101
101. Tugas yang Sesungguhnya
102
102. Meningkatkan Kualitas Diri
103
103. Kunjungan Profesional Tini
104
104. Nostalgia Versi Tini
105
105. Keberhasilan Pertama
106
106. Rapat Darurat
107
107. Hasil Keputusan Rapat
108
108. Ide Brilian Tini
109
109. Harap-harap Cemas
110
110. Akhirnya Milik Tini
111
111. Kartu Undangan
112
112. Keterkejutan
113
113. Orang-orang Penting Bagi Tini
114
114. Pengobat Rindu
115
115. Hari Halal Tini Wibi (1)
116
116. Hari Halal Tini Wibi (2)
117
117. Hari Halal Tini Wibi (3)
118
118. Tamu Yang Ditunggu
119
119. Dayat Unjuk Gigi
120
120. Pertemuan Para Tamu
121
121. Akhir Pesta Tini
122
122. Tak Sabar
123
123. Setelah Senampan Hidangan
124
124. Teman Saling Mengisi
125
125. Pagi Pertama
126
126. Tetangga Misterius
127
127. Kesan Pesan Tini
128
128. Rangkuman Obrolan
129
129. Hidup Tini Sekarang
130
130. Perpisahan Selalu Ada
131
131. Melangkah Bersama
132
132. Makan Layaknya Keluarga Besar
133
133. Wisuda Evi
134
134. Makan Siang Kelulusan
135
135. Bapak Mengantar Dayat
136
136. Sekilas Kehidupan Baru Dayat
137
137. Keresahan Hidup Lainnya
138
138. Asti Mengantarkan Kartu Undangan
139
139. Masih Dengan Kekhawatiran
140
140. Sebuah Kabar
141
141. Di Balik Cerita
142
142. Pelukan Bahagia
143
143. Kebahagiaan Pada Waktunya
144
144. Sempurna Buat Masing-masing
145
145. Rangkuman Kebahagiaan
146
146. Sekilas Masa Depan
147
147. Akhir Kisah Tini Suketi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!