7. Perkenalan Kandang Ayam

Tini berdiri di depan pintu kamarnya masih menggendong bayi yang matanya belum ada tanda-tanda mengantuk malam itu. Merasa wanita yang menitipkan bayi itu cukup lama kembali, Tini menduduki kursi plastik di teras kamar.

Pandangan Tini menyapu tiap sudut pekarangan kos-kosan yang sepi. Beberapa pintu tertutup tanpa cahaya sama sekali. Beberapa pintu lainnya, tertutup, namun dari dalamnya berpendar cahaya.

Bayi di tangannya kemudian menggeliat. “Mam-mak!” kata bayi itu saat memandang Tini.

“Bukan—bukan! Aku bukan mamak kamu. Ibu kamu kerja, ya? Di sini dititipi ke ibu tadi? Manggilnya apa? Oma? Atau Nenek?” tanya Tini pada bayi di pangkuannya.

Baru saja Tini selesai bicara, terdengar suara langkah kaki dengan sandal jepit dari dua sisi. Satunya adalah suara sandal Mak Robin, dan satunya dari seorang wanita yang berjalan mendekati teras. Saat jaraknya dengan wanita itu hanya dua langkah, Tini melihat perut wanita itu sedikit besar. Dengan cepat Tini mengambil kesimpulan bahwa wanita itu pastilah salah satu penghuni kos-kosan.

“Enggak nangis dia, kan?” Mak Robin mengangkat anaknya dari pangkuan Tini dan mengangkat bayi 1,5 tahun itu di depan wajahnya.

“Enggak nangis, lho, Oma ... cucunya baik hati,” kata Tini ramah. Ia ingin mengawali hari pertamanya di kos-kosan itu dengan berteman.

“Iya. Makasilah udah kau bilang dia baik hati. Tapi ini anakku,” jawab Mak Robin dengan wajah gusar.

“Ya, ampun. Aku nggak tau. Maaf,” kata Tini serba salah.

“Kau bukan orang pertama yang bilang gitu. Udah biasa aku,” kata Mak Robin. “Kau mau apa, Warni?” tanya Mak Robin pada wanita yang sedang berdiri di dekat mereka.

“Mau nanya kamar itu. Apa masih kosong?” tanya Warni, menunjuk kamar yang letaknya di sebelah kamar Tini.

Tini hanya diam memperhatikan dua orang yang baru ditemuinya di kos-kosan itu.

“Aku duduk, ya.” Warni menarik kursi plastik dan duduk di depan Mak Robin. Blusnya yang sedikit ketat menampakkan perutnya yang membesar.

“Sudah berapa bulan, Mbak? Anak pertama, ya?” tanya Tini pada Warni.

“Bukan hamil, Mbak. Penyakit asites, penumpukan cairan di rongga perut. Sering mual, muntah, begah, cepat kenyang. Tapi, aku sedang dalam tahap pengobatan. Diet dan minum obat,” tutur Warni.

“Maaf, Mbak. Saya nggak tau,” ucap Tini. Lagi-lagi ia salah mengeluarkan kata-kata. Ia langsung merasa tak enak dan melirik Mak Robin yang sedang menatapnya.

“Enggak apa-apa. Udah sering,” sahut Warni. Jawaban wanita itu membuat Tini semakin tak enak.

Tini heran karena Warni terlihat santai saja. Apa penduduk kota sudah tak aneh melihat sesuatu yang aneh?

“Aku nggak akan ngomong apa-apa lagi selama seminggu ke depan. Aku belajar dalam diam untuk sementara ini,” ujar Tini pada Mak Robin. Mendengar hal itu, Mak Robin mengangguk-angguk setuju.

“Penghuni baru, ya?” tanya Warni.

“Iya, baru nyampe, Mbak.” Tini tersenyum sopan.

“Sudah dapet kerja di sini?” tanya Warni lagi. Tini menggeleng. “Mau kerjaan?” Warni langsung menanyakan hal itu tanpa basa-basi.

“Jangan kau kasi kerja entah hapa-hapa, Warni .... Kayaknya dia dari desa. Masih gadis perawan. Jangan kau rusak dia,” tukas Mak Robin, menggoyang-goyangkan kaki untuk menidurkan anaknya.

Tini tersenyum getir saat Mak Robin mengatakan hal itu.

“Aku cuma menawarkan. Siapa tau Mbak—siapa namanya?” tanya Warni.

“Oh, iya. Siapa nama kau?” tanya Mak Robin.

“Tini, Mbak. Tini Suketi,” jawab Tini.

“Nah, siapa tau Mbak Tini butuh pekerjaan. Bisa cari aku. Soalnya tampilan Mbak Tini—” Warni menatap Tini dari atas ke bawah. “Mbak Tini ini semok. Gede.” Warni tersenyum sumringah saat mengatakan hal itu.

“Memangnya Mbak Warni ini ... kerjaannya apa? Bukannya sakit?” tanya Tini.

“Aku germo. Mucikari,” jawab Warni santai. “Yang kerja, kan, mulutku. Bukan anu-anuku. Aku cuma semacam penghubung dan pencari tenaga kerja. Tapi, kamu jangan salah sangka. Yang aku tawarkan ini, bukan melacur. Ini namanya lady escort. Wanita pendamping. Kalau di karaoke, tugasnya nemenin minum. Selanjutnya mau ngapain di luar jam kerja, itu bukan urusan pihak karaoke.” Warni terlihat puas setelah menjelaskan hal itu.

“Kau ke sini cuma mau nyari perempuan aja?” tanya Mak Robin.

“Enggak. Aku mau ngeliat kamar kosong. Nyai bilang kemarin ada tiga kamar kosong. Ternyata satu sudah ditempat Mbak Tini. Buat temenku. Yang sebelah ini letaknya bagus,” tukas Warni melihat kamar di sisi kanannya.

“Saya mau nyari kerja yang waktunya pagi ke sore aja, Mbak.” Tini menolak dengan sopan ajakan Warni.

“Lulusan apa? SMA?” tanya Warni. Lagi-lagi Tini mengangguk. “Oh, ya, sudah. Cari aja dulu. Nanti kalau nggak dapet dan perlu uang cepet, telfon aku, ya. Kamu catet nomorku,” pinta Warni mengeluarkan ponselnya.

Demi kesopanan, Tini mengeluarkan ponselnya dan mencatat sederet nomor yang dibacakan Warni. Lalu, wanita itu berlalu dari sana. Tini tak pernah menganggap nomor telepon itu akan dihubungi suatu hari nanti.

“Pasti kau capek, kan? Tidurlah kau. Anakku pun udah tidur,” ujar Mak Robin, berdiri dari duduknya sembari menggendong anak.

Itu adalah hari pertama Tini tiba di kos-kosan kandang ayam, yang katanya paling murah sejagad Indonesia. Terletak di dalam gang yang tak bisa dilalui mobil, namun berada di belakang mall besar.

Para penghuni kos-kosan itu bermacam-macam. Mulai dari SPG mall, pembantu rumah tangga yang pulang pergi, wanita malam, hingga pegawai-pegawai toko yang berada di sekitar daerah itu.

Sudah seminggu Tini berada di sana dan mencoba mempelajari tempat tinggalnya. Ia membuat lamaran pekerjaan yang dikemasnya dalam amplop cokelat dengan mengisi daftar riwayat hidup yang dibelinya perlembar kemudian ditulis tangan.

Sudah puluhan amplop ia masukkan ke berbagai toko dan supermarket. Tapi sepertinya nasib baik belum berpihak pada Tini. Belum ada satu pun panggilan yang ia terima. Sementara, uangnya semakin menipis meski ia sudah berhemat.

Evi dan Dayat sudah menelepon Tini beberapa kali. Yang pertama, mereka menceritakan soal pesta Coki yang gagal ramai karena sebagian besar tamu berbalik arah. Saat itu Tini benar-benar senang. Ia membayangkan wajah Mini yang berharap mendapat keuntungan amplop seusai pesta, namun gagal.

Sesudah telepon itu, adik-adik Tini menanyakan soal pekerjaan. Apa kakaknya sudah bekerja. Apa kota besar enak. Bagaimana suasana tempat tinggal dan tetangganya. Dan semua pertanyaan itu dijawab Tini dengan kebohongan.

Tini berbohong bahwa ia sudah memiliki banyak teman. Padahal, seharian ia hanya mendengarkan Mak Robin yang menceritakan soal rasa rindu akan tanah kelahirannya di Sipiongot. Menjaga Robin yang sedang aktif-aktifnya ingin melangkah selama ibunya memasak atau ke kamar mandi.

Tini berbohong soal mendapat pekerjaan bagus di mall dekat kos-kosannya. Ia mengatakan kalau saat ini ia bekerja sebagai SPG kosmetik yang berwajah licin dengan stocking hitam seksi. Tini bukan mau bermulut besar. Ia hanya ingin adik-adiknya tenang. Tak usah terlalu mengkhawatirkan dirinya selama merantau.

Sebagai akibat kebohongannya itu, Dayat sudah meminta diisikan pulsa buat paket datanya yang habis. Tini langsung bergegas mencari warung untuk membelikan Dayat pulsa. Lagi-lagi, Tini harus menarik selembar uang simpanannya.

Bukan soal kebohongan apa yang ia ucapkan. Tapi, bagi Tini, ada hal yang tak perlu ia kuak pada orang lain. Ia merasa terkadang harus berbohong untuk menghargai atau membahagiakan orang lain. Terutama adik-adiknya. Itu saja.

Apa yang dirasakannya saat itu tak penting. Bagian terdalam dirinya sudah lebur berkeping-keping. Yang bisa ia lakukan adalah menyelamatkan masa depan adik-adiknya.

Malam itu, Tini sudah membulatkan tekad. Jika pekerjaan yang ditawarkan Warni bukan pelacuran seperti yang dikatakan wanita itu, tak ada salahnya ia mencoba. Hatinya tak terima. Tapi, perutnya pasti akan lapar.

Dengan satu ketukan, Tini menghubungi nomor telepon Warni di ponselnya.

“Halo? Mbak Warni? Saya tertarik dengan pekerjaan yang Mbak tawarkan kemarin. Syarat-syaratnya apa saja?” tanya Tini. Ia sudah mengira bakal diminta membawa perlengkapan ini dan itu.

“Besok saya jemput. Kenakan pakaian kamu yang paling bagus. Syaratnya cuma semok aja. Susunya gede, dan kemampuan bicara akan jadi nilai tambah. Jam lima sore, ya.”

Tini mengakhiri pembicaraan di telepon dengan termangu-mangu. Syarat kerja apa itu? Perlunya cuma susu yang besar dan kemampuan bicara.

To Be Continued

Terpopuler

Comments

Fitria Ningsih

Fitria Ningsih

/Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2024-03-24

0

Lulu Imaroh

Lulu Imaroh

susu kental manis🙈

2024-03-14

0

Lulu Imaroh

Lulu Imaroh

sikap kakak yg bijak..g mw liat adek2nya sedih atas nasibnya kini😥

2024-03-14

0

lihat semua
Episodes
1 1. Calon Legenda
2 2. Terpincang-pincang
3 3. Kutangkap Kau Dengan Desah
4 4. Harusnya Tanpa Air Mata
5 5. Pak Paijo
6 6. Terciptanya Legenda Desa Cokro
7 7. Perkenalan Kandang Ayam
8 8. Awal Dunia Malam
9 9. Ratapan Berbalut Senyum
10 10. Hidup Di Antara Hitam Dan Putih
11 11. Pembuktian Diri
12 12. Musuh Baru
13 13. Namaku Tini Suketi
14 14. Berita Dari Posyandu
15 15. Awal Mula Terlena
16 16. Awal Kisah Itu
17 17. Perang Dingin
18 18. Mengusik Hati
19 19. Penghuni Satunya
20 20. Tentang Asti
21 21. Penghuni Baru Dengan Speaker
22 22. Calon Legenda Kos-kosan
23 23. Percakapan Tini dan Boy
24 24. Mengukuhkan Sejarah
25 25. Awalnya Persahabatan
26 26. Pengalaman Pertama Dan Terakhir
27 27. Pelajaran Hari Itu
28 28. Titik Balik Kandang Ayam
29 29. Refleksi Hidup
30 30. Kunjungan Sahabat
31 31. Tentang Agus Soang
32 32. Ternyata, Laki-laki itu.
33 33. Pilihan Pertama
34 34. Pilihan Kedua
35 35. Pilihan Ketiga (1)
36 36. Pilihan Ketiga (2)
37 37. Ngalor-Ngidul Pertemuan
38 38. Peran Budhe Tini
39 39. Persekutuan
40 40. Minggu Pagi
41 41. Tak Perlu Taktik
42 42. Kebiasaan Baru Tini
43 43. Efek Puasa Rokok (1)
44 44. Efek Puasa Rokok (2)
45 45. Sore Pertama
46 46. Tini Sebenarnya
47 47. Kebimbangan Tini
48 48. Usaha Untuk Bertahan
49 49. Tini Baik-baik Saja
50 50. Hari Melelahkan
51 51. Hati Nurani Tini (1)
52 52. Hati Nurani Tini (2)
53 53. Obrolan Pria
54 54. Gombal Halus Tini
55 55. Harinya Tini
56 56. Ujian Mental Tini
57 57. Hari Mengeluh
58 58. Kebimbangan Tini
59 59. Mulai Serius
60 60. Dugaan Tini
61 61. Ternyata Wibi
62 62. Melangkah Maju
63 63. Perpisahan
64 64. Katanya Rahasia
65 65. Training Hari Pertama
66 66. Menyerap Ilmu
67 67. Dari Yang Paling Ahli
68 68. Idola Pertama Tini
69 69. Rangkuman Tini
70 70. Penghilang Lelah Tini
71 71. Kumpul Keluarga Kandang Ayam
72 72. Riuh Makan Malam
73 73. Tini Melayang
74 74. Bagi-bagi Rejeki
75 75. Dandanan Tini
76 76. Percakapan Serius
77 77. Calon-calon Ipar
78 78. Terbacanya Taktik Tini
79 79. Hebohnya Hari Tini
80 80. Awal Perjalanan Dimulai
81 81. Renungan Perjalanan
82 82. Keluarga Calon Mertua (1)
83 83. Keluarga Calon Mertua (2)
84 84. Pesona Surabaya dan Kamu
85 85. Jatuh Cinta Yang Sebenarnya
86 86. Pamitan
87 87. Desa Cokro (1)
88 88. Desa Cokro (2)
89 89. Desa Cokro (3)
90 90. Desa Cokro (4)
91 91. Bersama Keluarga Baru
92 92. Menjamu Tamu
93 93. Rencana Pamer
94 94. Mendampingi Bapak
95 95. Saatnya Serius
96 96. Obrolan Tengah Malam
97 97. Perpisahan Sementara
98 98. Obrolan Dalam Perjalanan
99 99. Mematangkan Rencana
100 100. Banyak Rencana
101 101. Tugas yang Sesungguhnya
102 102. Meningkatkan Kualitas Diri
103 103. Kunjungan Profesional Tini
104 104. Nostalgia Versi Tini
105 105. Keberhasilan Pertama
106 106. Rapat Darurat
107 107. Hasil Keputusan Rapat
108 108. Ide Brilian Tini
109 109. Harap-harap Cemas
110 110. Akhirnya Milik Tini
111 111. Kartu Undangan
112 112. Keterkejutan
113 113. Orang-orang Penting Bagi Tini
114 114. Pengobat Rindu
115 115. Hari Halal Tini Wibi (1)
116 116. Hari Halal Tini Wibi (2)
117 117. Hari Halal Tini Wibi (3)
118 118. Tamu Yang Ditunggu
119 119. Dayat Unjuk Gigi
120 120. Pertemuan Para Tamu
121 121. Akhir Pesta Tini
122 122. Tak Sabar
123 123. Setelah Senampan Hidangan
124 124. Teman Saling Mengisi
125 125. Pagi Pertama
126 126. Tetangga Misterius
127 127. Kesan Pesan Tini
128 128. Rangkuman Obrolan
129 129. Hidup Tini Sekarang
130 130. Perpisahan Selalu Ada
131 131. Melangkah Bersama
132 132. Makan Layaknya Keluarga Besar
133 133. Wisuda Evi
134 134. Makan Siang Kelulusan
135 135. Bapak Mengantar Dayat
136 136. Sekilas Kehidupan Baru Dayat
137 137. Keresahan Hidup Lainnya
138 138. Asti Mengantarkan Kartu Undangan
139 139. Masih Dengan Kekhawatiran
140 140. Sebuah Kabar
141 141. Di Balik Cerita
142 142. Pelukan Bahagia
143 143. Kebahagiaan Pada Waktunya
144 144. Sempurna Buat Masing-masing
145 145. Rangkuman Kebahagiaan
146 146. Sekilas Masa Depan
147 147. Akhir Kisah Tini Suketi
Episodes

Updated 147 Episodes

1
1. Calon Legenda
2
2. Terpincang-pincang
3
3. Kutangkap Kau Dengan Desah
4
4. Harusnya Tanpa Air Mata
5
5. Pak Paijo
6
6. Terciptanya Legenda Desa Cokro
7
7. Perkenalan Kandang Ayam
8
8. Awal Dunia Malam
9
9. Ratapan Berbalut Senyum
10
10. Hidup Di Antara Hitam Dan Putih
11
11. Pembuktian Diri
12
12. Musuh Baru
13
13. Namaku Tini Suketi
14
14. Berita Dari Posyandu
15
15. Awal Mula Terlena
16
16. Awal Kisah Itu
17
17. Perang Dingin
18
18. Mengusik Hati
19
19. Penghuni Satunya
20
20. Tentang Asti
21
21. Penghuni Baru Dengan Speaker
22
22. Calon Legenda Kos-kosan
23
23. Percakapan Tini dan Boy
24
24. Mengukuhkan Sejarah
25
25. Awalnya Persahabatan
26
26. Pengalaman Pertama Dan Terakhir
27
27. Pelajaran Hari Itu
28
28. Titik Balik Kandang Ayam
29
29. Refleksi Hidup
30
30. Kunjungan Sahabat
31
31. Tentang Agus Soang
32
32. Ternyata, Laki-laki itu.
33
33. Pilihan Pertama
34
34. Pilihan Kedua
35
35. Pilihan Ketiga (1)
36
36. Pilihan Ketiga (2)
37
37. Ngalor-Ngidul Pertemuan
38
38. Peran Budhe Tini
39
39. Persekutuan
40
40. Minggu Pagi
41
41. Tak Perlu Taktik
42
42. Kebiasaan Baru Tini
43
43. Efek Puasa Rokok (1)
44
44. Efek Puasa Rokok (2)
45
45. Sore Pertama
46
46. Tini Sebenarnya
47
47. Kebimbangan Tini
48
48. Usaha Untuk Bertahan
49
49. Tini Baik-baik Saja
50
50. Hari Melelahkan
51
51. Hati Nurani Tini (1)
52
52. Hati Nurani Tini (2)
53
53. Obrolan Pria
54
54. Gombal Halus Tini
55
55. Harinya Tini
56
56. Ujian Mental Tini
57
57. Hari Mengeluh
58
58. Kebimbangan Tini
59
59. Mulai Serius
60
60. Dugaan Tini
61
61. Ternyata Wibi
62
62. Melangkah Maju
63
63. Perpisahan
64
64. Katanya Rahasia
65
65. Training Hari Pertama
66
66. Menyerap Ilmu
67
67. Dari Yang Paling Ahli
68
68. Idola Pertama Tini
69
69. Rangkuman Tini
70
70. Penghilang Lelah Tini
71
71. Kumpul Keluarga Kandang Ayam
72
72. Riuh Makan Malam
73
73. Tini Melayang
74
74. Bagi-bagi Rejeki
75
75. Dandanan Tini
76
76. Percakapan Serius
77
77. Calon-calon Ipar
78
78. Terbacanya Taktik Tini
79
79. Hebohnya Hari Tini
80
80. Awal Perjalanan Dimulai
81
81. Renungan Perjalanan
82
82. Keluarga Calon Mertua (1)
83
83. Keluarga Calon Mertua (2)
84
84. Pesona Surabaya dan Kamu
85
85. Jatuh Cinta Yang Sebenarnya
86
86. Pamitan
87
87. Desa Cokro (1)
88
88. Desa Cokro (2)
89
89. Desa Cokro (3)
90
90. Desa Cokro (4)
91
91. Bersama Keluarga Baru
92
92. Menjamu Tamu
93
93. Rencana Pamer
94
94. Mendampingi Bapak
95
95. Saatnya Serius
96
96. Obrolan Tengah Malam
97
97. Perpisahan Sementara
98
98. Obrolan Dalam Perjalanan
99
99. Mematangkan Rencana
100
100. Banyak Rencana
101
101. Tugas yang Sesungguhnya
102
102. Meningkatkan Kualitas Diri
103
103. Kunjungan Profesional Tini
104
104. Nostalgia Versi Tini
105
105. Keberhasilan Pertama
106
106. Rapat Darurat
107
107. Hasil Keputusan Rapat
108
108. Ide Brilian Tini
109
109. Harap-harap Cemas
110
110. Akhirnya Milik Tini
111
111. Kartu Undangan
112
112. Keterkejutan
113
113. Orang-orang Penting Bagi Tini
114
114. Pengobat Rindu
115
115. Hari Halal Tini Wibi (1)
116
116. Hari Halal Tini Wibi (2)
117
117. Hari Halal Tini Wibi (3)
118
118. Tamu Yang Ditunggu
119
119. Dayat Unjuk Gigi
120
120. Pertemuan Para Tamu
121
121. Akhir Pesta Tini
122
122. Tak Sabar
123
123. Setelah Senampan Hidangan
124
124. Teman Saling Mengisi
125
125. Pagi Pertama
126
126. Tetangga Misterius
127
127. Kesan Pesan Tini
128
128. Rangkuman Obrolan
129
129. Hidup Tini Sekarang
130
130. Perpisahan Selalu Ada
131
131. Melangkah Bersama
132
132. Makan Layaknya Keluarga Besar
133
133. Wisuda Evi
134
134. Makan Siang Kelulusan
135
135. Bapak Mengantar Dayat
136
136. Sekilas Kehidupan Baru Dayat
137
137. Keresahan Hidup Lainnya
138
138. Asti Mengantarkan Kartu Undangan
139
139. Masih Dengan Kekhawatiran
140
140. Sebuah Kabar
141
141. Di Balik Cerita
142
142. Pelukan Bahagia
143
143. Kebahagiaan Pada Waktunya
144
144. Sempurna Buat Masing-masing
145
145. Rangkuman Kebahagiaan
146
146. Sekilas Masa Depan
147
147. Akhir Kisah Tini Suketi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!