14. Berita Dari Posyandu

Saking paginya Evi bangun setiap hari, Puput II saja masih tertidur. Ayam jantan itu seringnya malah terkejut karena Evi membuka pintu dapur tiba-tiba. Entah kenapa sepertinya Puput II menuruni sikap tuannya. Selalu bangun siang.

Usai memasak dan membereskan rumahnya Evi bergegas memanaskan motor seperti biasa. Ia akan pergi berkeliling dari satu desa ke desa lainnya untuk menagih cicilan pelanggan.

Tini sudah beberapa kali mengirimkan uang. Tahun pembelajaran berikutnya Evi sudah diminta kakaknya untuk segera mendaftar. Karena hal itu Evi lebih gigih menagih. Ia bertekad untuk menyelesaikan semuanya sebelum berangkat ke kota terdekat. Evi memutuskan untuk berkuliah tidak terlalu jauh, agar seminggu sekali bisa tetap pulang menjenguk Dayat dan Pak Joko.

Selama kepergian Tini ke kota, Evi harus menanggung bisikan-bisikan para tetangga. Tetangga mereka seakan tak lelah-lelahnya bercerita soal Tini yang menyabotase resepsi pernikahan mantan kekasihnya. Tapi, seperti pesan Tini padanya, Evi tak mau ambil pusing. Hidup tetap berjalan seperti biasa. Cerita-cerita pasti akan menguap seiring lelahnya lidah manusia mengucap yang itu-itu saja.

Namun, pukul sepuluh saat Evi berkeliling, dan tiba di dekat posyandu. Pandangannya terfokus pada Coki dan Siti Kusmini yang berdebat di depan banner besar berisi kampanye ASI.

Posyandu sedang dipenuhi ibu muda yang membawa bayi-bayi mereka. Juga ibu-ibu hamil yang sedang memeriksakan kandungan, terlihat ikut memperhatikan pasangan muda itu.

Penasaran akan hal yang sedang didebatkan oleh pasangan itu, Evi memberanikan diri menghentikan motornya dan berjalan mendekat. Keributan kecil itu dengan cepat memancing orang-orang yang datang karena rasa penasaran.

Setelah gosip bahwa Siti Kusmini menunggak tagihan daging sapi di pasar, karena tak balik modal saat resepsi. Wanita itu sepertinya bakal membuat gosip panas terbaru.

Evi berdiri di balik tubuh seorang ibu yang sedang menggendong anaknya. Ia menajamkan telinga untuk mendengarkan percakapan Coki dan Siti. Tapi setelah berada di dekat banner kampanye ASI itu, Evi segera menyadari topik perdebatan di depannya.

“Mata kamu dari tadi ngelihatnya ke situ aja,” sergah Siti. “Kamu kira aku nggak merhatiin?”

“Nggak ada! Aku cuma mandang jalanan. Mandangin pepohonan. Kamu jangan nuduh sembarangan. Ngapain aku liat gambar iklan ini?” Coki menunjuk banner.

“Lain kali, kalau aku periksa kandungan, kamu nggak perlu ikut. Nunggu giliran aku dipanggil periksa, kamu malah betah mandangin susunya si Tini.” Siti Kusmini menunjuk banner.

“Nggak ada ngapain aku ngelihat ke banner itu?” sanggah Coki. Matanya kembali melirik banner yang menampilkan Tini Suketi yang sedang tersenyum berakting menyusui ‘bayinya’.

Evi tak sanggup menahan tawanya. Ia segera membekap mulut dan berjongkok untuk terkikik-kikik sendirian. Foto di banner itu memang benar menunjukkan Tini yang sedang menyusui bayi.

Beberapa bulan yang lalu, jauh sebelum kejadian cekcok antara Coki dan Tini, wanita itu memang ditawari oleh Kepala Puskesmas untuk menjadi bintang iklan kampanye ASI di desa mereka. Di desa itu tak ada yang bersedia menjadi model. Padahal sudah dikatakan, fotonya tidak akan terbuka. Bagian dada akan tertutup oleh kepala bayi. Tetap saja para ibu muda di sana, tak ada yang mau. Semuanya dilarang suami. Mereka hanya bersedia meminjamkan bayi mereka sebagai model.

Karena Kepala Puskesmas yang cukup dekat dengan Tini suatu hari menyampaikan keluhan itu, akhirnya Tini iba. Ia menyanggupi membantu Kepala Puskesmas mengkampanyekan pentingnya ASI Eksklusif pada bayi.

Banner besar itu berada di posyandu. Dengan wajah Tini tersenyum manis sambil menyusui ‘bayinya’. Dalam banner itu juga dikatakan pentingnya para ayah mendukung gerakan menyusui istri mereka.

Tini yang sedang dijadikan bahan bertengkar mungkin sudah lupa akan foto itu. Setelah puas tertawa Evi kembali berdiri untuk mengintip wajah kesal Siti Kusmini.

Lalu, saat keributan itu semakin menyedot perhatian, seorang perawat keluar untuk melerai.

“Pak, Bu! Ya, sudah. Malu diliatin orang ramai. Ayo, pulang saja. Periksanya bisa lain kali. Masalahnya diselesaikan dulu di rumah. Pasien yang lain bisa kembali duduk, ya.” Perawat tadi menunjuk bangku-bangku panjang yang kosong. Penghuninya semua berpindah mengelilingi Coki dan istrinya.

“Kapan banner iklan ini diturunkan?” Bukannya malah menghentikan keributan, Siti Kusmini menunjuk banner itu dengan wajah kesal.

“Kok, nanya kapan diturunkan? Banner-nya aja baru naik kemarin. Masalah pribadi ibu nggak ada hubungannya dengan kesuksesan program puskesmas. Sudah! Sana—sana!” perawat perempuan itu mengusir Coki dan Siti dengan raut yang tak kalah kesalnya.

Mendengar hal itu, Evi cepat-cepat menjauhi kerumunan dan segera menyalakan motornya. Ia tak sabar untuk segera tiba di rumah dan menelepon Tini.

***

Tini masih terus tertawa meski percakapannya bersama Evi sudah berakhir.

“Hei, gila! Gak siap-siap kau ketawa dari tadi,” sergah Mak Robin dari kursi plastik.

“Tunggu, Mak! Masih lucu. Aku harus menuntaskan ketawaku,” balas Tini, terkekeh-kekeh.

“Apa rupanya yang kau ketawakan?” tanya Mak Robin. “Sini dulu kau! Cakap dulu,” pinta Mak Robin.

Tini menarik bangku plastik dan duduk di sebelah Mak Robin. Beberapa saat menceritakan kejadian yang baru saja diceritakan oleh Evi melalui telepon, Mak Robin tertawa terbahak-bahak sampai tersedak.

“Memang pesonglah kau!” tukas Mak Robin.

“Aku nggak bisa membayangkan seberapa lama mereka nggak mau noleh ke posyandu. Periksa kandungan di tempat lain, jauh banget. Si tikus keburu beranak di jalan,” sambung Tini, kemudian kembali tertawa.

“Sok laris kali kau kutengok di kampung itu,” kata Mak Robin.

“Aku memang laris. Banyak yang ke rumah buat nembak aku jadi pacar. Aku sering nolak laki-laki. Ada yang masih parkir motor di halaman rumahku, langsung kutolak!” kata Tini bersemangat.

“Ya, kau tolaklah! Aku pun pasti kutolak kalo ada orang tiba-tiba parkir di depan pintuku. Enggak kenal pulak!” Mak Robin melayangkan botol susu ke arah Tini.

Tini menangkap botol susu itu kemudian melanjutkan tawanya. “Kamu lulus, Mak! Lulus jadi temenku!”

Plakk!

Tini memukulkan botol susu ke lengan Mak Robin.

“Aih, bodat! Sakit!” umpat Mak Robin.

Enam bulan bekerja di karaoke, ternyata tak membuat kebahagiaan dan kelancaran hidup Tini bertahan lama. Suatu pagi Tini terbangun karena telepon dari Maisaroh.

“Tin! Tin! Bangun! Cepat beli koran! Harian Kompos!” pekik Maisaroh dari seberang telepon.

Tini yang belum cuci muka gelagapan. Membaca isi pesan dari temannya saja, ia langsung menuju baris terbawah. Langsung menuju pokok pembicaraan. Dengan mata masih mengantuk ia malah disuruh beli koran.

“Memangnya ada apa?” tanya Tini bangkit dari ranjang dan buru-buru mengecek wajahnya di cermin berbingkai cokelat di dinding.

“Banyak tanya kamu! Sana!” kesal Maisaroh. “Kalau sudah beli, liat halaman paling belakang. Cepat!” pinta Maisaroh lagi.

Semua bagian tubuh Tini berguncang saat ia berlari keluar gang menuju sebuah warung. Letak warung itu agak jauh, tapi di sana juga menjual berbagai surat kabar dan majalah. Usai membayar, Tini menggulung surat kabar itu dan segera kembali ke kos-kosan.

Di atas kursi plastik, ia merentangkan harian Kompos yang dibelinya.

Beberapa saat mencari hal yang dikatakan Maisaroh, mata Tini terbelalak saat menemukannya. Ia membekap mulut dan mulai menangis.

“Maaak!” jerit Tini.

Mak Robin langsung keluar kamar tanpa membawa anaknya.

“Kenapa kau?” pekik Mak Robin terkejut.

“Pohon uangku tumbang! Tumbang, Maaaak,” raung Tini.

To Be Continued

Terpopuler

Comments

Suyatno Galih

Suyatno Galih

pohon warisan Tini tumbang

2024-04-28

0

Lulu Imaroh

Lulu Imaroh

innalilahi..kakek tutup usia..cari yg lain tin..

2024-03-14

0

Cita

Cita

RIP kakek 😂

2024-01-24

1

lihat semua
Episodes
1 1. Calon Legenda
2 2. Terpincang-pincang
3 3. Kutangkap Kau Dengan Desah
4 4. Harusnya Tanpa Air Mata
5 5. Pak Paijo
6 6. Terciptanya Legenda Desa Cokro
7 7. Perkenalan Kandang Ayam
8 8. Awal Dunia Malam
9 9. Ratapan Berbalut Senyum
10 10. Hidup Di Antara Hitam Dan Putih
11 11. Pembuktian Diri
12 12. Musuh Baru
13 13. Namaku Tini Suketi
14 14. Berita Dari Posyandu
15 15. Awal Mula Terlena
16 16. Awal Kisah Itu
17 17. Perang Dingin
18 18. Mengusik Hati
19 19. Penghuni Satunya
20 20. Tentang Asti
21 21. Penghuni Baru Dengan Speaker
22 22. Calon Legenda Kos-kosan
23 23. Percakapan Tini dan Boy
24 24. Mengukuhkan Sejarah
25 25. Awalnya Persahabatan
26 26. Pengalaman Pertama Dan Terakhir
27 27. Pelajaran Hari Itu
28 28. Titik Balik Kandang Ayam
29 29. Refleksi Hidup
30 30. Kunjungan Sahabat
31 31. Tentang Agus Soang
32 32. Ternyata, Laki-laki itu.
33 33. Pilihan Pertama
34 34. Pilihan Kedua
35 35. Pilihan Ketiga (1)
36 36. Pilihan Ketiga (2)
37 37. Ngalor-Ngidul Pertemuan
38 38. Peran Budhe Tini
39 39. Persekutuan
40 40. Minggu Pagi
41 41. Tak Perlu Taktik
42 42. Kebiasaan Baru Tini
43 43. Efek Puasa Rokok (1)
44 44. Efek Puasa Rokok (2)
45 45. Sore Pertama
46 46. Tini Sebenarnya
47 47. Kebimbangan Tini
48 48. Usaha Untuk Bertahan
49 49. Tini Baik-baik Saja
50 50. Hari Melelahkan
51 51. Hati Nurani Tini (1)
52 52. Hati Nurani Tini (2)
53 53. Obrolan Pria
54 54. Gombal Halus Tini
55 55. Harinya Tini
56 56. Ujian Mental Tini
57 57. Hari Mengeluh
58 58. Kebimbangan Tini
59 59. Mulai Serius
60 60. Dugaan Tini
61 61. Ternyata Wibi
62 62. Melangkah Maju
63 63. Perpisahan
64 64. Katanya Rahasia
65 65. Training Hari Pertama
66 66. Menyerap Ilmu
67 67. Dari Yang Paling Ahli
68 68. Idola Pertama Tini
69 69. Rangkuman Tini
70 70. Penghilang Lelah Tini
71 71. Kumpul Keluarga Kandang Ayam
72 72. Riuh Makan Malam
73 73. Tini Melayang
74 74. Bagi-bagi Rejeki
75 75. Dandanan Tini
76 76. Percakapan Serius
77 77. Calon-calon Ipar
78 78. Terbacanya Taktik Tini
79 79. Hebohnya Hari Tini
80 80. Awal Perjalanan Dimulai
81 81. Renungan Perjalanan
82 82. Keluarga Calon Mertua (1)
83 83. Keluarga Calon Mertua (2)
84 84. Pesona Surabaya dan Kamu
85 85. Jatuh Cinta Yang Sebenarnya
86 86. Pamitan
87 87. Desa Cokro (1)
88 88. Desa Cokro (2)
89 89. Desa Cokro (3)
90 90. Desa Cokro (4)
91 91. Bersama Keluarga Baru
92 92. Menjamu Tamu
93 93. Rencana Pamer
94 94. Mendampingi Bapak
95 95. Saatnya Serius
96 96. Obrolan Tengah Malam
97 97. Perpisahan Sementara
98 98. Obrolan Dalam Perjalanan
99 99. Mematangkan Rencana
100 100. Banyak Rencana
101 101. Tugas yang Sesungguhnya
102 102. Meningkatkan Kualitas Diri
103 103. Kunjungan Profesional Tini
104 104. Nostalgia Versi Tini
105 105. Keberhasilan Pertama
106 106. Rapat Darurat
107 107. Hasil Keputusan Rapat
108 108. Ide Brilian Tini
109 109. Harap-harap Cemas
110 110. Akhirnya Milik Tini
111 111. Kartu Undangan
112 112. Keterkejutan
113 113. Orang-orang Penting Bagi Tini
114 114. Pengobat Rindu
115 115. Hari Halal Tini Wibi (1)
116 116. Hari Halal Tini Wibi (2)
117 117. Hari Halal Tini Wibi (3)
118 118. Tamu Yang Ditunggu
119 119. Dayat Unjuk Gigi
120 120. Pertemuan Para Tamu
121 121. Akhir Pesta Tini
122 122. Tak Sabar
123 123. Setelah Senampan Hidangan
124 124. Teman Saling Mengisi
125 125. Pagi Pertama
126 126. Tetangga Misterius
127 127. Kesan Pesan Tini
128 128. Rangkuman Obrolan
129 129. Hidup Tini Sekarang
130 130. Perpisahan Selalu Ada
131 131. Melangkah Bersama
132 132. Makan Layaknya Keluarga Besar
133 133. Wisuda Evi
134 134. Makan Siang Kelulusan
135 135. Bapak Mengantar Dayat
136 136. Sekilas Kehidupan Baru Dayat
137 137. Keresahan Hidup Lainnya
138 138. Asti Mengantarkan Kartu Undangan
139 139. Masih Dengan Kekhawatiran
140 140. Sebuah Kabar
141 141. Di Balik Cerita
142 142. Pelukan Bahagia
143 143. Kebahagiaan Pada Waktunya
144 144. Sempurna Buat Masing-masing
145 145. Rangkuman Kebahagiaan
146 146. Sekilas Masa Depan
147 147. Akhir Kisah Tini Suketi
Episodes

Updated 147 Episodes

1
1. Calon Legenda
2
2. Terpincang-pincang
3
3. Kutangkap Kau Dengan Desah
4
4. Harusnya Tanpa Air Mata
5
5. Pak Paijo
6
6. Terciptanya Legenda Desa Cokro
7
7. Perkenalan Kandang Ayam
8
8. Awal Dunia Malam
9
9. Ratapan Berbalut Senyum
10
10. Hidup Di Antara Hitam Dan Putih
11
11. Pembuktian Diri
12
12. Musuh Baru
13
13. Namaku Tini Suketi
14
14. Berita Dari Posyandu
15
15. Awal Mula Terlena
16
16. Awal Kisah Itu
17
17. Perang Dingin
18
18. Mengusik Hati
19
19. Penghuni Satunya
20
20. Tentang Asti
21
21. Penghuni Baru Dengan Speaker
22
22. Calon Legenda Kos-kosan
23
23. Percakapan Tini dan Boy
24
24. Mengukuhkan Sejarah
25
25. Awalnya Persahabatan
26
26. Pengalaman Pertama Dan Terakhir
27
27. Pelajaran Hari Itu
28
28. Titik Balik Kandang Ayam
29
29. Refleksi Hidup
30
30. Kunjungan Sahabat
31
31. Tentang Agus Soang
32
32. Ternyata, Laki-laki itu.
33
33. Pilihan Pertama
34
34. Pilihan Kedua
35
35. Pilihan Ketiga (1)
36
36. Pilihan Ketiga (2)
37
37. Ngalor-Ngidul Pertemuan
38
38. Peran Budhe Tini
39
39. Persekutuan
40
40. Minggu Pagi
41
41. Tak Perlu Taktik
42
42. Kebiasaan Baru Tini
43
43. Efek Puasa Rokok (1)
44
44. Efek Puasa Rokok (2)
45
45. Sore Pertama
46
46. Tini Sebenarnya
47
47. Kebimbangan Tini
48
48. Usaha Untuk Bertahan
49
49. Tini Baik-baik Saja
50
50. Hari Melelahkan
51
51. Hati Nurani Tini (1)
52
52. Hati Nurani Tini (2)
53
53. Obrolan Pria
54
54. Gombal Halus Tini
55
55. Harinya Tini
56
56. Ujian Mental Tini
57
57. Hari Mengeluh
58
58. Kebimbangan Tini
59
59. Mulai Serius
60
60. Dugaan Tini
61
61. Ternyata Wibi
62
62. Melangkah Maju
63
63. Perpisahan
64
64. Katanya Rahasia
65
65. Training Hari Pertama
66
66. Menyerap Ilmu
67
67. Dari Yang Paling Ahli
68
68. Idola Pertama Tini
69
69. Rangkuman Tini
70
70. Penghilang Lelah Tini
71
71. Kumpul Keluarga Kandang Ayam
72
72. Riuh Makan Malam
73
73. Tini Melayang
74
74. Bagi-bagi Rejeki
75
75. Dandanan Tini
76
76. Percakapan Serius
77
77. Calon-calon Ipar
78
78. Terbacanya Taktik Tini
79
79. Hebohnya Hari Tini
80
80. Awal Perjalanan Dimulai
81
81. Renungan Perjalanan
82
82. Keluarga Calon Mertua (1)
83
83. Keluarga Calon Mertua (2)
84
84. Pesona Surabaya dan Kamu
85
85. Jatuh Cinta Yang Sebenarnya
86
86. Pamitan
87
87. Desa Cokro (1)
88
88. Desa Cokro (2)
89
89. Desa Cokro (3)
90
90. Desa Cokro (4)
91
91. Bersama Keluarga Baru
92
92. Menjamu Tamu
93
93. Rencana Pamer
94
94. Mendampingi Bapak
95
95. Saatnya Serius
96
96. Obrolan Tengah Malam
97
97. Perpisahan Sementara
98
98. Obrolan Dalam Perjalanan
99
99. Mematangkan Rencana
100
100. Banyak Rencana
101
101. Tugas yang Sesungguhnya
102
102. Meningkatkan Kualitas Diri
103
103. Kunjungan Profesional Tini
104
104. Nostalgia Versi Tini
105
105. Keberhasilan Pertama
106
106. Rapat Darurat
107
107. Hasil Keputusan Rapat
108
108. Ide Brilian Tini
109
109. Harap-harap Cemas
110
110. Akhirnya Milik Tini
111
111. Kartu Undangan
112
112. Keterkejutan
113
113. Orang-orang Penting Bagi Tini
114
114. Pengobat Rindu
115
115. Hari Halal Tini Wibi (1)
116
116. Hari Halal Tini Wibi (2)
117
117. Hari Halal Tini Wibi (3)
118
118. Tamu Yang Ditunggu
119
119. Dayat Unjuk Gigi
120
120. Pertemuan Para Tamu
121
121. Akhir Pesta Tini
122
122. Tak Sabar
123
123. Setelah Senampan Hidangan
124
124. Teman Saling Mengisi
125
125. Pagi Pertama
126
126. Tetangga Misterius
127
127. Kesan Pesan Tini
128
128. Rangkuman Obrolan
129
129. Hidup Tini Sekarang
130
130. Perpisahan Selalu Ada
131
131. Melangkah Bersama
132
132. Makan Layaknya Keluarga Besar
133
133. Wisuda Evi
134
134. Makan Siang Kelulusan
135
135. Bapak Mengantar Dayat
136
136. Sekilas Kehidupan Baru Dayat
137
137. Keresahan Hidup Lainnya
138
138. Asti Mengantarkan Kartu Undangan
139
139. Masih Dengan Kekhawatiran
140
140. Sebuah Kabar
141
141. Di Balik Cerita
142
142. Pelukan Bahagia
143
143. Kebahagiaan Pada Waktunya
144
144. Sempurna Buat Masing-masing
145
145. Rangkuman Kebahagiaan
146
146. Sekilas Masa Depan
147
147. Akhir Kisah Tini Suketi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!