15. Awal Mula Terlena

Tini masih berjongkok terpekur menatapi tulisan yang berada di halaman belakang sebuah surat kabar. Ucapan bela sungkawa itu tak hanya satu, tapi memenuhi seluruh halaman belakang. Pak Alie meninggal dunia kemarin sore. Laki-laki tua yang selama ini turut membantunya mengumpulkan pundi-pundi uang, demi kuliah Evi dan sekolah Dayat telah meninggal dunia.

Tini menangis untuk Evi. Ia harus memulai dari nol lagi mencari orang tua yang tak perlu diladeni macam-macam, tapi mau memberinya uang.

Namun, di lain sisi Tini ikut lega. Seperti pembicaraan Pak Alie selama ini. Pria tua itu memang tak sabar untuk pergi meninggalkan dunia, karena yakin akan bertemu dengan istri yang dicintainya.

“Jadi, cemana?” tanya Mak Robin tiba-tiba menepuk pundak Tini dengan lembut menurut versinya.

Dengan kekuatan ‘lembut’ itu wajah Tini hampir mencium wajah Pak Alie yang terpampang di atas koran.

“Ya, mau gimana? Hidup tetap berjalan, kan? Semua pasti mati. Tinggal nunggu giliran,” jawab Tini, melipat koran dan mencampakkannya. “Kurang ajar si Saroh. Kenapa nggak langsung ngomong aja? Mesti aku keluar uang lagi buat beli koran ini,” kata Tini dengan medhoknya yang sangat kentara.

“Sore ini, nggak kerjalah, kau. Udah mati si Alie.” Mak Robin menarik kursi plastik dan duduk di dekat Tini. Robin turun dari pangkuan ibunya dan berjalan mengitari kursi plastik.

“Meninggal, Mak! Wafat, berpulang. Ayam jago bapakku aja, disebut meninggal. Pak Alie kamu sebut mati.” Tini masuk ke dalam kamarnya. Tenggorokannya terasa kering karena pagi itu ia belum sempat meminum teh paginya.

“Sama aja, Tini! Mati juga intinya,” sanggah Mak Robin. “Yang iyanya, udah cinta kau sama si Alie. Kau bela kali, bah.” Mak Robin tertawa terbahak-bahak.

“Matamu!” maki Tini dari dalam kamar. “Aku dikasi uang lumayan sama Pak Alie. Untuk jasaku sekedar ngusap burung sekali-sekali, itu sudah banyak, Mak. Selebihnya, aku cuma bisa membahagiakan Pak Alie di akhir usianya dengan cara paling sederhana. Mendengarkan dia yang sedang cerita soal macem-macem. Cari temen itu mudah, Mak. Tapi yang mau menyisakan waktu untuk mendengarkan cerita kita, itu sangat sedikit. Makanya Pak Alie bayar aku mahal.” Tini kembali keluar dari kamarnya dengan segelas teh di tangan. Ia masih mengenakan daster batik sepanjang betisnya.

Tini kemudian menghenyakkan tubuhnya di kursi plastik. Tangannya mengangkat gelas dan menyesap teh hangat itu perlahan. Matanya menerawang, tak sengaja menatap pintu kamar Bu Nani yang sedang terbuka di seberangnya.

“Almarhum Pak Alie pernah ngomong ke aku. Katanya, kalau seseorang sudah meluangkan waktu untuk mendengar kita bercerita, itu artinya dia menghargai keberadaan kita. Maka, kita juga harus menghargai. Jangan semena-mena pada orang yang baik ke kita. Nanti orang malah kapok, katanya.” Tini lalu mengeluarkan sebatang rokok dari kotak dan menyulutnya.

“Teros? Pak Alie nggak ada bilang kalo orang merokok bisa cepat mati?” tanya Mak Robin.

“Enggak. Pak Alie merokok, kok. Matinya 78 tahun. Tuh, liat!” Tini menendang surat kabar yang terlipat di dekat kakinya.

Dan hari perjuangan Tini yang baru pun dimulai. Seminggu setelah berpulangnya Pak Alie, Tini sama sekali belum ada menerima tamu di karaoke. Ia benar-benar selektif mencari pelanggan baru.

Seusai melakukan percakapan empat mata bersama Maisaroh di ruang berdandan, Tini menspesialisasikan dirinya untuk tamu-tamu sepuh saja. Dan itu disetujui oleh Maisaroh. Kepulangan Pak Alie, sedikit banyak membawa pengaruh positif pada persahabatan mereka. Mereka lebih rukun dalam berbagi.

“Ibuku sakit, Tin,” ucap Maisaroh suatu malam. “Aku udah kelamaan kerja di sini. Tabunganku belum banyak, tapi kayaknya udah cukup buat modal buka usaha di kampung.”

“Mau buka usaha apa?” tanya Tini.

“Laundry kiloan. Di kampungku belum ada. Rumahku deket pabrik. Banyak pegawainya yang masih single dan nggak sempat nyuci baju. Aku beli satu mesin aja. Selebihnya aku kerjain sendiri. Enggak apa-apa, sebagai permulaan. Yang penting, aku bisa ngabisin waktu sama ibuku di masa tuanya. Aku kuatir nggak sempet berbakti. Sejak suamiku menghilang, ibuku ikut kepikiran. Hatinya susah karena aku,” ucap Maisaroh, lalu mengisap rokoknya dalam-dalam.

Tini tertegun mendengar ucapan Maisaroh yang lebih senior darinya. Jam kerja mereka sudah berakhir. Tapi, hujan deras membuat mereka duduk menunggu reda di basement hotel.

“Kamu juga udah lama di sini. Udah setahun, Tin. Jangan lama-lama. Setidaknya statusmu masih single. Kalau ketemu pria baik-baik, jangan di sini lagi. Image-nya jelek,” sambung Maisaroh.

“Kamu mau pergi ninggalin aku di sini sendirian? Kamu sudah tau aku nggak gampang akrab dengan sembarang orang.” Raut Tini terlihat muram saat mendengar sahabatnya juga akan pensiun sebentar lagi.

“Mulutmu juga harus disetel. Enggak semua orang bisa ngerti candaanmu,” sahut Maisaroh. “Kalau belum bener-bener tau soal orang lain, kamu jangan asal nebak. Kayak kemarin, kamu bilang ibu-ibu kompak banget sama anak laki-lakinya. Padahal, itu pacarnya. Laki-laki itu giigolo.” Maisaroh tertawa.

“Iya. Tapi bener, kok. Tak kira anaknya. Taunya double L,” ujar Tini.

“Apa itu?” tanya Maisaroh.

“Lon-te lanang,” jawab Tini. Kemudian kedua wanita itu tergelak bersama.

Itu adalah malam terakhir saat Tini dan Maisaroh bisa berbincang lama di luar jam kerja. Sebulan kemudian, Tini kembali menangisi kepergian seseorang.

“Kamu jangan nangis kayak gini. Aku, kan, nggak meninggal kayak Pak Alie. Kamu bisa dateng ke kampungku. Jangan lupa denganku, kalau kamu udah menikah. Nomor hapeku nggak akan aku ganti, Tin. Nomor hapemu juga udah aku catet di tempat lain. Biar kalau ada apa-apa, nggak hilang. Udah—udah, jangan nangis.” Maisaroh masih memeluk Tini di undakan tangga pintu samping hotel. Malam itu ia sengaja datang untuk pamit, dengan membawa Ardi, anaknya.

Tini melepaskan pelukannya, “Naik bis malem? Jam berapa?” tanya Tini, dengan maskara belepotan yang membentuk lingkaran di sekeliling matanya.

“Kamu udah kayak sundel bolong,” ucap Maisaroh, mengeluarkan tisu basah dari tasnya dan menyeka sekeliling mata Tini.

“Kamu? Enggak salim, Mbak?” Tini menyodorkan tangannya pada Ardi.

“Mbak Tini nangis terus. Aku mau salim jadi bingung,” kata Ardi, menyambut uluran tangan Tini dan menyentuhkannya ke dahi.

“Kamu sekolah yang rajin, ya. Ibumu sudah capek cari uang. Dia sayang kamu, makanya kerja banting tulang. Jangan marah karena sering ditinggal sendiri. Nanti, kalau kamu dewasa, kamu pasti berterima kasih punya ibu kayak gini,” kata Tini, mengusap punggung Maisaroh yang sekarang gantian mengusap air matanya.

“Hati-hati di jalan, ya, Mbak. Maafin aku, kalau selama ini sering salah ngomong. Aku nggak pernah punya temen di kampung. Kerjaanku ngurus adik-adik sepanjang waktu. Ngeluh ke mereka juga nggak mungkin. Ke bapakku apalagi. Paling ke ayam jagonya aja. Itu yang paling aman, karena nggak bisa ngadu ke mana-mana.” Tini kembali menangis.

Tangisan itu bergantian. Nyaris tak usai, kalau saja waktu tak berjalan. Mereka kembali berpelukan beberapa saat lamanya saling mengusap dan menepuk punggung satu sama lain.

Di kala suasana haru itu sedang melingkupi, seorang satpam yang biasa tugas di basement melintas dari dalam hotel.

“Eh, Mbak Saroh mau ke mana? Enggak kerja lagi?” tanya Satpam itu, menghentikan langkahnya di dekat dua wanita yang baru saja melepaskan pelukan.

“Mau pulang kampung. Ibuku sakit,” jawab Maisaroh, membersihkan sisa air matanya.

“Ini temennya siapa? Kok, aku nggak pernah ngeliat?” tanya Satpam itu memandang Tini.

“Ini temenku, namanya Tini. Kenalin, Tin—” Maisaroh mencolek lengan Tini dan menunjuk ke arah satpam muda di depan mereka.

“Mbak Tini, kenalin ... aku Gatot Sayuti, satpam basement.” Satpam itu melontarkan senyumnya yang paling manis pada Tini. Senyuman yang membuat hati Tini terasa sejuk bak dipasangi AC 1 PK.

To Be Continued

Terpopuler

Comments

Lulu Imaroh

Lulu Imaroh

kirain Gatot koco💪🏻🤣

2024-03-14

0

Lulu Imaroh

Lulu Imaroh

ada aja Doble L🤣

2024-03-14

0

May Keisya

May Keisya

yaelah si Gatot gagal total ternyata satpam😂🤣

2024-02-20

1

lihat semua
Episodes
1 1. Calon Legenda
2 2. Terpincang-pincang
3 3. Kutangkap Kau Dengan Desah
4 4. Harusnya Tanpa Air Mata
5 5. Pak Paijo
6 6. Terciptanya Legenda Desa Cokro
7 7. Perkenalan Kandang Ayam
8 8. Awal Dunia Malam
9 9. Ratapan Berbalut Senyum
10 10. Hidup Di Antara Hitam Dan Putih
11 11. Pembuktian Diri
12 12. Musuh Baru
13 13. Namaku Tini Suketi
14 14. Berita Dari Posyandu
15 15. Awal Mula Terlena
16 16. Awal Kisah Itu
17 17. Perang Dingin
18 18. Mengusik Hati
19 19. Penghuni Satunya
20 20. Tentang Asti
21 21. Penghuni Baru Dengan Speaker
22 22. Calon Legenda Kos-kosan
23 23. Percakapan Tini dan Boy
24 24. Mengukuhkan Sejarah
25 25. Awalnya Persahabatan
26 26. Pengalaman Pertama Dan Terakhir
27 27. Pelajaran Hari Itu
28 28. Titik Balik Kandang Ayam
29 29. Refleksi Hidup
30 30. Kunjungan Sahabat
31 31. Tentang Agus Soang
32 32. Ternyata, Laki-laki itu.
33 33. Pilihan Pertama
34 34. Pilihan Kedua
35 35. Pilihan Ketiga (1)
36 36. Pilihan Ketiga (2)
37 37. Ngalor-Ngidul Pertemuan
38 38. Peran Budhe Tini
39 39. Persekutuan
40 40. Minggu Pagi
41 41. Tak Perlu Taktik
42 42. Kebiasaan Baru Tini
43 43. Efek Puasa Rokok (1)
44 44. Efek Puasa Rokok (2)
45 45. Sore Pertama
46 46. Tini Sebenarnya
47 47. Kebimbangan Tini
48 48. Usaha Untuk Bertahan
49 49. Tini Baik-baik Saja
50 50. Hari Melelahkan
51 51. Hati Nurani Tini (1)
52 52. Hati Nurani Tini (2)
53 53. Obrolan Pria
54 54. Gombal Halus Tini
55 55. Harinya Tini
56 56. Ujian Mental Tini
57 57. Hari Mengeluh
58 58. Kebimbangan Tini
59 59. Mulai Serius
60 60. Dugaan Tini
61 61. Ternyata Wibi
62 62. Melangkah Maju
63 63. Perpisahan
64 64. Katanya Rahasia
65 65. Training Hari Pertama
66 66. Menyerap Ilmu
67 67. Dari Yang Paling Ahli
68 68. Idola Pertama Tini
69 69. Rangkuman Tini
70 70. Penghilang Lelah Tini
71 71. Kumpul Keluarga Kandang Ayam
72 72. Riuh Makan Malam
73 73. Tini Melayang
74 74. Bagi-bagi Rejeki
75 75. Dandanan Tini
76 76. Percakapan Serius
77 77. Calon-calon Ipar
78 78. Terbacanya Taktik Tini
79 79. Hebohnya Hari Tini
80 80. Awal Perjalanan Dimulai
81 81. Renungan Perjalanan
82 82. Keluarga Calon Mertua (1)
83 83. Keluarga Calon Mertua (2)
84 84. Pesona Surabaya dan Kamu
85 85. Jatuh Cinta Yang Sebenarnya
86 86. Pamitan
87 87. Desa Cokro (1)
88 88. Desa Cokro (2)
89 89. Desa Cokro (3)
90 90. Desa Cokro (4)
91 91. Bersama Keluarga Baru
92 92. Menjamu Tamu
93 93. Rencana Pamer
94 94. Mendampingi Bapak
95 95. Saatnya Serius
96 96. Obrolan Tengah Malam
97 97. Perpisahan Sementara
98 98. Obrolan Dalam Perjalanan
99 99. Mematangkan Rencana
100 100. Banyak Rencana
101 101. Tugas yang Sesungguhnya
102 102. Meningkatkan Kualitas Diri
103 103. Kunjungan Profesional Tini
104 104. Nostalgia Versi Tini
105 105. Keberhasilan Pertama
106 106. Rapat Darurat
107 107. Hasil Keputusan Rapat
108 108. Ide Brilian Tini
109 109. Harap-harap Cemas
110 110. Akhirnya Milik Tini
111 111. Kartu Undangan
112 112. Keterkejutan
113 113. Orang-orang Penting Bagi Tini
114 114. Pengobat Rindu
115 115. Hari Halal Tini Wibi (1)
116 116. Hari Halal Tini Wibi (2)
117 117. Hari Halal Tini Wibi (3)
118 118. Tamu Yang Ditunggu
119 119. Dayat Unjuk Gigi
120 120. Pertemuan Para Tamu
121 121. Akhir Pesta Tini
122 122. Tak Sabar
123 123. Setelah Senampan Hidangan
124 124. Teman Saling Mengisi
125 125. Pagi Pertama
126 126. Tetangga Misterius
127 127. Kesan Pesan Tini
128 128. Rangkuman Obrolan
129 129. Hidup Tini Sekarang
130 130. Perpisahan Selalu Ada
131 131. Melangkah Bersama
132 132. Makan Layaknya Keluarga Besar
133 133. Wisuda Evi
134 134. Makan Siang Kelulusan
135 135. Bapak Mengantar Dayat
136 136. Sekilas Kehidupan Baru Dayat
137 137. Keresahan Hidup Lainnya
138 138. Asti Mengantarkan Kartu Undangan
139 139. Masih Dengan Kekhawatiran
140 140. Sebuah Kabar
141 141. Di Balik Cerita
142 142. Pelukan Bahagia
143 143. Kebahagiaan Pada Waktunya
144 144. Sempurna Buat Masing-masing
145 145. Rangkuman Kebahagiaan
146 146. Sekilas Masa Depan
147 147. Akhir Kisah Tini Suketi
Episodes

Updated 147 Episodes

1
1. Calon Legenda
2
2. Terpincang-pincang
3
3. Kutangkap Kau Dengan Desah
4
4. Harusnya Tanpa Air Mata
5
5. Pak Paijo
6
6. Terciptanya Legenda Desa Cokro
7
7. Perkenalan Kandang Ayam
8
8. Awal Dunia Malam
9
9. Ratapan Berbalut Senyum
10
10. Hidup Di Antara Hitam Dan Putih
11
11. Pembuktian Diri
12
12. Musuh Baru
13
13. Namaku Tini Suketi
14
14. Berita Dari Posyandu
15
15. Awal Mula Terlena
16
16. Awal Kisah Itu
17
17. Perang Dingin
18
18. Mengusik Hati
19
19. Penghuni Satunya
20
20. Tentang Asti
21
21. Penghuni Baru Dengan Speaker
22
22. Calon Legenda Kos-kosan
23
23. Percakapan Tini dan Boy
24
24. Mengukuhkan Sejarah
25
25. Awalnya Persahabatan
26
26. Pengalaman Pertama Dan Terakhir
27
27. Pelajaran Hari Itu
28
28. Titik Balik Kandang Ayam
29
29. Refleksi Hidup
30
30. Kunjungan Sahabat
31
31. Tentang Agus Soang
32
32. Ternyata, Laki-laki itu.
33
33. Pilihan Pertama
34
34. Pilihan Kedua
35
35. Pilihan Ketiga (1)
36
36. Pilihan Ketiga (2)
37
37. Ngalor-Ngidul Pertemuan
38
38. Peran Budhe Tini
39
39. Persekutuan
40
40. Minggu Pagi
41
41. Tak Perlu Taktik
42
42. Kebiasaan Baru Tini
43
43. Efek Puasa Rokok (1)
44
44. Efek Puasa Rokok (2)
45
45. Sore Pertama
46
46. Tini Sebenarnya
47
47. Kebimbangan Tini
48
48. Usaha Untuk Bertahan
49
49. Tini Baik-baik Saja
50
50. Hari Melelahkan
51
51. Hati Nurani Tini (1)
52
52. Hati Nurani Tini (2)
53
53. Obrolan Pria
54
54. Gombal Halus Tini
55
55. Harinya Tini
56
56. Ujian Mental Tini
57
57. Hari Mengeluh
58
58. Kebimbangan Tini
59
59. Mulai Serius
60
60. Dugaan Tini
61
61. Ternyata Wibi
62
62. Melangkah Maju
63
63. Perpisahan
64
64. Katanya Rahasia
65
65. Training Hari Pertama
66
66. Menyerap Ilmu
67
67. Dari Yang Paling Ahli
68
68. Idola Pertama Tini
69
69. Rangkuman Tini
70
70. Penghilang Lelah Tini
71
71. Kumpul Keluarga Kandang Ayam
72
72. Riuh Makan Malam
73
73. Tini Melayang
74
74. Bagi-bagi Rejeki
75
75. Dandanan Tini
76
76. Percakapan Serius
77
77. Calon-calon Ipar
78
78. Terbacanya Taktik Tini
79
79. Hebohnya Hari Tini
80
80. Awal Perjalanan Dimulai
81
81. Renungan Perjalanan
82
82. Keluarga Calon Mertua (1)
83
83. Keluarga Calon Mertua (2)
84
84. Pesona Surabaya dan Kamu
85
85. Jatuh Cinta Yang Sebenarnya
86
86. Pamitan
87
87. Desa Cokro (1)
88
88. Desa Cokro (2)
89
89. Desa Cokro (3)
90
90. Desa Cokro (4)
91
91. Bersama Keluarga Baru
92
92. Menjamu Tamu
93
93. Rencana Pamer
94
94. Mendampingi Bapak
95
95. Saatnya Serius
96
96. Obrolan Tengah Malam
97
97. Perpisahan Sementara
98
98. Obrolan Dalam Perjalanan
99
99. Mematangkan Rencana
100
100. Banyak Rencana
101
101. Tugas yang Sesungguhnya
102
102. Meningkatkan Kualitas Diri
103
103. Kunjungan Profesional Tini
104
104. Nostalgia Versi Tini
105
105. Keberhasilan Pertama
106
106. Rapat Darurat
107
107. Hasil Keputusan Rapat
108
108. Ide Brilian Tini
109
109. Harap-harap Cemas
110
110. Akhirnya Milik Tini
111
111. Kartu Undangan
112
112. Keterkejutan
113
113. Orang-orang Penting Bagi Tini
114
114. Pengobat Rindu
115
115. Hari Halal Tini Wibi (1)
116
116. Hari Halal Tini Wibi (2)
117
117. Hari Halal Tini Wibi (3)
118
118. Tamu Yang Ditunggu
119
119. Dayat Unjuk Gigi
120
120. Pertemuan Para Tamu
121
121. Akhir Pesta Tini
122
122. Tak Sabar
123
123. Setelah Senampan Hidangan
124
124. Teman Saling Mengisi
125
125. Pagi Pertama
126
126. Tetangga Misterius
127
127. Kesan Pesan Tini
128
128. Rangkuman Obrolan
129
129. Hidup Tini Sekarang
130
130. Perpisahan Selalu Ada
131
131. Melangkah Bersama
132
132. Makan Layaknya Keluarga Besar
133
133. Wisuda Evi
134
134. Makan Siang Kelulusan
135
135. Bapak Mengantar Dayat
136
136. Sekilas Kehidupan Baru Dayat
137
137. Keresahan Hidup Lainnya
138
138. Asti Mengantarkan Kartu Undangan
139
139. Masih Dengan Kekhawatiran
140
140. Sebuah Kabar
141
141. Di Balik Cerita
142
142. Pelukan Bahagia
143
143. Kebahagiaan Pada Waktunya
144
144. Sempurna Buat Masing-masing
145
145. Rangkuman Kebahagiaan
146
146. Sekilas Masa Depan
147
147. Akhir Kisah Tini Suketi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!