Istri Burik Berubah Cantik Karena Penghinaan Suami

Istri Burik Berubah Cantik Karena Penghinaan Suami

perceraian

" Asih mana sarapan, mas mau makan " Teriak suami ku setiap pagi.

Bagaimana mau buat sarapan, uang belanja dijatah lima puluh ribu untuk dua hari, uang jajan anak, uang makan semuanya harus di cukupkan dengan uang sedikit itu.

Aku bergegas menuju meja makan " Gak ada yang bisa dimasak mas, stok di kulkas habis, beras habis " Keluh ku.

Brak..

Mas adit mengeprak meja. Astaga, jantung ku serasa mau copot.

" Trus uang lima puluh ribu kamu kemana kan? , kamu habisin buat ngisi badan mu yang gembrot itu, iya? " Tuduh nya.

Menetes air mata ini setiap suami ku sendiri mencaci tubuh ku ini, padahal aku begini karna hormon KB setelah melahirkan anak pertama kami.

" Jangan sok nangis kamu, ini uang lima ribu belikan aku nasi uduk di depan " Perintahnya

" Tapi beras habis mas, tiara belum sarapan " Ujar ku mengingatkan anak pertama kami yang masih TK

" Aku gak peduli, kamu sebagai ibu nya saja gak bisa ngatur keuangan. Ngutang dulu sana "

" Mas, uang itu cuma dua puluh lima ribu sehari. Gak cukup, untuk jajan tiara lima ribu, belum lagi buat kebutuhan dapur. Belum lagi buat bayar token listrik " Terang ku.

" Ibu ku saja bisa ngaturnya, kamu juga dapat upah nyuci. Uang itu jangan di keloni, bantu suami. Jangan cuma mau enaknya aja" Maki nya

" Tapi upah cuci buat bayar kontrakan mas " Bentak ku tak Terima. Biarlah ku lawan dia pagi ini, aku sudah tak tahan.

" Diam, udah jelek, gembrot berani bentak suami. Kalo bukan karna aku masih sudi menerima mu, kamu itu sudah jadi gembel di jalan " Bentak nya.

Mas adit pergi meninggalkan meja makan setelah puas mencaci ku.

Lutut ku lemas, aku terduduk di lantai. Air mataku mengalir tanpa henti. Dulu saat aku masih cantik tak pernah ia membentak ku, bahkan uang belanja selalu tercukupi bahkan lebih dan masih bisa ku tabung sedikit.

Baru setahun ini badan ku bertambah berat, kulit ku juga sedikit coklat. Dan wajah ku berjerawat. Karna hormon suntik KB yang baru terasa semenjak aku melahirkan anak pertama kami. Ingin ku berhentikan tapi aku tak sanggup jika harus menggandung dalam kondisi ekonomi yang seperti ini. Bidan pernah menawarkan spiral alat kontrasepsi tapi biaya nya mahal. Sedangkan mas adit jika berhubungan tidak mau memakai pengaman, tidak enak katanya.

Tok... Tok... Tok

Ku hapus air mata ini bergegas menuju pintu, setelah ku buka. Mbah mina yang datang membawa sepiring nasi kuning

" Kenapa matamu sembab sih, si gendeng itu bentak kamu lagi? " Tanya mbah mina yang sudah seperti ibu ku sendiri

Aku hanya menunduk dan meneteskan air mata.

" Kamu ini, tinggalin aja suami kayak gitu. Bisanya bentak caci maki, kamu aja yang sabar. Mbah dengernya gerem, ini ada nasi kuning. Selametan dodi, piring nya nanti aja di pulangin. Udah gak usah nangis, kalo kamu udah gak kuat tinggal aja di rumah mbah, mbah juga sayang sama tiara " Mbah mina menyerahkan sepiring nasi yang di bawa nya.

" Mbah..... " Teriak tiara dari dapur, anak ku berlari memeluk mbah yang sudah dianggap nya seperti nenek sendiri.

" Salim dulu sama mbah nak " Ajar ku pada tiara

Ia mengambil tangan mbah dan mencium nya. " Ma, tiara main ke rumah mbah ya , mau main sama dodi ( cucu mbah mina) " Pinta nya, aku mengangguk mengiyakan keinginan anak ku satu satu nya ini.

Mbah mina menepuk nepuk pundak ku " Nanti kamu gak usah masak, makan di rumah mbah. Nasi nya masih banyak, mbah cuma bawa sepiring nanti suami mu yang keenakan kalo mbah bawa banyak " Ucap mbah mina sebelum pergi.

" Iya mbah, terimakasih " Jawab ku lirih, mbah mina pergi menggandeng anak ku tiara. Mbah mina lah malaikat penolong ku saat mas adit berubah seperti sekarang.

Aku menutup pintu setelah mbah mina tidak kelihatan lagi. Ku letak kan nasi kuning pemberian mbah mina, dan ku makan setengah. Setengah nya ku sisa kan untuk mas adit.

Brak... Bunyi pintu di banting.

Aku terkejut dan berhenti Menyendokan nasi ke mulut.

" Ngomong gak ada uang, tapi masih bisa makan enak " Tuduh nya.

" Ini pemberian mbah mina mas, punya mu ada " Ku keluarkan nasi kuning yang setengah tadi.

" Kenapa cuma setengah, pasti kamu makan bagian ku kan. Gimana gak gembrot makan gak mikirin suami " Ku usap dada ini, kalo bukan karena tiara sudah lama ku tinggalkan dirimu mas.

" Mbah mina cuma kasih sepiring mas " Belaku tak Terima di tuduh nya

" Awas, sini piring kamu. Sana buatin aku kopi " Mas adit mengambil paksa nasi kuning yang ada di piring ku.

" Mas, aku baru makan tiga sendok " Isaak ku.

" Kamu itu sudah gembrot, gak makan pagi gak bakalan mati " Astaga mas, aku tak tahan lagi Tuhan. Maafkan aku harus melepaskan pernikahan ini.

" Aku mau cerai mas " Teriak ku meneteskan air mata. Ia tak bergeming, tetap menikmati nasi kuning pemberian mbah mina. Ku usap dada ini.

" Sana angkat baju mu, rencana nya sudah makan juga aku mau ceraikan kamu. Aku sudah dapet istri yang lebih cantik, gak kayak kamu jelek item gembrot jerawatan lagi " Makinya tanpa menoleh dan tetap menyendokan nasi ke dalam mulut busuk nya itu.

Ku tinggalkan mas Adit yang masih makan, ku buka lemari memasukan baju ku dan juga baju tiara. Serta simpanan yang selama ini diam diam ku tabung, dua puluh juta walaupun tidak banyak, tapi cukup untuk keperluan tiara masuk SD. Ku ambil tas gandeng, dan ku masukan semua buku pelajaran tiara, tak lupa gawai ku yang kuno juga ku masukan dan juga buku nikah untuk proses perceraian.

Brak... Bunyi pintu kamar yang ku banting.

" Gak usah pake banting pintu, gak usah kebagusan kamu " Teriak mas adit dari dapur.

Ku dekati mas adit, aku lupa dia belum memberikan talak kepadaku " Talak aku mas " Ucap ku lantang. Sekuat tenaga aku menahan air mata. Aku tak ingin menangis lagi di depan laki laki biadab sepertinya.

" Asih bin Herman secara sadar aku memberikan talak tiga kepada mu, dan mulai hari ini kamu bukan istri ku lagi. Sudah pergi sana, muak aku liat wajah mu yang jerawatan itu " Usirnya tanpa perasaan.

Ku langkah kan kaki yang lemah ini, rasanya badan ini tak kuat menopang sakit hati yang begitu hebatnya, enam tahun pernikahan hanya karna fisik ku yang berubah lantas dengan semena mena ia memperlakukan ku, mencaci maki, bahkan saat menalak ku pun masih sempat mencaci tubuh ini.

Tunggu mas, ku buat kau menyesal karna tindakan mu, awas kau mas. Kau akan merasakan karma nya, hukum tabur tuai masih berlaku di dunia yang kau pijak ini.

Aku menggedor rumah mbah mina, kuceritakan segalanya kepada mbah yang ku anggap ibu ku sendiri. Aku tak berani mengadu kepada orang tua ku, mereka juga hidup susah di desa, jika aku menceritakan mereka pasti lebih sakit hati lagi dari yang aku terima.

" Sudah kamu tinggal di kontrakan mbah saja, nanti mbah minta tolong mas Reno mencarikan kamu pekerjaan yang waras, jangan jadi buruh cuci. Sayang ijazah SMA kamu sih " Ucap mbah mina yang memberikan sedikit kelgahan hati ku.

" Terimakasih mbah, maaf aku selalu ngerepotin " Balas ku, aku tak bisa membalas apapun hanya terimakasih yang bisa ku lontarkan sekarang ini.

" Ayo sini bawa barang mu, itu ada kontrakan mbah kosong satu, kamu tinggal saja disana dulu. Bayar nya nanti aja kalo sudah dapet kerjaan" Baik sekali tetangga ku ini, aku mengangguk dan mengucapkan terimakasih lagi kepada mbah.

Aku membuka pintu kontrakan kepunyaan mbah mina, ukurannya sama besar dengan kontrakan ku yang lama, hanya saja halaman belakang lebih luas aku bisa menanam untuk menghemat kebutuhan dapur.

Dengan hati yang hancur, aku mulai membersihkan kontrakan yang akan aku dan tiara tempati. Saat mencabuti rumput belakang rumah, mbah mina membawa banyak sekali perlengkapan dapur.

" Astaga mbah, mau di kemanakan sebanyak ini " Kaget ku, tak cukup sekali ia bolak balik membawa banyak barang.

Terakhir mas Reno membawakan kasur kapuk tipis " Ini dek, kasur buat kamu sama tiara. Mamak yang suruh bawa " Ujar nya kemudian berlalu.

" Terimakasih mas " Teriak ku, saat mas Reno sudah menjauh. Ia mengangkat tangan setelah mendengar teriakan ku.

" Asih, cepat bantu mbah sini " Teriak mbah mina dari depan pintu.

Ternyata ia membawa kursi panjang, dan sedikit kesusahan.

" Mau di bawa kemana mbah? " Tanya ku heran.

" Bawa masuk ayo " Ucapnya menuntun ku.

" Ini semua barang di gudang mbah, sama barang dapur yang gak kepake. Dari pada di makan rayap, mending kamu yang pake. Maaf ya asih mbah kasih barang bekas " Jelas mbah yang sedikit tak enak.

Aku meneteskan air mata, kupeluk mbah mina "terimakasih mbah, ini lebih dari cukup mbah "

Mbah mina mengusap matanya yang berair "sudah, kamu itu udah mbah anggep anak sendiri. Mbah sakit hati kamu selalu di caci maki suami kamu, mbah seneng kamu akhirnya tinggalin suami tak tau di untung itu, ini cuma barang sedikit. Kalo masih ada nanti mbah bawa lagi kesini. " Mbah mengelus punggung ku dan melepaskan pelukan kami.

" Kamu beresin barang ini, mbah mau cari lagi barang yang lain, gak usah nangis. Kamu harus olaraga, diet. Pake itu krim krim mulus itu, nanti mbah suruh istri Reno ngajarin kamu. Mbah dari dulu mau bikin kamu cantik, tapi gendek liat suami kamu. Kalo gak gini kan gak tau kalo dia cuma liat fisik kamu aja. " Geram mbah mina, aku mengangguk patuh.

Semakin kuat tekad ku untuk membuat mas adit menyesal telah menghina ku.

jangan lupa meninggalkan jejak👣

tab love, comment and vote ya kk

biar author semangat update

terimakasih 😘😘🙏🏻

Terpopuler

Comments

IndraAsya

IndraAsya

👣👣👣

2024-01-20

1

ciru

ciru

cakeep. ceritanya asik gak bertele-tele - Langsung TALAK 3 😆🤭

2023-07-30

0

SEPTi

SEPTi

kirain Reno belum beristri 😁

2023-01-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!