Tuhan tolong sembuhkan anak ku.

Lidah ku keluh, kaki ku reflek berlari menyampiri anak ku satu satu nya ini.

" Tiara... TIARAAA , " teriak ku, deguban jantung ini semakin keras, pikiran ku kacau. Aku panik sangat panik.

Ia mengiris kesakitan, memegangi kakinya. Tak henti ia menangis dan berteriak sakit, aku gusar.

Apa yang harus aku lakukan?,

Saat akan ku gendong, ia berteriak semakin kuat. Astaga Tuhan, apa yang harus aku lakukan? , air mata ini tak berhenti mengalir. Rasa sakit yang di alami tiara terasa hingga ke tubuhku bahkan lebih sakit.

Tuhan apa yang harus aku lakukan?

" Tolong, " Teriak ku pada akhirnya. Aku bingung apa yang harus aku lakukan.

Ku gendong tiara ala bridal style, ia berteriak keras sekali, aku tak kuat mendegar teriakan nya. Tuhan selamat kan anak ku, ku mohon. Biarlah aku yang merasakan sakit ini Tuhan. Biarlah aku yang merasakan sakit ini, deras air mata ini tak berhenti sama sekali.

Aku berlari ke rumah mbah mina, tiara tak berhenti berteriak.

Mengapa di saat seperti ini, rumah mbah mina terasa sangat jauh sekali.

Aku merapalkan banyak doa dalam hati, apapun ayat apapun ku doakan. Tapi hati ini tak tenang, tiara mengiris kesakitan. Dalam dekapan ku, oh Tuhan apa yang harus aku lakukan ?

" MBAH MINA, TOLONG MBAH, " Teriak ku sekencang mungkin, hingga tenggorokan ini kering rasanya.

Mbah mina tergopoh gopoh keluar rumah, berlari sambil membetulkan sarung kainnya.

" Ada apa asih, astagfirullah sih. Kenapa tiara? " Tanya nya dengan raut cemas, aku menangis sesegukan mengatakan kejadian yang menimpa anak ku.

Ia berlari ke dalam rumah, bergegas membangunkan mas Reno, yang memang sedang libur.

Dengan wajah yang baru bangun tidur, mas Reno dan mbak dewi menemani ku ke rumah sakit.

Ringisan dan teriakan tiara semakin menjadi jadi, aku gusar, aku harus apa, Tuhan tolong anak ku, Tuhan aku mohon.

Hanya doa yang dapat aku lakukan, " Kita ke rumah sakit nak, sabar ya. Mama sayang tiara, " Bisikan ku menenangkan nya.

Tangisannya sedikit reda, ia memegangi kakinya. Meringis kesakitan, aku tak tega melihat nya seperti ini, Tuhan aku mohon selamat kan anak ku. Tangan ku gemetaran, lutut ku serasa lemas.

Perjalanan ke rumah sakit yang hanya lima belas menit, terasa berjam jam.

Tiba di rumah sakit kami langsung menuju UGD yang kemudian di sambut oleh para perawat.

Dokter meminta padaku membaringkan tiara di brankar. Awalnya tiara memberontak tak mau lepas dari gendongan ku, sekuat tenaga aku membujuknya. Hingga ia mau di baringkan di ranjang dorong itu, aku yang di iringi mas Reno dan mbak dewi mendorong brankar bersama para perawat dan dokter.

Hingga tiara masuk ke dalam sebuah ruangan dan kami tak di izinkan masuk hanya menunggu di depan pintu.

Aku terkulai lemah, lutut ku tak kuat menopang berat beban ini, aku tersungkur di lantai.

Mbak dewi memeluku erat, bulir bening yang sedari tadi ku tahan akhirnya keluar. Aku menangis di pelukan mbak dewi.

" Sabar sih, mbak tau perasaan mu. Kita doakan saja tiara tidak mengalami luka serius, ayo sih kita doa bersama, " Ajak mbak dewi setelah melepas pelukan nya padaku. Mulut ini keluh menjawab ajakan mbak dewi, aku hanya mampu menganggukan kepala.

Kami bertiga berdoa di depan pintu, ku curahkan semua gelisah di hati ini, meminta pertolongan yang maha kuasa. Meminta perlindungan Nya untuk anak semata wayang ku, jikalau harus menukar masa hidup ku untuk kesembuhannya aku bersedia Tuhan, hanya keselamatan nya lah yang terpenting bagiku.

Bagaimana aku tidak gelisah cemas, dan entahlah rasanya pikiran dan perasaan ini kacau, Ini pertama kalinya tiara masuk rumah sakit, aku tidak tenang. Apa yang terjadi di balik pintu itu, rasanya ingin ku dobrak melihat anak ku, ia pasti menangis mencari ku. Ya Tuhan lindungi lah tiara di dalam sana, ia lah satu satunya harta ku, hidup ku, dan semangat ku.

Tak lama seorang pria berjas putih keluar dari sana, buru buru ku dekati. Ku usap kasar air mata ku.

" Dok, bagaimana anak ku? " Tanya ku langsung pada intinya.

Ia terlihat sedikit buru buru " Maaf Bu, anak ibu mengalami patah tulang. Akan segera kita operasi, apakah ibu sebagai keluarganya mengizinkan pasien kita operasi sekarang, karna pasien masih termasuk anak anak jadi membutuhkan izin orang tuanya. Jika ibu mengizinkan silakan tanda tangan surat ini, dan untuk adm yang lainnya bisa di urus setelah selesai operasi, ini bu silakan di baca secara cepat. Karna pasien tidak bisa menunggu lebih lama ! " Jelasnya terburu buru,

Perkataan dokter ini, seperti bumerang di hatiku, operasi, tiara akan di operasi.. Astaga bulir bening menetes di lembaran surat yang diberikan dokter muda tadi. Tangan ku gemetar, bagaimana aku bisa tanda tangan, dadaku sesak, mata ku buram. Aku tak bisa fokus, aku tak tau apa isi surat ini, hingga tangan mas reno mengambil kertas di tangan ku, ia menepuk pelan bahu ku, sedang mbak dewi yang juga menyimak dokter muda tadi merangkul pundak ku. Air matanya juga ikut membasahi lantai rumah sakit, kepala ku berat, aku tersungkur di lantai.

Pena yang ku genggam erat, di ambil mas reno, kemudian ia menandatangi surat setelah ia memberitahu ku jika operasi itu memang di butuhkan tiara, aku hanya mengangguk pasrah.

Dokter muda itu segera mengambil dokumen " Tenang saja bu, anak ibu tidak mengalami keadaan kritis yang parah, kami para dokter akan mengupayakan yang terbaik untuk kesembuhannya. Orang pertama yang ingin pasien sembuh adalah dokter, oke surat nya sudah di tanda tangani berarti keluarga setuju. Ibu bisa membantu dengan doa, baiklah saya permisi, " Dokter meninggalkan kami kemudian masuk lagi ke dalam ruang tindakan.

Sudah dua jam lebih, semenjak dokter muda itu meminta tanda tangan, tak ada tanda tanda pintu akan terbuka.

Kegusaran hatiku tak bisa di tahan, aku mendekat ke arah pintu, ingin rasanya ku dorong namun kuurungkan. Ku dekatkan telinga ini pada daun pintu ruang operasi tiara, aku tau jika itu usaha yang sia sia, itu pintu besi tak akan ada suara yang keluar dari pintu itu namun aku mencari peruntungan, siapa tau masih ada cela yang membuat ku bisa mendengar suara dari baliknya. Nihil, hening tak terdengar apa pun.

Mondar mandi di depan pintu itu tak menyurutkan rasa cemas di hatiku, mbak dewi mengajak ku duduk, dengan cepat aku menggelengkan kepala. Air mata yang semula berhenti kembali mengalir lagi. Kali ini ku biarkan ia mengalir, berharap rasa cemas ini hilang bersamaan jatuhnya air mata ku.

Setelah lewat tiga jam aku kesana kemari seorang dokter usia lanjut keluar dari ruangan yang sekuat tenaga ingin kudobrak itu, lantas aku langsung berdiri dan menghampiri dokter senior itu.

" Bagaimana anak saya dok?" Tanya ku tanpa basa basi.

Ia menghela nafas panjang " Tenang bu, operasinya berjalan dengan lancar. Hanya saja cidera di kakinya cukup parah. Anak ibu akan kami pindahkan ke ruang perawatan biasa sebentar lagi, karna masih membutuhkan perawatan intensif jadi pasien akan terus kami pantau. Ibu yang sabar, untuk sekarang pasien masih dalam pengaruh obat bius setengah jam dari sekarang ibu bisa berbicara dengan nya lagi. Terimakasih bu saya permisi dulu, "

Aku hanya fokus pada cidera kaki yang serius, bagaimana bisa begitu parah padahal hanya jatuh dari pohon ceri yang tingginya tidak lebih dari tiga meter. " Dok anak saya hanya jatuh dari pohon yang tingginya tidak lebih tiga meter, bagaimana bisa cidera di kakinya sangat parah? " Tanya ku tak percaya, mbak dewi dan mas reno hanya menyimak dan ikut mengangguk menyetujui pertanyaan ku.

" Maaf Bu, semua itu tergantung dari posisi anak ibu jatuh. Walaupun jatuh dari ketinggian tidak sampai satu meter tapi mengenai bagian yang fatal juga bisa cidera yang sangat parah. Saya sebagai dokter hanya bisa membantu penyembuhan nya dan mengatakan faktanya yang sesungguhnya, ada lagi yang bisa saya bantu bu? "

Aku menggeleng dan mengucapkan terimakasih, dokter itu tersenyum dan memanggil suster untuk membantu ku mengurus adm rawat inap.

Setelah selesai, aku kembali ke ruangan operasi tiara, perawat mempersilahkan ku masuk ke dalam ruangan.

Aku, mbak dewi, mas Reno dan beberapa perawat mendorong hospital bed tiara menuju kamar rawat inap. Kami keluar dari lift kemudian berjalan di deretan kamar VIP rumah sakit ini, jika dulu aku hanya bisa memesan kelas yang paling rendah bahkan tak sanggup rasanya menginjak rumah sakit karna hanya mampu berobat di puskesmas. Kini aku ingin tiara mendapatkan pengobatan yang layak, walaupun harus mengeluarkan lebih banyak biaya.

Tiara tertidur dengan damai di atas kasur, dengan kaki yang sudah di balut banyak perban kemudian di gantung di atas seutas kain. Tangan mungilnya terpasang jarum selang yang selama ini tak pernah ia rasakan, pasti rasanya sangat sakit. Tanpa sadar bulir kristal itu turun lagi, aku sedikit terisak. Ku elus pelan kepala nya, ia tetap diam tak merespon. Badan nya pucat, bibirnya tak begitu merah seperti biasanya. Perawat bilang itu adalah efek obat bius, jika pasien sadar maka rona wajah nya akan kembali seperti semula.

Aku keluar menemui mbak dewi dan mas reno, mereka pasti lelah menemai ku hampir setengah hari disini.

" Mbak, mas makasih sudah nganterin Asih kesini, maaf kalo asih ngerepotin. Mbak sama mas reno pulang duluan aja, mbak dewi kan lagi hamil muda gak boleh capek, tiara juga sudah stabil. Sekali lagi makasih mbak mas sudah menemin Asih disini. " Ujar ku tersenyum ke arah mereka.

Mbah dewi mengangguk " Ya udah nanti mbak dateng lagi ya, bawa perlengkapan kamu nginep disini. Sini kunci rumah mu mbak bawain baju kamu sama baju tiara, sekalian nanti mbak anterin makan, " . Baik sekali tetangga ku ini, ku peluk mbk dewi, mengucapkan terimakasih.

Lantas ku berikan kunci kontrakan ku pada mbak dewi, sebelum pulang mereka melihat tiara sebentar yang sudah pindah ke ruang rawat inap.

...............

" Nak, " Panggil ku saat kelopak mata tiara bergerak gelisah.

Ia melihat ke sekeliling, kemudian tersenyum dan menoleh pada ku " Ma, "

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

akhirnya update, setelah beberapa hari di cicil ngetik nya 😁.

jangan lupa meninggalkan jejak ya kk hehe

tab love comment and vote.

terimakasih 🙏🏻🥰

Terpopuler

Comments

ciru

ciru

patah tulang diurut ajah ke Cimande, gal perlu operasi !

2023-07-30

0

Uswatun Khasanah

Uswatun Khasanah

syukur2 suami baru y asih syg bgt asih y ank dan keluarga y. nerima apaadanya. cpt sembuh tiara y

2022-03-24

0

Nonny

Nonny

lenjut

2022-03-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!