Awal kesuksesan Asih

(Asih pov)

Setelah lama tidak bertemu mas Adit, ku pikir hati ini masih bergetar. Ternyata mas Adit telah pergi dari hati ku. Bahkan melihatnya pun tak ada lagi getaran di hati.

Pandangan memuja nya kala melihat ku, membuat ku geram kepadanya. Ini baru permulaan mas, tunggulah kejutan yang lainnya dari hasil caci maki mu.

Ku langkah kan kaki ku menaiki mobil yang baru ku beli dua hari yang lalu. Aku sengaja belum pindah dan menunjukan harta ku, mbak Ratna yang mengajarkan. Jika proses cerai belum selesai, mereka bisa menuntut harta gono gini jika mereka tau.

" Kamu liat tadi sih, mata nya melotot ngeliat perubahan mu, iler nya sampe netes. Hahahha " Mbak Ratna yang duduk di sebelah ku tertawa senang.

" Makasih mbak, semua ini berkat mbak. Asih tidak mungkin bisa seperti sekarang jika bukan mbak yang menolong asih " Ucap ku.

" Kamu ini, kita ini rekan bisnis. Liat ini asih followers mbak tambah banyak, penghasilan mbak juga meningkat pesat, bahkan salon sampe membludak semua itu juga karna kamu yang mau kerjasama sama mbak jadi jangan bilang kayak gitu. " Balas mbak Ratna.

Video perawatan ku, booming dan viral di youtube. Banyak yang menonton acara kami, sehingga pundi pundi rupiah berdatangan dengan cepat. Belum lagi salon mbak Ratna sangat ramai saat mereka tau aku perawatan disana. Mbak Ratna membagi setiap rupiah yang di dapatnya. Beribu ribu syukur ku ucapkan kepada yang maha kuasa, tak pernah ku bayangkan jika hidupku bisa seperti sekarang.

" Tapi mbak masih aneh, kok kamu bisa nyupir mobil? " Aku tersenyum mendengar pertanyaan mbak Ratna.

" Dulu mas Adit pernah ngajarin mbak, waktu awal nikah mas Adit itu bawa angkot. Sekalian aku di ajarin bawa mobil angkot " Jelas ku.

Susah senang bersama, tinggal di rumah gubuk peyot, aku tak pernah mengeluh. Hingga mas Adit bisa diterima kerja kantoran, barulah kami pindah rumah yang lebih layak. Ibu dan adik perempuan mas Adit juga di sewakan rumah oleh mas Adit, hanya saja beda lorong. Bapak nya sudah meninggal saat adiknya baru lahir. Jadi mas Adit yang jadi tulang punggung keluarga.

Aku tak pernah marah maupun menyinggung masalah gaji mas Adit sebanyak lima puluh persen di berikan kepada ibunya, asalkan kami masih bisa makan dan tiara masih bisa sekolah sudah cukup bagi ku. Bahkan uang sekolah tiara selalu aku yang bayar, tak pernah aku marah.

Hanya saja aku tak tahan perkataan pedas yang di lontarkan nya kepadaku, selalu membandingkan aku dengan istri teman kantor nya. Mencaci ku layaknya aku ini batu yang tidak punya perasaan. Belum lagi uang belanja yang kian hari tak masuk akal.

' Semoga saja bersama dahlia bisa langgeng sakinah mawaddah warohmah Amin. ' Batin ku

" Mbak rencananya mau buka cabang sih, tapi kamu yang jadi bos nya.... "

" Aduh mbak, Asih ini gak tau apa apa tentang salon, cuma tau nyuci rambut " Sela ku

" Mbak belum selesai Asih, kamu itu bos nya. Ya gak usah ngapa ngapain. Duduk Terima uang, kan ada pegawai yang kerja " Sambung mbak Ratna.

" Kenapa bukan mbak saja? "

" Mbak gak mau ribet, mbak mau program bayi tabung. Kata dokter gak boleh stres. Kamu mau ya, nanti mbak yang ajarin " Mbak Ratna memaksa ku.

Aku tersenyum dan mengangguk " Iya mbak, makasih... "

" REKAN BISNIS ASIH , gak usah makasih " Teriak Mbak Ratna menyela ucapan ku.

Lantas kami tertawa sepanjang perjalanan.

...............

" Mbak yakin gak mau jalan jalan dulu " Tanya ku setelah menurunkan kaca mobil.

" Mbak mau istirahat, besok mau ke dokter sih. Kamu hati hati ya " Teriak mbak Ratna di depan salon yang kini tiga kali lebih luas dari pertama kali aku melamar kerja.

Mbak Ratna membeli dua ruko di sebelahnya, dan menjebol dinding nya. Jadi tidak butuh waktu lama untuk melebarkan salon yang semakin ramai.

" Asih pulang mbak, assalamu'alaikum " Teriak ku melambaikan tangan.

" Waalaikum salam, sudah sana hati hati " Ia membalas lambaian tangan ku.

Sebelum pulang aku mampir ke mini market depan gang, wangi bubur kacang ijo milik warung mpok tija terbayang bayang di kepala ku.

Setelah ku tepikan mobil, lalu aku turun dan mengunci mobil.

" Bubur neng? " Tanya mpok tija yang sibuk mengaduk gula aren.

Aku menghitung dengan jari " Iya mpok, enam bungkus mpok. Campur ya, jangan pake es " Ucap ku yang duduk menunggu mpok tija membuatkan pesanan yang ku minta.

Mobil hitam parkir di samping mobil ku, keluar dua orang pria memakai baju hitam dan berkacamata hitam persis seperti film man in black yang ku tonton kemarin.

Berewok lebat menghiasi wajahnya, sangat jauh dari aktor tampan dalam film man in black. Seram batin ku.

" Neng... " Teriak mbok ija

" Astaga, iya mpok. Berapa? " Aku mengeluarkan dompet dan mengambil selembar uang merah kemudian menyerahkannya kepada mpok tija.

" Mpok panggil dari tadi, 30 ribu neng. Gede amat uang nya, gak ada yang lebih kecil? " Tanya mpok tija.

" Kembaliannya ambil aja mpok, makasih ya bubur nya " Sahut ku buru buru pergi.

" Eh neng, ini mah kebanyakan " Teriak mpok tija.

" Rejeki mpok, jangan di tolak "

" Makasih ya neng, semoga tambah banyak rejeki nya, tambah cantik, tambah pinter, tambah ........ " Teriak nya tambah kuat.

" Amiin mpok " Jawab ku, sebelum banyak tambah yang lainnya.

Ku tinggalkan mpok tija yang hobi teriak itu, " Mana lagi kunci mobil, tadi disini. Kok ilang ya " Gumam ku.

Ku edarkan pandangan, ternyata kunci nya jatuh di dekat tenda mpok tija. ' Mungkin saat mengeluarkan dompet tadi ' batin ku

Kebaya ini membuat ku sedikit susah berjongkok, hap. Aku berhasil mendapatkan nya.

Bugh...

Astaga, seseorang menendangku dan menumpahkan cairan hitam yang ternyata kopi di atas kepala ku.

Aku berdiri dengan kesal, dan melihat siapa yang begitu tidak sopan menumpahkan kopi di kepala ku yang hampir selama tiga jam menata rambut ini bersama mbak Ratna.

" Jangan menghadang orang jalan, maaf saja jika saya harus meminta maaf, salah anda sendiri yang berhenti di tengah jalan " Crocos berewok.

Si berewok men in black tadi yang menumpahkannya.

" Anda tidak mungkin buta saat melihat orang yang berhenti di tengah jalan. " Sentak ku yang tidak Terima.

Berewok itu mengeluarkan beberapa lembar uang merah dari dompetnya.

" Saya tidak butuh uang anda, segera lah meminta maaf! " Ucap ku lantang.

" Jika itu yang anda inginkan, saya tidak punya waktu, ini ambil lah sebagai ganti biaya perawatan rambut mu " Berewok menyerahkan lima lembar uang merah kepadaku.

Ku tepis tangannya, lantas ku injak kaki brewok menggunakan heels tujuh senti ini. Rasakan

Aku bukan lah Asih yang dulu, tak ada lagi ucapan manis kepada lelaki yang kurang ajar, apalagi tidak sopan terhadap wanita. Nikmatilah rasa sakit itu brewok.

Ku tinggalkan brewok yang kesakitan. Ia menjerit dan memaki kala mobil ku meninggalkan mini market.

..............

" Assalamu'alaikum mbah " Panggil ku yang menggedor rumah mbah mina saat aku telah selesai mandi dan berganti baju.

" Waalaikum salam Asih, ayo masuk " Ajak mbah mina.

" Ini mbah ada bubur kacang ijo, tadi Asih kepengen jadi sekalian beliin buat mbah " Ku serahkan empat bungkus bubur kacang ijo kepada mbah mina.

" Makasih yo Asih, kebetulan mbak dewi lagi ngidam bubur kacang ijo " Jawab mbah mina.

" Loh mbak Dewi lagi hamil ? " Tanya ku sedikit senang.

" Alhamdulillah, Iya baru di periksa tadi, baru empat minggu " Jelas mbah mina.

" Alhamdulillah, akhirnya dodi punya adek ". Ku dengar suara tiara yang tertawa riang di belakang rumah mbah mina.

" Tiara lagi main sama dodi di belakang. Jadi gimana pernikahan Adit, mereka masih mencaci mu? " Mbah mina memang tidak hadir, karna mas Adit melangsungkan pernikahan di kediaman mempelai wanita.

" Mereka gak kenal mbah, tapi bu sumi nuduh Asih jual diri, karna bisa cantik dan bawa mobil " Terang ku.

Mbah mina menggeleng " Sumi itu memang hatinya busuk, bagus kamu bisa lepas darinya".

" Iya mbah, Asih juga bersyukur bisa lepas dari keluarga mas Adit " Ucap ku tulus.

" Kamu yakin mau pindah dari sini sih? " Tanya mbah mina sedikit tidak rela.

" Asih yakin mbah, Asih lagi cari rumah yang di perkomplekan, sekalian boyong ibu sama bapak di kampung. Kasihan mereka sudah tua mbah, adek Asih juga bentar lagi mau kuliah. Sekalian kuliah di kota " Jawab ku.

" Bagus Asih, mbah bangga sama kamu. Nanti kalo pindah jangan lupa main kesini, mbah pasti kangen sama kalian " Mbah mina memeluk ku erat, aku menangis dalam pelukan mbah mina. Sebenarnya aku tak tega pergi jauh, tapi aku tak bisa tinggal berdekatan mas Adit. Aku tak mau jadi bulan bulanan keluarga nya lagi.

" Mbah jangan sedih, nanti Asih sama tiara sering main kesini. Asih sudah janji mau bawa mbah ke mekah. Sudah Asih pindah, nanti kita berangkat sama sama ya ".

Mbah mina mengangguk dalam dekapan ku, ku rasakan air matanya mengalir menetes di tangan ku, ku usap punggung tua mbah mina.

' Terimakasih mbah, Terimakasih sudah menyemangati Asih, terimakasih mbah mau menampung Asih, menyanyangi Asih dan tiara, saatnya Asih yang membalas kebaikan yang mbah berikan. Terimakasih mbah ' ucapku dalam hati.

Cairan bening ini tak berhenti mengalir, saat mengenang semua perlakuan mbah mina, memperlakukan ku layak nya anak kala mas Adit mengusir ku dan menceraikan ku. Saat itu aku tak punya apa apa, mbah mina lah yang memberikan ku tempat tinggal, makanan dan kasih sayang. Hanya mbah mina dari sekian banyak warga di perumahan ini yang bersedia menolong ku, selalu limpahkan kesehatan kepada orang orang yang menolong ku di saat susah Tuhan Amin. Doa ku dalam hati.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Mohon dukungannya kakak 🥰

Dan jangan lupa untuk meninggalkan jejak

Tab love and comment

Biar author semangat update 🙏🏻😁

Terpopuler

Comments

ciru

ciru

cakeep

2023-07-30

0

Miss GH

Miss GH

suka 😍 sampai bab ini aku lupa jejaknya, tapi favorite always.



bad wife hadir kak 😊

2022-03-22

0

Firly Rochnajati

Firly Rochnajati

cpt bgt sebulan langsung kaya dan langsing

2022-01-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!