NovelToon NovelToon

Istri Burik Berubah Cantik Karena Penghinaan Suami

perceraian

" Asih mana sarapan, mas mau makan " Teriak suami ku setiap pagi.

Bagaimana mau buat sarapan, uang belanja dijatah lima puluh ribu untuk dua hari, uang jajan anak, uang makan semuanya harus di cukupkan dengan uang sedikit itu.

Aku bergegas menuju meja makan " Gak ada yang bisa dimasak mas, stok di kulkas habis, beras habis " Keluh ku.

Brak..

Mas adit mengeprak meja. Astaga, jantung ku serasa mau copot.

" Trus uang lima puluh ribu kamu kemana kan? , kamu habisin buat ngisi badan mu yang gembrot itu, iya? " Tuduh nya.

Menetes air mata ini setiap suami ku sendiri mencaci tubuh ku ini, padahal aku begini karna hormon KB setelah melahirkan anak pertama kami.

" Jangan sok nangis kamu, ini uang lima ribu belikan aku nasi uduk di depan " Perintahnya

" Tapi beras habis mas, tiara belum sarapan " Ujar ku mengingatkan anak pertama kami yang masih TK

" Aku gak peduli, kamu sebagai ibu nya saja gak bisa ngatur keuangan. Ngutang dulu sana "

" Mas, uang itu cuma dua puluh lima ribu sehari. Gak cukup, untuk jajan tiara lima ribu, belum lagi buat kebutuhan dapur. Belum lagi buat bayar token listrik " Terang ku.

" Ibu ku saja bisa ngaturnya, kamu juga dapat upah nyuci. Uang itu jangan di keloni, bantu suami. Jangan cuma mau enaknya aja" Maki nya

" Tapi upah cuci buat bayar kontrakan mas " Bentak ku tak Terima. Biarlah ku lawan dia pagi ini, aku sudah tak tahan.

" Diam, udah jelek, gembrot berani bentak suami. Kalo bukan karna aku masih sudi menerima mu, kamu itu sudah jadi gembel di jalan " Bentak nya.

Mas adit pergi meninggalkan meja makan setelah puas mencaci ku.

Lutut ku lemas, aku terduduk di lantai. Air mataku mengalir tanpa henti. Dulu saat aku masih cantik tak pernah ia membentak ku, bahkan uang belanja selalu tercukupi bahkan lebih dan masih bisa ku tabung sedikit.

Baru setahun ini badan ku bertambah berat, kulit ku juga sedikit coklat. Dan wajah ku berjerawat. Karna hormon suntik KB yang baru terasa semenjak aku melahirkan anak pertama kami. Ingin ku berhentikan tapi aku tak sanggup jika harus menggandung dalam kondisi ekonomi yang seperti ini. Bidan pernah menawarkan spiral alat kontrasepsi tapi biaya nya mahal. Sedangkan mas adit jika berhubungan tidak mau memakai pengaman, tidak enak katanya.

Tok... Tok... Tok

Ku hapus air mata ini bergegas menuju pintu, setelah ku buka. Mbah mina yang datang membawa sepiring nasi kuning

" Kenapa matamu sembab sih, si gendeng itu bentak kamu lagi? " Tanya mbah mina yang sudah seperti ibu ku sendiri

Aku hanya menunduk dan meneteskan air mata.

" Kamu ini, tinggalin aja suami kayak gitu. Bisanya bentak caci maki, kamu aja yang sabar. Mbah dengernya gerem, ini ada nasi kuning. Selametan dodi, piring nya nanti aja di pulangin. Udah gak usah nangis, kalo kamu udah gak kuat tinggal aja di rumah mbah, mbah juga sayang sama tiara " Mbah mina menyerahkan sepiring nasi yang di bawa nya.

" Mbah..... " Teriak tiara dari dapur, anak ku berlari memeluk mbah yang sudah dianggap nya seperti nenek sendiri.

" Salim dulu sama mbah nak " Ajar ku pada tiara

Ia mengambil tangan mbah dan mencium nya. " Ma, tiara main ke rumah mbah ya , mau main sama dodi ( cucu mbah mina) " Pinta nya, aku mengangguk mengiyakan keinginan anak ku satu satu nya ini.

Mbah mina menepuk nepuk pundak ku " Nanti kamu gak usah masak, makan di rumah mbah. Nasi nya masih banyak, mbah cuma bawa sepiring nanti suami mu yang keenakan kalo mbah bawa banyak " Ucap mbah mina sebelum pergi.

" Iya mbah, terimakasih " Jawab ku lirih, mbah mina pergi menggandeng anak ku tiara. Mbah mina lah malaikat penolong ku saat mas adit berubah seperti sekarang.

Aku menutup pintu setelah mbah mina tidak kelihatan lagi. Ku letak kan nasi kuning pemberian mbah mina, dan ku makan setengah. Setengah nya ku sisa kan untuk mas adit.

Brak... Bunyi pintu di banting.

Aku terkejut dan berhenti Menyendokan nasi ke mulut.

" Ngomong gak ada uang, tapi masih bisa makan enak " Tuduh nya.

" Ini pemberian mbah mina mas, punya mu ada " Ku keluarkan nasi kuning yang setengah tadi.

" Kenapa cuma setengah, pasti kamu makan bagian ku kan. Gimana gak gembrot makan gak mikirin suami " Ku usap dada ini, kalo bukan karena tiara sudah lama ku tinggalkan dirimu mas.

" Mbah mina cuma kasih sepiring mas " Belaku tak Terima di tuduh nya

" Awas, sini piring kamu. Sana buatin aku kopi " Mas adit mengambil paksa nasi kuning yang ada di piring ku.

" Mas, aku baru makan tiga sendok " Isaak ku.

" Kamu itu sudah gembrot, gak makan pagi gak bakalan mati " Astaga mas, aku tak tahan lagi Tuhan. Maafkan aku harus melepaskan pernikahan ini.

" Aku mau cerai mas " Teriak ku meneteskan air mata. Ia tak bergeming, tetap menikmati nasi kuning pemberian mbah mina. Ku usap dada ini.

" Sana angkat baju mu, rencana nya sudah makan juga aku mau ceraikan kamu. Aku sudah dapet istri yang lebih cantik, gak kayak kamu jelek item gembrot jerawatan lagi " Makinya tanpa menoleh dan tetap menyendokan nasi ke dalam mulut busuk nya itu.

Ku tinggalkan mas Adit yang masih makan, ku buka lemari memasukan baju ku dan juga baju tiara. Serta simpanan yang selama ini diam diam ku tabung, dua puluh juta walaupun tidak banyak, tapi cukup untuk keperluan tiara masuk SD. Ku ambil tas gandeng, dan ku masukan semua buku pelajaran tiara, tak lupa gawai ku yang kuno juga ku masukan dan juga buku nikah untuk proses perceraian.

Brak... Bunyi pintu kamar yang ku banting.

" Gak usah pake banting pintu, gak usah kebagusan kamu " Teriak mas adit dari dapur.

Ku dekati mas adit, aku lupa dia belum memberikan talak kepadaku " Talak aku mas " Ucap ku lantang. Sekuat tenaga aku menahan air mata. Aku tak ingin menangis lagi di depan laki laki biadab sepertinya.

" Asih bin Herman secara sadar aku memberikan talak tiga kepada mu, dan mulai hari ini kamu bukan istri ku lagi. Sudah pergi sana, muak aku liat wajah mu yang jerawatan itu " Usirnya tanpa perasaan.

Ku langkah kan kaki yang lemah ini, rasanya badan ini tak kuat menopang sakit hati yang begitu hebatnya, enam tahun pernikahan hanya karna fisik ku yang berubah lantas dengan semena mena ia memperlakukan ku, mencaci maki, bahkan saat menalak ku pun masih sempat mencaci tubuh ini.

Tunggu mas, ku buat kau menyesal karna tindakan mu, awas kau mas. Kau akan merasakan karma nya, hukum tabur tuai masih berlaku di dunia yang kau pijak ini.

Aku menggedor rumah mbah mina, kuceritakan segalanya kepada mbah yang ku anggap ibu ku sendiri. Aku tak berani mengadu kepada orang tua ku, mereka juga hidup susah di desa, jika aku menceritakan mereka pasti lebih sakit hati lagi dari yang aku terima.

" Sudah kamu tinggal di kontrakan mbah saja, nanti mbah minta tolong mas Reno mencarikan kamu pekerjaan yang waras, jangan jadi buruh cuci. Sayang ijazah SMA kamu sih " Ucap mbah mina yang memberikan sedikit kelgahan hati ku.

" Terimakasih mbah, maaf aku selalu ngerepotin " Balas ku, aku tak bisa membalas apapun hanya terimakasih yang bisa ku lontarkan sekarang ini.

" Ayo sini bawa barang mu, itu ada kontrakan mbah kosong satu, kamu tinggal saja disana dulu. Bayar nya nanti aja kalo sudah dapet kerjaan" Baik sekali tetangga ku ini, aku mengangguk dan mengucapkan terimakasih lagi kepada mbah.

Aku membuka pintu kontrakan kepunyaan mbah mina, ukurannya sama besar dengan kontrakan ku yang lama, hanya saja halaman belakang lebih luas aku bisa menanam untuk menghemat kebutuhan dapur.

Dengan hati yang hancur, aku mulai membersihkan kontrakan yang akan aku dan tiara tempati. Saat mencabuti rumput belakang rumah, mbah mina membawa banyak sekali perlengkapan dapur.

" Astaga mbah, mau di kemanakan sebanyak ini " Kaget ku, tak cukup sekali ia bolak balik membawa banyak barang.

Terakhir mas Reno membawakan kasur kapuk tipis " Ini dek, kasur buat kamu sama tiara. Mamak yang suruh bawa " Ujar nya kemudian berlalu.

" Terimakasih mas " Teriak ku, saat mas Reno sudah menjauh. Ia mengangkat tangan setelah mendengar teriakan ku.

" Asih, cepat bantu mbah sini " Teriak mbah mina dari depan pintu.

Ternyata ia membawa kursi panjang, dan sedikit kesusahan.

" Mau di bawa kemana mbah? " Tanya ku heran.

" Bawa masuk ayo " Ucapnya menuntun ku.

" Ini semua barang di gudang mbah, sama barang dapur yang gak kepake. Dari pada di makan rayap, mending kamu yang pake. Maaf ya asih mbah kasih barang bekas " Jelas mbah yang sedikit tak enak.

Aku meneteskan air mata, kupeluk mbah mina "terimakasih mbah, ini lebih dari cukup mbah "

Mbah mina mengusap matanya yang berair "sudah, kamu itu udah mbah anggep anak sendiri. Mbah sakit hati kamu selalu di caci maki suami kamu, mbah seneng kamu akhirnya tinggalin suami tak tau di untung itu, ini cuma barang sedikit. Kalo masih ada nanti mbah bawa lagi kesini. " Mbah mengelus punggung ku dan melepaskan pelukan kami.

" Kamu beresin barang ini, mbah mau cari lagi barang yang lain, gak usah nangis. Kamu harus olaraga, diet. Pake itu krim krim mulus itu, nanti mbah suruh istri Reno ngajarin kamu. Mbah dari dulu mau bikin kamu cantik, tapi gendek liat suami kamu. Kalo gak gini kan gak tau kalo dia cuma liat fisik kamu aja. " Geram mbah mina, aku mengangguk patuh.

Semakin kuat tekad ku untuk membuat mas adit menyesal telah menghina ku.

jangan lupa meninggalkan jejak👣

tab love, comment and vote ya kk

biar author semangat update

terimakasih 😘😘🙏🏻

krim mulus mulus

Selesai sudah aku membersihkan kontrakan baru ini, jam sudah menunjukan pukul lima sore. Aku berjalan ke rumah mbah mina, mau menjemput tiara.

Dari jauh kulihat tiara sedang tertawa bermain dengan dodi cucu mbah mina. " Maaa.. " Teriak nya setelah melihat ku.

" Tante " Panggil dodi. Iya menyalimi tangan ku.

" Mana mbah mu di? " Tanyaku

" Ada di dalam tante " Ucap nya, setelah itu ia berlari bermain lagi.

" Assalamu'alaikum mbah " Salam ku di depan pintu kediaman mbah mina.

" Waalaikum salam, masuk sini sih " Jawab mbah mina, ia menarik ku ke dalam rumahnya.

Mbak dewi istri mas Reno sudah duduk di ruang tamu berserta perlengkapan krim krim mulus yang sempat di katakan mbah mina padaku.

" Asih " Panggil mbak dewi. Perempuan dua tahun lebih tua dari aku itu memeluku erat, ia meneteskan air matanya. Mungkin mbah sudah menceritakan masalahku kepada wanita cantik ini.

" Ini mbak kasih kamu krim muka. Kesel mbak denger cerita suami mu dari mamak. Kok bisa ada manusia kejem kayak gitu jaman sekarang. Kamu yang sabar, nanti mbak kasih rekomendasi skincare bagus untuk mu. Kamu harus cantik, buat dirinya menyesal melepas mu " Paparnya panjang lebar, membuat dadaku menghangat mendapat perhatian dari wanita cantik berparas ayu di depan ku ini.

Aku mengusap air mata ini " Terimakasih mbak. Mas adit selalu marah kalo aku beli krim muka kayak gitu, katanya ngabisin duit. Pernah aku beli, terus di lempar sama dia ke kotak sampah " Keluh ku mengingat kejadian beberapa bulan silam.

" Mulut nya aja koar koar mau istri cantik, istri pake krim muka malah di marahin, emang gendeng suami, eh mantan suami mu itu " Geram mbah mina.

Sore itu mbak dewi mengajarkan caranya memakai krim muka, aku yang cuma tau krim muka siang malam dan cuci muka pake sabun mandi. Jadi lumayan ngerti, ternyata gak cuma pake krim muka, ada tahapan nya. Ada untuk lap lap wajah, ada yang bentuknya kayak air ada yang kentel. Satu paket mbak dewi memberikan secara cuma cuma kepadaku. Aku benar benar merasa beruntung bisa merasakan kasih yang luar biasa di keluarga mbah mina.

Sebelum pulang ku peluk lagi mbak dewi " Makasih mbak, nanti kalo aku sudah dapet kerjaan. Aku bayar cicil krim wajah yang mbak berikan " Ucap ku tak enak hati.

Mbak dewi melepaskan pelukan kami " Kamu ini kayak orang lain, mbak kasih gratis gak usah di bayar. Nanti kalo kamu kerja mbak kasih tau dimana belinya. coba dari dulu mbak tau. Tak tempeleng mulutnya Adit itu, mana ada cantik modal dengkul " Sahut mbak dewi yang masih geram.

Aku tersenyum mendengar mbak dewi yang masih geram sama mas adit. Aku puas mbak makan hati tiap hari. Batin ku.

Sebelum pulang mbah mina mengajak kami makan malam. Pukul tujuh malam kami berpamitan, soalnya tiara masih sekolah, kasihan kalo tidurnya kurang.

...........................

" Ma, papa mana? " Tanya anak ku yang sudah berbaring di sebelah tubuh gembrot ini.

" Papa kamu ada nak, tapi mama sama papa gak bisa tinggal bareng lagi. Tiara ikut mama saja ya, tiara sayang sama mama kan? " Ucap ku mengelus rambut nya

Ia memeluk tubuh ku, " Tiara lebih sayang mama, papa gak pernah kasih tiara uang jajan. Papa juga sering bilang mama jelek, tapi bagi tiara mama orang paling cantik diiiiii dunia " Tanggan nya melebar kala mengucapkan dunia.

" Tiara gak suka sama papa, papa jahat. Papa sering marahin mama " Keluh anak gadis ku. Kuusap pelan rambutnya.

" Tiara gak boleh benci sama papa, walau bagaimana pun papa tetep papanya tiara. Sekarang kan kita udah gak tinggal di rumah papa lagi, papa gak marahin mama lagi. Jadi tiara gak boleh bilang papa jahat lagi ya? "

Kujarkan anak ku untuk berbakti pada orang tua, dia boleh marah dan merasa kecewa. Itu adalah hak nya tapi aku tak ingin tiara menjadi anak yang tidak tau sopan santun serta kurang ajar terhadap orang tuanya.

Wajah nya cemberut " Tiara gak bilang papa jahat lagi, tapi tiara tetep gak suka sama papa " Keputusannya membuat dada ini bergetar, lihat mas anak mu saja bisa menilai kalo kamu itu memang jahat. Batin ku

" Tidur ya nak, besok tiara kan sekolah " Pintar ku, ia mengangguk patuh.

Ku cium pelan kening anak ku, menetes air mata ini. kini aku akan berjuang untuk membesarkan tiara seorang diri. Walau kini jarak rumah kami dekat, aku tak akan membiarkan tiara menginap di rumah nya. Pasti dia sudah membawa istri yang di bilang nya cantik itu. Ku sapu air mata ini, benar aku mencintai mu mas, tapi teganya kamu mencaci ku terus menerus . Aku begini juga bukan karna aku yang mau.

Tiara sudah terlelap dalam pelukan ku, ku coba memejamkan mata, tapi cacian mas adit menggema di kepalaku. Ku cari gawai kuno yang sempat ku masukan tadi, walaupun kuno masih bisa nonton youtube. Ku pelajari cara olaraga melangsingkan badan.

Malam itu aku praktek, sulit memang. Apalagi badan ku yang masih pegal pegal setelah membersihkan rumah seharian. Tapi tekad ku kuat, hingga pukul dua belas aku menyerah setelah mencoba seluruh gaya olaraga, tinggal besok subuh. Setelah sholat subuh aku akan lari pagi. Ya aku harus cantik.

.....

Setelah menunaikan sholat subuh, aku membeli sarapan untuk ku dan tiara, tiara sudah ku mandikan dan siap berangkat sekolah. Hari ini aku mengantar tiara jalan kaki, biasanya mas Adit yang mengantar. Biarlah sekalian aku olaraga, ku gendong anak ku. Mulai dari jam enam aku sudah mengantarnya, sekolahnya cukup jauh tapi tak apa hitung hitung sekalian olaraga.

Seperempat perjalanan kami akan berhenti, tubuh ku memang sedikit lemah jika di ajak berjalan jauh. Lagi ku lanjutkan berjalan kaki.

Tin.. Tin... Bunyi klakson menghentikan jalan ku dan ku toleh ke belakang. Ternyata mas Adit yang sedang membonceng wanita yang memang cukup cantik berhenti di belakang kami.

" Tiara, ayo papa antar naik motor " Teriaknya kepada anak ku

Tiara mengeratkan pelukan nya dan menggeleng cepat.

" Kamu apain anak ku gembrot, pasti kamu manas manasin dia suapaya benci sama aku iya kan? " Tuduh nya

Semakin geram aku di buatnya, selama ini dia mau mengantar tiara di sekolah karna ada yang di incarnya bukannya aku tak tau, " Jangan fitnah mas, kalo dia gak mau aku bisa apa. Anak kecil saja tau kalo kamu itu gak baik " Bentak ku membalas omongan nya.

" Tiara mau sama mama " Pekik tiara dalam dekapan ku.

" Tunggu saja kamu gembrot, akan ku buat kamu menyesal sudah meracuni anak ku " Ancamnya

Mas Adit melajukan motor nya dan mendorong tubuh ku, hingga aku terjatuh ke tanah. Dan perempuan di bonceng nya itu tertawa melihat aku terjatuh. Warga yang melihat kejadian itu segera membantu ku bangun. Untung saja tiara aman dalam dekapan ku.

" Kamu gak papa mbak? " Tanya seorang gadis yang mengenakan seragam sma kepadaku.

" Makasih mbak, gak papa " Ucap ku menunduk malu, aku memilih pergi dari kerumunan warga. Bisa ku dengar banyak orang menyumpahi mas Adit, aku yang geram mengaminkan nya dalam hati.

Kami melanjutkan lagi perjalanan ke sekolah tiara, seragam tiara sedikit kotor. Ku bersihkan sebelum melepasnya masuk ke kelas.

" Nanti mama jemput ya nak " Ucapku ketika tiara menyalimin tangan ini. Tiara mengangguk dan meminta ku menunduk, aku mengikuti kemauan nya. Ternyata ia mencium pipi ku. Ku balas dengan mencium seluruh wajahnya.

Bel sekolahnya berbunyi, ia berlari dan meninggalkan ku di luar pagar. Ku pandangi anak semata wayang ku hingga ia memasuki kelasnya.

Tekad ku untuk olaraga setelah mengantar tiara semakin berkobar saat mendapat perlakukan kasar mas Adit barusan.

Aku berjalan hingga berlari kecil sepanjang jalan pulang, tak lupa aku menoleh kanan kiri mungkin saja ada lowongan yang tertera di dinding kaca toko.

Saat di pertengahan jalan pulang, ada kertas lowongan tertempel di dinding salon kecantikan. Kulihat lagi tubuh ini, apakah mungkin aku di Terima. Sebelum bejalan masuk aku berdoa, apapun yang terjadi yang penting aku berusaha.

" Permisi " Ucap ku setelah memasuki salon ini, salon ini cukup sepi, tapi pemiliki nya mencari pegawai. Ntahlah itu urusan mereka pikir ku

" Iya mbak, mau nyalon, Loh, ini mbak yang di serempet motor tadi ya? " Tanya nya. Ya Tuhan malunya aku, ingin rasanya kabur tapi sudah kecebur.

" Bukan mba, itu mantan suami saya dia cuma mendorong bukan menyerempet .maaf salon nya lagi cari pegawai ya? " Tanya ku hati hati.

" Loh mantan suaminya, kok gitu ya " Fokus mbak salon menanyai mantan suami ku. Sebenarnya tak perlu ku jelaskan sepertinya semua orang paham, orang yang di bonceng mas Adit cantik sedangkan aku gembrot begini.

" Mungkin lagi kesal mbak. Salon nya cari pegawai ya mbak ? " Tanya ku ulang.

" Iya kami lagi cari pegawai " Pemilik salon itu mengamati tubuh ku dari atas sampai bawah.

" Maaf mbak, sepertinya saya ngerti kenapa suami mbaknya gitu. Kerja disini saja, nanti saya ajarin cara ngerawat diri. tapi kerjanya cuma jadi tukang cuci rambut ? " Sambung pemilik salon

Aku mengangguk mengiyakan " Terimakasih mbak, aku memang lagi butuh kerja " Ucapku menyalami tangan pemilik salon.

" Panggil aja Ratna, kerjanya mulai besok ya, tapi gaji awalnya cuma satu juta. Kalo salon nya rame tak kasih bonus " Lanjut pemilik salon itu, senyum menggambang tercetak jelas di wajah ku. Terimakasih Tuhan, jalan hidup ini terasa di permudahkan.

Mbak Ratna yaitu pemilik salon memperaktekan cara mencuci rambut kepada ku, dan juga memberi tahu semua barang yang aku perlukan untuk pekerjaan ku, aku mengatakan jika aku memiliki anak yang harus ku antar jemput sekolah. Dan mbak Ratna tidak mempermasalahkannya dan memperbolehkan aku mengikut sertakan tiara di salon, karna mbak Ratna sudah berapa tahun menikah namun tak di karuniai seorang anak. Aku sangat berterimakasih kepadanya, sebelum pulang aku meminta no handphone mbak Ratna.

Rencana Tuhan memang ajaib, seperti sekenario telah di susun rapi. Masalah pekerjaan ku beres, aku tinggal membeli kebutuhan rumah. Karna tak mungkin aku makan selalu beli di luar, aku akan membeli kompor dan perabotan rumah lainnya yang seken. Biarlah aku mencicil sedikit demi sedikit. Akan aku buktikan kepada mas Adit, walaupun tanpa nya kami tidak akan jadi gembel di jalan.

Kompor bekas berserta tabung elpiji tiga kilo sudah tertata rapi di meja dapur. Keperluan mandi dan bumbu dapur sudah ku beli kemarin. Cukup lah ini dulu, uang ini harus ku hemat untuk tiara masuk SD. Aku mulai memasak karna tadi sempat belanja sedikit sayur.

Kami tak punya banyak perabotan, hanya kompor bekas, kipas pemberian mbah mina, perlengkapan dapur dari mbah mina. Kasur kapuk tipis juga dari mbah mina, dan juga kursi kayu untuk meletakan mangkok piring dari mbah mina. Yang penting bisa makan dan tidur sudah cukup untuk sekarang.

Jam menunjukan pukul sebelas, saatnya aku menjemput tiara, ku gunakan tabir surya pemberian mbak dewi kemarin dan payung hitam menemaniku berjalan menuju sekolah tiara.

Cukup lama aku berdiri di depan TK tiara, seorang ibu muda menghampiri ku " Loh bukannya mbak pembantu nya mas Adit ya " Seperti di tikam pisau aku mendengar ucapan perempuan di depan ku ini.

Kejutan apa lagi ini mas, tidak cukup kah kau menyakiti ku di rumah, harus kah aku menerima penghinaan juga di luar rumah. Panas matahari mengalahkan panas nya hati ku saat ini, akan ku buat kau memakan penghinaan yang selama ini ku Terima mas, tunggu saja.

jangan lupa meninggalkan jejak👣

tab love, comment and vote ya kk

biar author semangat update

terimakasih 😘😘🙏🏻

aku harus cantik

" Mama... " Teriak tiara setelah melihat ku.

Wanita yang mendekati ku terkejut, dan menunduk malu. Ia tau diri untuk pergi dan tidak menanyakan apa pun lagi.

" Ayo sayang, sini mama gendong " Ku gendong tiara, kami berjalan kaki. Sepanjang jalan pulang ia menceritakan yang di pelajari nya di sekolah.

Setelah sampai kontrakan, aku mandi dan juga memandikan tiara, kami makan siang berdua siang ini. Priuk bekas mbah mina sangat berguna untuk ku memasak nasi. Aku memberitahu tiara jika saat ini kami harus hidup hemat, untunglah anak ku ini pintar dan menurut.

Tok.. Tok..

Aku mencuci tangan kemudian bergegas membuka pintu, mertua ku berdiri di depan rumah.

" Mana buku nikah anak saya? " Todong nya. Tatapannya melihat seluruh isi rumah ku.

" Untuk apa bu? " Tanya ku was was.

" Saya mau menikah kan anak saya dengan orang yang lebih cantik, lebih kaya dari kamu, untung si Adit itu menceraikan kamu. Miskin kan kamu sekarang, rasain. Gak pernah nurut sama suami, sudah bagus tinggal sama anak saya masih belagu. Mana sini buku nikahnya, saya mau urus perceraian Adit " Mertua ku masuk ke dalam rumah memakai sendal dan menggeleda seluruh isi rumah.

Aku langsung berlari ke dalam kamar, jangan sampai uang itu terlihat olehnya, ku ambil buku nikah kami dan memberikan nya kepada ibu mas Adit.

Ia merampas dari tangan ku " Gak perlu kamu simpan buku ini. kenapa, gak mau cerai dari anak ku. Jangan pikir Adit masih mau nerima kamu, udah jelek miskin lagi. Kamu gak usah hadir dalam sidang perceraian Adit, biar lebih cepet cerai nya " Ancam nya sebelum ia melangkah keluar.

Ya Tuhan, ku usap dada ini. Tiara yang semula asik makan, ikut terbengong melihat sang nenek melontarkan kalimat tidak enak di dengar itu.

Mbah mina muncul setelah ibu mas Adit pergi.

" Ya gusti sih, kamu gak di apa apain sama nenek lampir itu ? " Tanya nya khwatir.

Mbah mina mendekat ke arah ku yang sedang memeluk tiara. " Enggak mbah, ibu cuma minta buku nikah, mau di sidang " Jelas ku.

Mbah mina menggeleng kan kepalanya " Wajar anak nya gitu, loh induk nya juga gitu. Maaf ya sih. Mbah sudah kesel ". Ucapnya duduk di samping kami.

Aku melepaskan tiara yang sudah tidak takut lagi " Gak papa mbah, sudah bukan ibu ku lagi. Lagian selama nikah juga gak pernah di anggep anak " Jujur aku mengatakan kepada mbah mina.

" Bagus lah kalo mereka yang mau urus, kamu gak susah bayar biayanya. Gak bagus juga di tunda tunda, siapa tau jodoh baru kamu sudah dekat " Canda mbah mina.

Aku tersenyum mendengar kata jodoh " Asih mau fokus sama tiara aja mbah, belum kepikiran sampe kesana. Lagian gak ada yang mau juga sama asih, sudah janda anak satu penampilan juga gini, harta juga gak ada " Terang ku.

Miris memang, tapi itulah kenyataan hidup.

Mbah menepuk pelan kaki ku " Jangan pesimis, selagi masih bernapas nasip masih bisa berubah. Kalo kamu sudah sukses, sudah kaya jangan lupa sama mbah " Mbah mina tertawa setelah mengatakannya.

Aku pun ikut tertawa, " Amin mbah. Do'ain aja asih cepet sukses, tak bawa mbah ke mekah bareng ibu di kampung " Ucap ku. Di amin kan oleh mbah mina dan tiara.

" Mbah, asih sudah dapat pekerjaan. Di salon, maaf mbah baru bilang sekarang. Aku tak enak merepotkan mas Reno, pasti sulit mencari kerja buat asih. Gajinya lumayan mbah, nanti kalo sudah dapet asih bisa bayar kontrakan " Jelas ku pada akhirnya. Tak ingin lagi aku merepotkan keluarga mbah mina, tak enak hati lebih tepatnya.

" Baguslah kalo sudah dapet, kamu harus buktiin sama mereka kamu bisa hidup Walaupun gak sama mantan suami gendeng kamu itu lagi. Bayar kontrakan nanti aja, kalo keuangan kamu sudah stabil, mbah ini sudah tua, anak ya cuma mas Reno pekerjaan udah ada, gak begitu butuh uang " Beribu ribu syukur aku ucapkan kepada Tuhan, yang memberiku tetangga sebaik mbah mina. Semoga saja Tuhan melancarkan setiap jalan ku sehingga aku bisa membalas kebaikan yang beliau berikan.

" Nanti kalo kamu kerja, tiara titip sama mbah saja. Kasian dodi gak punya temen main " Sambung nya lagi.

Aku mengangguk mengiyakan ucapan mbah, dari pada tiara bosan di salon lebih baik ia membantu mbah mina di rumah sekalian bermain bersama dodi.

" Mbah pulang dulu ya, mau tidur siang. Kalo mertua mu datang lagi, panggil mbah aja, tak tempeleng mulut nya itu, kok masih mencaci maki. Ngasih kehidupan yang layak juga nggak " Cercar mbah mina.

" Iya mbah, siap " Jawab ku. Kemudian menyalimi tangan mbah, tiara juga mengikuti yang ku lakukan.

Selesai makan, tiara berlajar menggambar, dan aku melakukan olaraga yang ku tonton di youtube semalam. Aku melompat lompat di halaman belakang, kebetulan halaman itu cukup rindang karna ada pohon ceri yang besar di sudut halaman. Aku berlari melompat dan mengikuti semua gerakan di youtube. Badan ku berkeringat basah, hingga baju ini bisa di peras. Tiga jam lebih aku merenggangkan badan.

Selain olaraga aku mengatur pola makan, saat menjelang sore, ku titipkan tiara di rumah mbah mina. Aku joging keliling lapangan di lorong sebelah. Aku berlari lima putaran, kemudian istirahat. Aku duduk berteduh di bawah pohon rindang.

Dari jauh kulihat mas Adit membonceng wanita yang menertawakan aku pagi tadi berhenti di ujung lapangan ini. Ternyata mereka membeli bakso yang di jual di ujung lapangan dan membungkusnya membawa pulang untung saja tidak makan di tempat.

Dulu sekali awal menikah mas Adit juga sering membawakan makanan dari luar, dengan senyuman tulus aku menyambut apapun yang di belinya.

.

" Mas.. !" Pekik ku bahagia kala suara motor mas Adit berhenti di depan rumah.

" Dek, mas beliin bakso. Ayo kita masuk " Aku tersenyum menerima bungkusan bakso dari tangannya. Mas Adit menggandeng tangan ku masuk ke dalam rumah.

.

Ah sudahlah buat apa mikirin lelaki biadab itu, lebih baik aku lanjutkan joging sore ntar keburu malam.

Ku paksa badan ini untuk berkeliling sepuluh putaran lagi. Langgit sudah gelap, jadilah hari ini bisa lari lima belas putaran. Aku bergegas ke rumah mbah mina menjemput tiara.

Setelah sampai aku berterima kasih dan berpamitan pulang. Aku memandikan tiara uga mandi. Kami sholat maghrib bersama. Kemudian menyantap makan malam, aku hanya makan sayur sedikit nasi dan minum air putih.

Jam delapan malam tiara tertidur lelap. Sebenarnya gaji sejuta tidak cukup untuk biaya kami sebulan, aku harus memikirkan cara lain.

Sebelum tidur aku memakai serangkaian skincare pemberian mbak dewi, walaupun baru dua hari muka mu memang terasa lebih segar. Semoga saja krim krim ini bisa membantu ku. Doa ku dalam hati.

Pagi sekali aku telah bangun, dan membuat beberapa jenis gorengan. Untuk ku titipkan di tukang kue depan gang. Walaupun uang receh, jika menghasilkan tak akan ku sia siakan. Jika dulu mas Adit akan memakan semua gorengan yang aku buat bahkan dibagikan ke ibu dan saudaranya. Sekarang gorengan ini bisa menghasilkan sedikit rupiah. Sebelum melempem segera ku antar gorengan ini. Sepulang nya aku memandikan anak ku, dan menyuapi nya makan.

Seperti biasa kami berjalan kaki pergi ke sekolah tiara. Setelah mengantar tiara aku langsung bekerja di salon. mbak Ratna sangat baik padaku, ia mengajari ku cara merawat diri, dan cara menggunakan masker.

Mbak Ratna memaksa ku menceritakan tentang mas Adit. Sebagai wanita ia membara, lantas aku di kasih perawatan gratis dengan syarat perawatan yang kujalani di upload ke vlog youtube, dan penghasilan youtube di bagi dua.

Alhamdulillah, baru semalam aku merencanakan menambah penghasilan , dan Tuhan menjabah doa ku. Pengikut mbak Ratna ternyata banyak, wajar beliau tidak pusing salon nya sepi, ternyata pemasukannya dari youtube sudah lebih dari cukup, dan salon ini mbak Ratna menjalankanya karna hobi.

Terimakasih Tuhan, kau memberikan orang baik di setiap jalan yang aku ambil. Syukur ku dalam hati.

Jam menunjukan pukul sebelas tiga puluh, aku meminta izin kepada mbak Ratna menjemput tiara , setelah mengoleskan tabir surya ku buka payung hitam yang setia menemaniku berjalan di bawah terik panas matahari.

Malaikat kecil ku berlari senang melihat ku, setelah mengantarnya pulang. Aku kembali ke salon untuk memulai rencana kami.

" Sudah siap kamu asih, " Semangat mbak Ratna.

Aku mengangguk mantap, " Siap mbak, "

" Baiklah, ayo kita buat kamu menjadi cantik. Biar lelaki biad*b itu ngences liat perubahan mu "

Kilatan membara terpancar jelas di mata mbak Ratna.

Mohon dukungannya kakak 😘

Dan jangan lupa untuk meninggalkan jejak

Tab love and comment

Biar author semangat update 🙏🏻😁

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!