Episode 9

Komandan Jigan bertugas untuk menjaga pintu masuk ke markas bawah tanah. Sebanyak pasukan yang ada, tidak semua orang mampu menjaga pintu masuk ini dengan keadaan hidup. Kebanyakan dari mereka mati dan berubah menjadi Zombie. Apalagi dengan adanya kelompok bandit yang masih beroperasi di sekitaran wilayah ini.

Mati satu tumbuh seribu. Itulah kalimat yang pantas untuk mereka. Karena ketika satu kelompok habis, maka akan muncul lagi kelompok yang baru. Mereka tidaklah sekuat kelompok sebelumnya, hanya saja mereka selalu bergerombol dengan persenjataan yang lengkap. Dengan jumlah orang dan amunisi yang banyak, mereka sulit untuk dikalahkan.

Mereka sama sekali tidak ahli dalam menembak, tapi jika jumlah mereka lebih dari sepuluh orang, maka akan sangat memungkinkan bagi mereka untuk menang. Para kelompok bandit ini juga tengah menghadapi masalah yang sama. Mereka juga harus berjuang melawan para Zombie yang berasal dari kelompok mereka sendiri.

Hal yang paling tidak mereka sukai adalah para dokter dan tentara pemerintah. Karena mereka menganggap bahwa awal dari semua permasalahan ini adalah ulah dari para dokter dan juga para tentara yang menutupi kegilaan mereka. Padahal, pemerintahan ini juga sama-sama telah menjadi korban. Walaupun mereka memang sedikit teledor dalam menanggapi pernyataan dari Dennis.

Tapi tak ada alasan yang menguatkan para bandit untuk melakukan pemberontakan dan juga kejahatan. Dalam keadaan seperti ini, mereka lebih mementingkan perut dari pada kemanusiaan. Bagi mereka, demi menghilangkan rasa lapar, maka kekejaman perlu dilakukan. Etika tidak berguna lagi di masyarakat. Yang terpenting mereka bisa makan. Sekali pun yang dimakan adalah daging manusia.

"Komandan? Sampai kapan kita akan berjaga di tempat busuk ini?" ucap Lukas.

Lukas memang orang yang tidak pernah bisa bersikap sopan kepada pimpinan. Apalagi dia orang yang dekat dengan minuman keras. Agar tidak bosan saat bertugas seperti ini, tangannya tidak akan lepas dari botol minuman. Dulu Lukas orang yang sangat religius, tapi setelah dia kehilangan istri dan anaknya, dia mulai berontak. Dan lari ke minuman keras sebagai sahabatnya.

Namun Lukas masih bisa dikontrol. Meski pun dia tidak bisa bersikap sopan, tapi dia orang yang patuh kepada tugasnya.

"Jangan ngelantur Lukas. Belajarlah untuk tetap mengendalikan dirimu. Kita sedang melakukan tugas kemanusiaan. Tugas yang sangat mulia Lukas. Itulah hal yang aku dapatkan dari dirimu yang dulu." jawab Komandan Jigan.

"Hah! Entahlah Komandan. Terkadang aku merindukan diriku yang dulu. Tapi apa mau dikata, aku sudah nyaman dengan kehidupan ku yang sekarang. Dulu, aku selalu mengatakan kepada orang-orang di gereja untuk bersabar dan berdoa kepada Tuhan untuk keluarga mereka yang telah pergi. Namun saat aku sendiri yang kehilangan keluargaku, aku sangat jarang berdoa untuk mereka. Bahkan, aku sekarang telah memberontak pada diriku sendiri."

"Sabarlah sahabatku. Suatu hari nanti, kau akan kembali lagi. Seperti dulu. Lukas, orang yang menjadi panutan semua orang yang ada di markas."

"Haha! Kau sama sekali tidak lupa denganku ya?"

"Aku sama sekali tidak lupa. Dan tidak akan pernah lupa sampai kapan pun Lukas. Aku adalah sahabatmu. Keluargamu. Pertama kali aku melihatmu seperti ini, aku merasa sangat sedih. Tapi aku akan tetap menerima mu Lukas, sama seperti dulu."

"Yah! Aku harap dunia segera berubah. Begitu pula dengan orang-orangnya."

"Berusaha sebaik mungkin, hanya itu yang bisa kita lakukan. Dan jangan lupa berdoa kepada Tuhan."

"Oh ya! Aku benci kalimat terakhir."

Komandan Jigan hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala. Hatinya merasa sangat sedih melihat kenyataan bahwa sahabatnya telah berontak dari keyakinan yang dulu sangat ia pegang teguh. Namun bagaimana pun juga, Lukas masih tetaplah orang yang sama. Dia masih mau berbagi dan berkorban dengan orang lain. Kulitnya yang mulai keriput menandakan Lukas sudah semakin tua.

Lukas sudah menjalani berbagai misi pertempuran yang sulit, dengan medan yang tidak menentu dengan Komandan Jigan. Lukas sebenarnya jauh lebih berpengalaman, dan sering mendapatkan kenaikan pangkat. Namun saat misi itu dilakukan bersama Komandan Jigan, ia akan lebih memilih untuk menjadi anggota. Karena menurut Lukas, Komandan Jigan jauh lebih cerdas darinya.

Komandan Jigan selalu tenang dalam menghadapi segala situasi. Dia tidak pernah terlihat panik. Bahkan saat semua ini dimulai, Komandan Jigan bersikap seolah tidak ada apa-apa. Hal itu memanglah sebuah kepalsuan. Pada dasarnya, Komandan Jigan sendiri tidak pernah tidur nyenyak, barang sebentar pun. Karena dia selalu mengingat wajah-wajah orang yang pernah ia bunuh.

Namun karena dia seorang pimpinan, dia harus tetap kuat agar semua anggotanya tidak melemah. Agar mereka semua tetap bisa bertahan dalam kondisi apa pun. Karena saat ini, orang seperti merekalah yang paling dibutuhkan. Ditinggalkan oleh orang-orang yang mereka sayangi sudah menjadi hal yang lumrah. Mau bagaimana lagi? Hidup tetap harus berlanjut.

...****************...

"Kita tidak bisa tetap berada di tempat ini Jason. Kita harus menyebarkan pasukan ke seluruh kota. Kau bisa menjadi seorang pemimpin." ucap Sam pada Jason.

"Sam, aku hanya ingin melihat kedamaian di tempat ini. Aku tidak peduli, apakah aku bisa menjadi seorang pemimpin atau tidak. Yang terpenting bagiku adalah, aku bisa menolong orang-orang yang memang membutuhkan pertolongan. Kita juga harus bersikap sopan kepada para pendatang dari Indonesia. Mereka sedang berusaha untuk membantu kita, mengembalikan keadaan."

"Apa kau yakin dengan mereka Jason?"

"Apa maksudmu Sam?"

"Selama aku menjadi tentara dan menjalankan misi bersama mereka, mereka inilah yang memegang kendali. Entah kenapa, pemerintah kita selalu mempertemukan kami semua dengan mereka. Mereka selalu menjadi yang paling unggul Jason. Jika kau tidak berhati-hati, maka merekalah yang akan menguasai segalanya."

"Seperti yang aku katakan sebelumnya Sam, aku tidak akan memikirkan kekuasaan. Siapa pun yang nantinya menjadi seorang pemimpin, aku akan membelanya. Kau sudah lihat bukan? negara ini sekarang sudah hancur. Aku tidak yakin jika kita bisa membangunnya kembali dengan tangan kita sendiri. Kita sangat membutuhkan mereka Sam, dan kita juga harus menghormati mereka. Mereka telah melewati berbagai hal untuk sampai ke tempat ini. Hanya mereka yang mau mengirimkan pasukan ke negara. Walau pun jumlah mereka sedikit, tapi mereka semua adalah orang-orang yang kuat dan sudah sangat terlatih. Mereka memiliki pengalaman tempur jauh lebih banyak dari pada kita."

"Ya. Kau memang selalu benar."

Sam terlihat tidak suka dengan pendapat Jason yang lebih membela mereka, yaitu Komandan Jigan dan pasukannya. Sedangkan menurut Jason, dia sendiri sudah melakukan hal yang benar. Karena kehormatan memang pantas untuk diberikan kepada seorang Komandan Jigan. Dia sudah melalui berbagai kesulitan untuk sampai ke tempat ini.

Semua itu tidaklah mudah untuk dilakukan. Apalagi dengan keadaan negara ini yang terbilang sangat parah. Pemerintahan sudah tidak berjalan lagi. Setiap orang harus berjuang sendiri-sendiri untuk bertahan hidup. Militer bahkan terlalu pengecut untuk melakukan sesuatu. Banyak tentara yang selamat kemudian melucuti semua pakaian mereka.

Agar tidak ada orang yang mengenali mereka sebagai seorang tentara. Karena memang alasannya pun sudah jelas, kalau para tentara di negara ini juga sedang diburu oleh masyarakat. Ada beberapa orang yang melakukan penghasutan kepada masyarakat, kalau pemerintah sebenarnya sudah bekerjasama dengan para tentara untuk membuat kekacauan ini.

Hal itu sangatlah sama sekali tidak benar, tapi masyarakat tiba-tiba memanas, dan memburu setiap tentara yang ada. Si penghasut juga mengaku, kalau dia adalah orang penting yang bekerja di pemerintahan, dan membelot karena alasan membela masyarakat. Kebanyakan orang-orang yang terhasut adalah orang-orang kelas bawah, yang kesulitan menghadapi masalah ekonomi.

Dari permasalahan sosial itulah, si penghasut memanfaatkan keadaan, dengan mengatakan kalau pemerintah memang dengan sengaja melakukan penyerangan senjata biologi kepada rakyatnya sendiri, untuk mengurangi populasi. Karena situasi sedang sangat genting, ditambah lagi dengan si penghasut yang pandai bicara, maka masyarakat pun akhirnya percaya.

...****************...

Dennis mengatakan semuanya, saat Komandan Jigan mempertanyakan soal keberadaan para tentara pemerintah yang masih tersisa. Dennis meyakini, kalau memang semua ini sudah direncanakan dengan sangat matang. Jika melakukan perang fisik, maka pihak musuh akan sangat mudah dikalahkan. Tapi jika pihak musuh melakukan hal semacam ini, maka kemungkinan mereka untuk menang akan semakin besar.

"Jadi? Kau masih berfikir kalau negara Sanda yang melakukan semua ini?" tanya Komandan Jigan.

"Benar. Aku tidak bisa menghilangkan fikiran itu. Aku selalu mendapatkan firasat yang sama saat aku mencoba berdoa. Aku tidak pernah bisa melepasnya. Aku tahu, tidak semua orang di negara Sanda memiliki perilaku yang radikal. Tapi kenyatannya, negara Sanda adalah negara konflik, dimana hampir semua penjahat perang dilahirkan di tempat itu."

"Kita tetap harus berfokus pada pemulihan, Dennis. Kau tidak bisa terus menerus memikirkan hal itu. Setelah wilayahmu dipastikan aman, kita akan mendapatkan bantuan anti-virus. Dan semuanya akan kembali seperti sedia kala. Atasanku memberi kabar baik untuk kita, kalau sekarang jumlah Zombie dan juga orang yang terkena infeksi sudah semakin sedikit. Sabarlah Dennis, tidak akan lama lagi, semuanya akan usai."

"Aku berharap demikian Komandan Jigan. Tapi bagaimana pun caranya, kita harus mencari tahu akar permasalahan yang sebenarnya. Jika memang terbukti kalau para penjahat perang hanya menginginkan kehancuran negara ini, maka negara ini akan benar-benar hancur Komandan Jigan. Aku yang sekarang memegang sebagian besar kekuasaan akan dimintai pertanggung jawaban."

"Tidak perlu khawatir Dennis. Tidak akan kami biarkan satu orang pun menyalahkanmu. Kau sudah berusaha keras untuk memberitahu mereka yang sebenarnya. Beberapa negara sahabat sekarang bisa menangani wabah mengerikan ini berkat dirimu Dennis."

"Yah. Hanya beberapa Komandan Jigan."

"Beberapa jauh lebih dari pada tidak ada sama sekali. Sekarang, fokuslah terhadap tujuanmu untuk membangun kembali negara ini. Aku akan membantumu. Kami semua ada di sampingmu Dennis. Percayalah, suatu saat nanti kau akan berhasil."

"Terimakasih Jigan. Kau benar-benar keluargaku."

"Sama-sama Dennis. Sekarang, ayo kita atur rencana untuk selanjutnya. Aku tidak bisa terus menerus berada di satu tempat. Masih banyak orang yang membutuhkan pertolongan kita semua. Apa kau punya senjata bagus?"

"Aku memiliki banyak sekali senjata. Tapi hanya sedikit orang yang mampu menggunakannya."

"Kalau begitu, tunjukkan padaku."

"Ayo!"

Dennis lalu mengajak Komandan Jigan ke sebuah ruangan penyimpanan senjata pribadi milik Dennis. Di sana terdapat senjata dan juga amunisi dalam jumlah yang sangat banyak. Ada juga bahan peledak, seperti granat, bom waktu, ranjau darat, dan lain sebagainya. Semua itu dibuat oleh Billy sebelum dia meninggalkan tempat ini.

"Wow! Ini sangat luar biasa Dennis." ucap Komandan Jigan kagum dengan ruangan senjata itu.

"Ini semua hasil kerja keras semua orang. Dulu tempat ini hanyalah sebuah tempat kumuh berukuran dua kali dua meter. Sekarang, ukurannya setengah dari lapangan sepak bola. Kau bisa menemukan segalanya disini, Jigan. Tapi aku punya senjata bagus yang sudah aku siapkan khusus untukmu. Mari aku tunjukkan."

Dennis membuka sebuah lemari yang memiliki tinggi seperutnya. Dia membuka lemari itu, dan menunjukkan sebuah senjata varian AK-47 yang sudah dimodifikasi dengan sangat baik.

"Senjata ini aku pesan dari saudaraku. Dia bekerja di sebuah pabrik senjata ternama di Rusia. Ini versi terbaik dari yang terbaik. Untuk mendapatkan senjata ini, aku harus merelakan dua mobil kesayanganku. Senjata ini tidak mudah macet, bahkan jika ditenggalamkan dalam lumpur selama berhari-hari. Agar ketahanannya tetap terjaga, pelurunya juga harus menggunakan peluru khusus."

"Ini sangat indah Dennis. Aku pernah mendengar ada senjata AK-47 versi seperti ini. Hanya saja aku tidak mampu membelinya."

"Sekarang kau bisa memilikinya jika kau mau, Jigan. Harga sudah tidak berarti lagi untukku. Yang terpenting bagiku adalah, tetap memiliki keluarga. Keluarga adalah segalanya. Jaga senjata itu dengan baik. Bawalah kemana pun kau pergi. Jika suatu hari aku ditakdirkan untuk mati, maka aku bisa mati dengan tenang. Karena benda berhargaku berada di tangan yang tepat. Gunakanlah dengan bijak, Jigan. Jangan mengecewakanku."

"Aku akan menggunakannya sebaik mungkin Dennis. Dan aku juga akan memberikannya kepada orang yang tepat suatu hari nanti."

"Hitung saja itu sebagai tanda terimakasihku kepadamu. Di dalam kotak kecil ini ada sebuah surat untuk pemerintahmu. Jika aku mati, kaulah yang akan menyampaikannya kepada mereka."

"Kau akan menyampaikannya sendiri Dennis. Aku akan mengantarkanmu jika semuanya sudah benar-benar aman."

"Ya! Sekarang, ayo kita ke ruangan pusat. Aku ingin menunjukkan peta seluruh wilayahku kepadamu."

"Baiklah."

Komandan Jigan pun membawa senjata itu dipunggungnya, dengan beberapa magazin yang ia taruh ke dalam tas kecilnya. Mereka berdua menuju ke ruangan pusat untuk melihat peta gambar seluruh wilayah yang Dennis kuasai. Agar mereka bisa menyusun rencana baru untuk melakukan pembersihan. Baik para bandit maupun para Zombie.

Di beberapa tempat juga masih ada warga sipil yang belum berhasil di selamatkan. Mereka terjebak di tengah keributan antara kelompok bandit dan gerombolan Zombie.

"Komandan Besar, kami mendapatkan laporan lagi dari orang yang sama. Dia bilang kalau dia sudah menembak kedua anaknya. Kedua anaknya terinfeksi." ucap salah satu operator komunikasi kepada Dennis.

"Bagaimana bisa? Bukankah dia sudah mendapatkan obat dari kelompok Jason?"

"Memang benar Komandan Besar. Tapi sayang, obat itu berhasil dirampas oleh satu ketua bandit. Namanya adalah Varas. Dia adalah adik dari Farah yang sudah tidak diketahui dimana keberadaannya."

"Aku yakin, pasti Farah masih hidup. Mungkin saja obat itu untuk Farah. Karena dari informasi yang aku dapatkan dari Jason, Farah pergi melarikan diri setelah dia tergigit dibagian lengannya."

"Apa perintahmu selanjutnya Komandan Besar?"

"Komandan Jigan, sekaranglah waktunya kau beraksi. Pakailah alat ini, kau dan anggotamu akan aku arahkan ke sebuah tempat. Misimu adalah membebaskan warga sipil yang masih terjebak. Ini, bawalah juga mobil lapis baja untuk mempercepat perjalananmu."

"Baik. Akan aku kerjakan sekarang!"

Terpopuler

Comments

Berkah Anak Negeri

Berkah Anak Negeri

Farah udh ga jd chef lg sekarang yak 😅

2022-04-17

2

gyu

gyu

likenya menurun

2021-12-07

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!