Episode 8

"Kami sering melakukan perlawanan terhadap para bandit. Tapi kita bukan hanya melawan para bandit saja. Ada ribuan Zombie yang masih berkeliaran di luar sana. Entah apa yang membuat mereka semakin kuat sekarang. Mereka semakin berbahaya saja. Apalagi sekarang jumlah makanan dan air bersih semakin menyusut. Kita harus membuat sumber air sendiri di dalam tanah." ucap Dennis pada mereka.

"Begitulah yang kami semua lakukan di tempat ini Dennis. Kami pun harus mendapatkan masalah yang sama. Tapi kami berhasil mengalahkan salah satu kelompok bandit paling ditakuti. Kelompok itu dipimpin oleh Farah. Sayang sekali, Farah berhasil kabur. Mati satu tumbuh seribu. Itulah para bandit dan para Zombie. Mereka seakan tidak ada habisnya. Aku mengutamakan anak-anak dan lansia untuk diselamatkan. Karena kebanyakan para pemuda sudah bergabung dengan para bandit." ucap Jason.

"Yah! kau benar Jason. Tapi biar bagaimana pun, para pemuda juga sangat berguna untuk kita. Mereka melakukan semua kegilaan itu karena terpaksa. Mereka kelaparan dan kehausan. Pikiran mereka menjadi kotor. Mereka tidak bisa berfikir jernih. Dalam kondisi seperti ini, hal itu pantas untuk dimaklumi. Mereka sedang tersesat. Kita harus menunjukkan jalan untuk mereka."

"Awalnya aku pun berfikir begitu. Tapi sayang, pemikiranku berubah. Melihat mereka semakin liar, aku menjadi semakin bosan. Dengan terpaksa atau pun tidak, aku tetap harus menghabisi mereka. Seharusnya, setiap umat manusia bersatu dan saling bahu membahu, bukan saling menyerang satu sama lain. Betapa bodohnya orang-orang yang melakukan hal semacam itu. Mungkin aku nampak kejam dimata orang sepertimu Dennis. Tapi sungguh, aku pun tidak menginginkan semua ini."

"Ahh.. Tidak Jason. Kita memiliki cara yang berbeda-beda untuk menangani suatu masalah. Yang terpenting, kita memiliki satu tujuan yang sama, yaitu mengembalikan keadaan bumi seperti sedia kala. Aku mendengar kabar dari negara sahabat, mereka memiliki pasukan khusus siap tempur yang akan dikirimkan ke negara kita. Aku harus mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut kedatangan mereka. Mereka datang ke tempat ini untuk membantu kita. Mereka semua adalah saudara-saudaraku Jason. Hanya pemerintah mereka yang mempercayai semua perkataanku. Dan sekarang, mereka bisa membantu semua negara yang tertimpa bencana."

"Siapa mereka Dennis?"

"Mereka disebut sebagai Raja Rimba. Mereka berasal dari Indonesia. Tempat dimana alam menyimpan segala kekayaannya."

"Indonesia?"

"Yah. Indonesia. Para Raja Rimba akan datang Jason. Siapkan semua kebutuhan mereka. Mereka tidak bisa dimanjakan, jadi jangan perlakukan mereka seperti raja." ucap Dennis sembari keluar dari ruangan itu.

Jason tidak menyangka kalau ternyata ada sebuah negara yang masih mampu membantu negara lain. Padahal, semua negara tengah mengalami bencana besar yang sama. Tapi masih ada sebuah negara yang mampu membereskan masalah ini dengan sangat cepat. Sedikit rasa benci mulai ada dalam diri Jason. Andaikan orang-orang di pemerintahan tidak mengabaikan ucapan Dennis, pasti sekarang jumlah orang yang selamat akan lebih banyak.

Tapi sekarang semuanya telah terjadi. Setiap orang di negara ini hanya mampu bertahan dengan kemampuan seadanya. Mereka tidak bisa berbuat banyak, selain lari dan mengumpat. Melawan pun sulit, jika hanya dengan bekal kemampuan yang sedikit. Apalagi mereka kekurangan bahan pokok untuk bertahan hidup. Bisa hidup walaupun tak tentu arah bagi mereka sudah lebih dari cukup.

Sudah untung mereka yang masih bisa lari. Karena sudah banyak orang yang justru harus menjadi salah satu dari dua pihak paling mengerikan itu. Mereka yang lemah hanya tinggal memilih, memangsa atau dimangsa. Menjadi pemburu atau diburu. Mereka tidak bisa melakukan banyak hal. Pasrah dengan keadaan adalah pilihan yang paling tepat.

Tapi semua itu dibantah dan ditepis oleh orang-orang yang sudah hidup di kamp ini. Mereka saling membantu satu sama lain. Tidak ada kata menyerah sebelum berusaha. Bahkan saat ada hal yang mereka lakukan ternyata gagal, mereka akan terus menerus melakukannya sampai berhasil.

...****************...

"Ingat! Satu jam lagi kita akan sampai ke daratan. Kita tidak tahu pasti apa yang terjadi disana. Tetap waspada. Awasi kanan, kiri, depan dan belakang. Negara ini masih rumit. Hemat amunisi kalian. Kita bukan hanya berhadapan dengan para Zombie saja. Tapi juga dengan para bandit. Mereka semua adalah para kanibal. Bunuh mereka semua jika kalian melihatnya. Gebuk sampai rata tanpa sisa." perintah Komandan Jigan kepada enam orang anggotanya.

"Siap Komandan!"

Kedatangan Komandan Jidan dan ke enam anggotanya sudah dinanti oleh H.P.C sejak lama. Namun mereka baru bisa datang sekarang, karena keadaan di Indonesia baru bisa terkendali. Setelah sebelumnya Indonesia juga mengalami hal yang sama seperti di negara lainnya. Mereka juga menghadapi musuh yang sama. Yaitu para Zombie. Ditambah juga dengan para demonstran.

Penyebab virus itu menyebar karena ada salah satu korban banjir yang dipulangkan, ternyata orang itu sudah terinfeksi virus tersebut. Namun untungnya, pemerintah sudah mengantisipasi semua itu setelah Komandan Jigan mendapat pemberitahuan dari Dennis, beserta semua bukti terkuat yang ada. Sehingga korban yang jatuh tidak terlalu banyak. Korban di Indonesia masih bisa dihitung.

Berbeda dengan kebanyakan negara yang bersikap biasa saja. Namun negara yang paling parah mengalami bencana ini adalah Sanda, tempat dari mana para penjahat perang itu berasal. Sedangkan dengan negara ini, masih bisa terbilang ringan. Karena masih banyak tanah subur yang bisa ditanami sehingga orang-orang tidak kelaparan. Seperti halnya di Indonesia.

Waktu terasa cepat berlalu, dan sampailah para Raja Rimba itu sampai ke daratan. Kru kapal dan awak kapal langsung pergi dari tempat itu. Untuk mencegah segala kemungkinan yang akan terjadi. Mereka akan dijemput kembali setelah semua keadaan di tempat ini kembali pulih seperti sedia kala. Dennis dan pasukannya pun sudah menunggu disana dengan mobil lapis baja.

"Dennis?"

"Ya. Ini aku Komandan Jigan. Masih tetap bugar setelah berperang?" tanya Dennis.

"Seperti yang kau lihat. Aku masih seperti dulu. Kenalkan, ini anggota timku. Orang yang besar itu bernama Lukas dia ahli membuat peledak. Si penembak runduk, namanya Bambang. Martin, ahli senjata berat. Jika kau mau membuat kejutan untuk para Zombie dan para bandit, maka inilah orangnya, Burhan. Dan dua orang pemuda itu adalah Yugo dan Ismail. Mereka ahli medis terbaik yang aku miliki, dan mereka juga ahli bela diri. Jika kau mau memperkokoh kekuatan pasukanmu, tempatkan saja mereka berdua."

"Wahh! kalian benar-benar luar biasa. Aku sangat berterimakasih karena kalian sudah mau datang ke negara ini. Padahal, tempatnya sangatlah jauh. Kalian harus melewati lautan yang sangat luas."

"Jangan begitu Dennis. Negara kami dan negaramu sangatlah dekat. Aku adalah sahabatmu. Jadi sudah kewajiban kami untuk membantu kalian semua."

"Sekali lagi terimakasih Komandan Jigan."

"Sama-sama saudaraku."

"Oh ya, aku menyediakan mobil lapis baja untuk kalian semua. Banyak sekali Zombie di tempat ini. Wilayah ini masuk daftar zona hitam. Sebaiknya kita bergegas Komandan Jigan."

"Ayo! Semuanya bersiap!"

"Siap!"

Mereka semua langsung masuk ke mobil yang telah Dennis siapkan. Dan sesegara mungkin menuju ke markas kelompok H.P.C. Komandan Jigan dan pasukannya tetap waspada di setiap inci perjalanan mereka. Melihat satu Zombie saja, Komandan Jigan langsung menembaknya.

"Kenapa kau begitu terobsesi membunuh mereka sahabatku?" tanya Dennis kepada Komandan Jigan.

"Itulah yang aku lakukan di negaraku. Sekali pun Zombie itu adalah anak kecil, aku akan tetap menghabisinya."

"Oke. Lalu bagaimana dengan keluargamu? Mereka amankan?"

"Anak dan istriku, mereka semua baik-baik saja. Tapi tidak dengan kedua orang tua istriku. Mereka tidak seberuntung kami."

"Ayah dan ibumu?"

"Mereka sudah meninggal sebelum bencana ini terjadi."

"Oh sialan Jigan. Kenapa kau tidak memberitahuku? Aku bisa datang kesana untuk sekedar berbela sungkawa."

"Aku sudah mencoba menghubungimu. Tapi keluargamu bilang kau sudah tamat."

"Maksudmu?"

"Ya. Istrimu, ayahmu, semua orang yang ada di rumahmu mengatakan kalau kau sudah tamat. Apa yang terjadi kepada keluargamu Dennis?"

"Mereka tidak setuju dengan keputusanku untuk mendalami dunia sains. Mereka menganggap kalau aku akan menjadi gila. Tapi sekarang lihatlah. Sekarang semua orang menundukkan kepalanya saat bertemu denganku."

"Termasuk para Zombie itu?" tanya Komandan Jigan disusul dengan suara tawanya yang meledak.

"Oh Jigan. Jangan meledekku lagi. Para Zombie bukanlah manusia. Mereka adalah parasit yang hinggap di tubuh manusia."

"Oke. Oke. Baiklah, aku minta maaf profesor."

"Haha! kau benar-benar menjengkelkan. Setelah kita sampai di markas, aku harap kau mencuci kakimu."

"Kenapa? Kita ini tentara Dennis, bukan model majalah yang harus berdandan rapi setiap pagi."

"Ya! Ya! Ya! Mungkin menurutmu tempat ini kumuh, tapi jika kau masuk ke markas besarku, kau benar-benar akan melihat surga. Benarkan Jenny?" tanya Dennis kepada supirnya.

"Ya Komandan."

"Dan kenapa kau harus memilih bocah perempuan ini sebagai supirmu?" tanya Komandan Jigan masih dengan ledekannya.

"Aku bukan anak kecil. Aku bisa membunuh siapa pun yang aku mau. Kalau kau tidak suka, aku bisa menurunkanmu disini."

Mereka semua yang ada di dalam mobil itu pun tertawa. Berbeda dengan gadis itu yang merasa kesal karena hanya dianggap seorang bocah. Padahal fisik dan umurnya sangat jauh berbeda. Umurnya sudah hampir dua puluh empat tahun. Tapi memang anak perempuan itu terlihat seperti usia belasan tahun. Sehingga tidak ada yang mengira kalau dia sudah dewasa.

...****************...

Mereka pun akhirnya sampai di tempat tujuan, yaitu markas Dennis dan pasukannya, Human Protection Command. Markasnya sekarang sudah semakin diperluas. Sumber daya semakin mudah di dapatkan dari pada sebelumnya. Namun mereka masih harus membersihkan beberapa wilayah mereka yang tertumpuk oleh mayat, mobil yang rusak, dan juga beberapa gedung yang sudah mulai runtuh.

"Negara ini sudah benar-benar kacau Dennis." ucap Komandan Jigan.

"Kau benar sahabatku. Inilah negaraku yang sekarang. Awalnya aku benci dengan orang-orang yang datang ke tempat ini untuk meminta perlindungan. Karena sebagian besar dari mereka pernah meludahi ucapanku." jawab Dennis.

"Sudahlah Dennis. Kau jangan ambil pusing soal itu. Mereka semua sekarang sudah melihat kenyatannya. Kau tidak perlu mengatakan apa pun lagi. Banyak juga dari orang-orang itu yang menjadi Zombie, Iyakan?"

"Ya. Sebagian kecil dari mereka sudah aku habisi dengan tanganku sendiri. Setiap kali aku selesai, aku akan mengucapkan sepatah kata kepada mereka."

"Apa yang kau katakan kepada mereka?"

"Inilah kenyataan yang menyakitkan."

"Hmmm! itu kalimat yang luar biasa. Tapi itu bagus untuk dirimu. Mereka sudah menjadi Zombie. Kau tidak akan dikenai pasal karena membantai mereka semua."

"Ya! kau benar Komandan Jigan. Mungkin Tuhan memberikan kesempatan untuk aku menyumpal mulut mereka. Pemerintah di negara ini telah hancur. Hancur tanpa sisa."

"Bagaimana dengan militer? Negara ini sangat terkenal dengan kekuatan militernya, sama seperti di negara kami."

"Kau benar. Tapi pihak militer kurang beruntung. Aku curiga, kalau senjata biologi yang dibawa melalui kapal itu hanyalah pengalih perhatian. Karena hanya satu negara yang sampai saat ini masih belum diketahui kabarnya. Bahkan mata-mata yang aku kirimkan ke sana pun pulang dengan sebuah koper."

"Apa yang kau maksud ini adalah negara Sanda Dennis?"

"Ya! kau benar sahabatku."

"Entah ini takdir atau apa, negara kita selalu memiliki naluri yang sama. Benarkan Dennis?"

"Jadi negaramu juga menaruh kecurigaan kepada Sanda?"

"Benar. Seoarang agen rahasia dari Indonesia pernah ke sana, dan berhasil keluar. Tapi tanpa membawa hasil apa pun. Dia bilang, keluar dari sana dengan kepala terpotong sudah sangat bagus dan jauh lebih baik."

"Apa yang ia lihat di Sanda?"

"Entahlah. Hanya badan inteligen yang diberitahu. Bahkan sampai sekarang pemerintah belum mengirimkan satu pun pasukan ke negara itu. Negara Sanda dikuasai oleh penjahat perang. Kita tidak bisa masuk ke sana sembarangan."

"Jika aku yang memohon padamu dan semua anggotamu pergi ke sana, apakah kau akan mengabulkannya?"

Komandan Jigan dan pasukannya seketika diam. Mereka hanya saling memandang satu sama lain. Burhan, dia menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju dengan hal itu.

"Yah. Sudahlah Komandan Jigan, aku sudah tahu jawabannya."

"Maafkan aku Dennis. Kami tidak bisa bertindak tanpa perintah. Aku seharusnya membawa dua belas orang. Tapi sekarang hanya separuhnya. Dan hanya itu yang bisa aku lakukan untukmu."

"Tidak apa-apa sahabatku. Aku mengerti. Yang terpenting sekarang kau sudah datang ke tempat ini. Aku sudah mempersiapkan semua yang kau butuhkan. Sekarang beristirahatlah. Kita semua lelah, begitu juga dengan kalian."

"Yah. Kita akan lanjutkan semuanya besok."

Mereka semua lalu bersiap untuk beristirahat. Komandan Jigan menutup kedua matanya di pembaringan. Dia ingin sekali merasakan tidur nyenyak dan lelap. Namun setelah bencana ini dimulai, dia sama sekali tidak mendapatkan semua itu. Setiap kali ia menutup kedua matanya dan tertidur, pasti dia akan mengalami berbagai mimpi buruk.

Dia bahkan sering memimpikan seorang anak yang ia tembak kepalanya sampai hancur. Karena jika Komandan Jigan tidak melakukan hal itu, maka akan banyak orang yang mati, karena anak kecil itu sudah terinfeksi. Namun rasa bersalah tetap saja ada di dalam hatinya. Saat itu keadaan di Indonesia masih belum menentu. Belum banyak obat penawar yang disebarluaskan ke masyarakat.

Sehingga karena hal itu banyak orang yang terkena infeksi. Beruntungnya, jumlah korban semakin hari semakin berkurang, karena pemerintah berusaha keras dalam menekan wabah Zombie tersebut. Hingga pada akhirnya, Komandan Jigan ditugaskan ke berbagai wilayah untuk mengawal para dokter yang memberikan obat penawar kepada masyarakat. Sekarang, situasi telah berubah, meskipun belum sepenuhnya berjalan dengan normal.

Terpopuler

Comments

Berkah Anak Negeri

Berkah Anak Negeri

ni settingan ceritanya dimana yak.. Australia atau Selandia Baru?

2022-04-17

1

Paulina Berda

Paulina Berda

telah memasuki masa new normal

2022-03-18

3

Paulina Berda

Paulina Berda

kekurangan gizi kayaknya makanya pertumbuhan nya lambat

2022-03-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!