Jodoh Untuk Abang

Jodoh Untuk Abang

Ulang Tahun Dilan

🌺

🌺

"Ayah!!" bocah laki-laki yang genap berusia tiga tahun hari itu menyambut kedatangan Arya dengan riang. Kamudian menghambur kepelukannya saat pria itu berjongkok untuk mendekatkan tinggi tubuhnya.

"Anak ayah sudah ganteng?" dia mengusap kepala Dilan dengan lembut.

"Udah potong rambut, udah mandi, udah mamam." celotehnya dengan gaya yang khas.

"Pinter." pria itu mengecup puncak kepalanya.

"Semuanya sudah siap?" tanya Arya ketika adik bungsunya muncul dari dalam rumah.

"Sudah, tinggal nunggu kue ulang tahunnya datang." jawab Alena, dengan bayi berumur enam bulan dalam gendongan.

"Kenapa belum datang? kamu pesannya dadakan?" pria itu meraih keponakannya yang menggapai-gapaikan tangan sejak kedatangannya beberapa menit yang lalu.

"Nggak. Udah dari seminggu yang lalu."

"Terus kenapa belum diantar?" tanya Arya lagi.

"Masih di jalan. Mungkin sebentar lagi sampai." jawab Alena yang kembali memastikan semua yang dia siapkan untuk ulang tahun putra pertamanya tidak ada yang terlewatkan.

"Hardi?" Arya mengedarkan pandangan ketika tak ditemukannya adik iparnya itu di dalam rumah.

Alena menggelengkan kepala.

"Dia tidak bisa datang ke ulang tahun anaknya sendiri?"

"Kak Hardi sibuk Bang." bela Alena, ketika melihat raut kecewa di wajah kakak laki-lakinya.

Arya mendengus kesal.

"Ini bahkan ulang tahun Dilan yang pertama sejak kaian bersama. Tapi dia tudak mau meluangkan sedikit saja waktu untuk anaknya." ucapnya.

"Pekerjaan yang membuat Kak Hardi tidak bisa, Bang." Alena kembali membela suaminya.

Arya tak menjawab lagi, dia hanya menggelengkan kepala seraya berjalan ke arah ruang depan yang sudah dihiasi pernak pernik ulang tahun keponakan tersayangnya. Dengan Alea dalam gendongan, dan Dilan yang dia genggam tangannya.

Sebuah honda jazz berwarna hitam masuk ke pekarangan dan berhenti di depan teras, menyita perhatian seluruh penghuni rumah bertingkat dua itu.

"Hufftthh, ... macet Al, ..." Vania segera turun dari mobil dan membuka pintu belakang. Berusaha mengeluarkan sesuatu dari dalam sana.

"Udah tahu macet? untung belum pada datang, ..." perempuan itu menghampirinya.

"Iya maaf, aku beresin dulu kios. Beberapa hari lagi udah mulai jualan." jawab Vania.

Alena hanya tersenyum. "Beneran kamu jualan? gimana kafenya tante Melly?"

"Beneran. Ya nggak gimana-gimana. Aku kan jualannya malem, sementara kafe buka dari pagi sampai abis Isya. masih bisa bantu-bantu lah."

"Nggak capek? kenapa nggak cuma bantuin tante Melly aja sih?"

"Aku mau nyoba usaha sendiri. Kan kafe itu punya keluarga ayah, ibu cuma disuruh ngelola aja. Suatu hari nanti kalau anak-anak saudaranya ayah udah dewasa, pasti diambil lagi. Jadi aku harus punya pegangan untuk terus bisa menyabung hidup. "

"Diambil lagi? enak banget jadi mereka. Dulu waktu kafe itu masih kecil dan sepi, diserahin sama tante Melly, giliran sekarang kafenya udah seramai dan sebesar ini, mau ambil gitu aja?"

Vania hanya tersenyum.

"Nggak ngerti deh, ..." Alena menggelengkan kepala.

"Kak Hardi ada nggak?" Vania menatap bangunan di depannya.

"Nggak ada, dia kerja." jawab Alena.

"Ck! ulang tahun anaknya lho, ini?" Vania berdecak.

"Gitulah ...

"Terus, gimana dong angkat ini, berat lho." dia menunjuk kue ulang tahun berukuran besar di dalam mobilnya.

Bersamaan dengan itu muncul kemudian Arya, bersama Alea yang menginginkan ibunya.

"Nah, baru ingat. Minta Bang Arya aja." ucapnya, seraya menghampiri kakak laki-lakinya.

"Bantuin Vania gih." serunya kepada Arya, seraya merebut putrinya yang masih balita.

"Kenapa?"

"Bisa cepetan nggak sih? nanti kuenya meleleh di dalam mobil. Panas ini... " keluh Vania di depan sana, mengalihkan perhatian mereka berdua.

"Kamu pesan kuenya dari dia?" Arya menunjuk ke arah Vania.

"Iyalah. Siapa lagi.?"

"Ck! pantesan lama." gerutu pria itu, namun tak urung juga dia menghampiri mobil hitam yang terparkir di halaman itu.

Vania mundur beberapa langkah dari dekat mobil, mempersilahkan Arya untuk mengambil kue yang dia bawa dan membawanya kedalam rumah.

Pria itu hanya mendelik tanpa mengucapkan sepatah kata.

Sementara Vania memutar bola matanya.

"Hati-hati bang, itu kue, bukan karung semen." ucap Vania saat Arya menarik benda tersebut dengan keras dari dalam mobil.

Arya hanya meliriknya sekilas.

"Hati-hati juga bawanya, nanti hiasannya pada lepas." ucap Vania lagi, saat pria itu berjalan tergesa, dan dia mengikutinya dari belakang.

Arya mendengus kasar.

"Pelan-pelan dong? nanti rusak. Kan nggak lucu, ulang tahunnya belum dimulai tapi kuenya udah rusak ish, ..." Vania mengomel saat Arya meletakkannya diatas meja yang sudah tersedia.

Arya menghembuskan napas, dia kemudian mengusap wajah lalu menoleh ke arah perempuan berusia 23 tahun itu.

"Apa?" tanya Vania.

"Kenapa kamu cerewet sekai? bisa tidak kalau menutup mulutmu kalau orang lain sedang mengerjakan sesuatu? suara kamu membuat saya terganggu!" Arya dengan kalimat yang cukup panjang, membuat Vania mengerjap dengan mulut menganga.

"Abang bisa ngomong juga ternyata?" gadis itu seolah terkejut.

"Apa kamu bilang?" Arya menjengit.

"Kirain abang nggak bisa ngomong?"

"Kamu...

"Eh, ... kebiasaan kalau ketemu pasti ribut? udah, ... orang-orang udah pada datang. Kalian dari pada ribut mending bantu aku siapin semuanya." Alena menghentikan pertengkaran yang mungkin akan kembali terjadi diantara dua orang itu, yang memang selalu berselisih faham setiap kali mereka bertemu.

"Aku nggak ribut lho. Cuma ngomong aja." tukas Vania.

"Cih, omonganya bikin kesal." Arya menggumam.

Kemudian mereka berdua bersiap ketika mereka yang datamh masuk hampir bersamaan kedalam. Yang seketika membuat suasana rumah menjadi riuh dipenuhi suara sapaan dan obrolan diantara satu sama lainnya.

Alya yang tengah mengandung, dan Anna yang membawa tunangannya. Juga keluarga Hardi dari Jakarta. Kedua orang tua, diikuti Hana dan suami beserta anak mereka.

"Semuanya sudah kumpul." Vania berujar. "Bisa kita mulai?" katanya, dan mendapat sambutan meriah dari semua orang di ruangan itu.

"Tunggu!!" suara yang cukup mereka kenal mengalihkan perhatian.

Seorang pria tinggi berdiri diambang pintu dengan kado besar ditangannya.

"Masa nggak mau nunggu aku dulu?" Hardi dengan cengiran khasnya, kemudian diikuti pria lainnya yang juga membawa kado yang sama besarnya.

"Aku pikir masih kerja?" Alena keluar dari kerumunan.

Mereka berdua masuk, dan langsung menghampiri si bocah yang sedang berulang tahun.

"Selamat ulang tahun, kakak. Semoga makin pinter dan jadi anak yang sholeh. Maaf papa terlambat." ucap Hardi kepada putra pertamanya.

"Om juga, ucapannya sama kayak papa kamu, Nak." Katanya, membuat semua orang yang berada di ruangan itu terawa.

"Dih, Lu pelit amat Ja? Mana sukanya nebeng lagi?" cibir Hardi kepada partner kerjanya.

"Apa lu kata? gue pelit? Lu kagak lihat kado yang gue bawa segede gaban gini? pelit dari mananya?" Raja menggerutu.

"Ya... Lu pelit ucapan. Sama bocah juga?"

"Yang penting kadonya lah, ...ucapan kagak penting." ucap Raja dengan cueknya, kembali membuat tawa pecah diantara mereka.

"Kalian kebiasaan deh kalau apa-apa jadi ribut." Alena yang datang menghampiri.

"Abisnya laki Lu ada-ada aja Al, pake sebut gue pelit segala. Dia kagak lihat selama ini gue ngasih banyak hal buat nih anak? sama adiknya juga." dia meraih Alea dalam dekapan ibunya.

"Ya sayang? papamu kadang suka ngaco... " katanya, kepada balita lucu tersebut.

Alena tersenyum.

"Mau dimulai sekarang nggak nih? ribut melulu?" protes Vania lewat pengeras suara, sengaja dia melakukannya agar perhatian kembali tertuju kepadanya.

"Oh iya iya... silakan Van dilanjut." ucap Alena sambil tertawa.

Dan dimulailah acara ulang tahun sederhana itu, yang hanya dihadiri keluarga terdekat mereka.

Vania dengan keceriaannya yang seketika menular ke seluruh ruangan. Membuat siapapun yang mendengar tawa dan melihat sikapnya ikut tersenyum dan tertawa, seseorang diantara mereka bahkan merasakan sesuatu yang lain didalam hati. Yang tersirat dari senyumannya setiap kali menyimak dia berceloteh riang mengisi acara pada sore hari itu.

🌺

🌺

🌺

Bersambung...

Hallo readers tersayang, kita ketemu lagi.

Masih inget keluarga ini nggak? itu lho, bang Arya sama ketiga adik perempuannya. Yang udah pernah baca Alena pasti kenal.

Tapi buat yang belum baca, disarankan untuk membaca novel Alena dulu, biar ngerti jalan ceritanya.

So, happy reading. 💖💖 jangan lupa klik favorit, like, komen dan vote kalau ada.

I love you full 😘😘

Bang Arya kesayangan aku

Terpopuler

Comments

Dwisur

Dwisur

aku blm baca Alena...

2023-12-15

0

itanungcik

itanungcik

baru hadir karena baru ketemu bestie

2023-02-01

1

Emy Nur

Emy Nur

inget Thor,bang Arya q kangen padamu🤭

2023-01-31

1

lihat semua
Episodes
1 Ulang Tahun Dilan
2 Jodoh Masa Depan
3 Jadi Baik?
4 Jodoh Untuk Abang
5 Makan Bersama
6 Jogging
7 Vania Dan Vanilla
8 Kopinya Manis
9 Calon Istri?
10 Hati Vania
11 Antara Jodoh Dan Ngobrol
12 Sakit
13 Suasana Baru
14 Calon Suami?
15 Ungkapan Hati
16 Pelanggan Spesial
17 Dua Hati
18 Perasaan Yang Sama
19 Hubungan Rahasia
20 Kencan
21 Gara-gara Vania
22 Kita?
23 Siraman
24 Pernikahan Anna
25 Kepastian
26 Janji Vania
27 Waktu
28 Acuh
29 Berbicara
30 Pertemuan
31 Misi Raja
32 Dua Hati
33 Nggak Romantis
34 Gara-gara Es Krim
35 Ide Alena
36 Ide Alena #2
37 Salah Tingkah
38 Ups!!
39 Kolam Renang
40 Bertemu Ibu
41 Sosok Harlan
42 Cerita Pilu
43 Hati Yang Lapang
44 Cinta Yang Bersemi
45 Tragedi
46 Jatuh
47 Pulang
48 Kejutan Yang Batal
49 Putus??
50 Kata Hati
51 Menikah
52 Malam Pengantin
53 Penyesalan Vania
54 Jahil
55 Pacaran Halal
56 Rencana Bulan Madu
57 Bulan Madu
58 Pagi Yang Kacau
59 Tidak Sama Lagi
60 Bekal
61 Bekal #2
62 Pesta Dan Negosiasi
63 Yang Terbaik
64 Memasak
65 Seperti Anna Dan Hana
66 Pernikahan Raja
67 Gara-gara Mantan
68 Sayang
69 Wasiat
70 Burn
71 Lost
72 Kesedihan
73 Janji Arya
74 Rumah
75 Anak-anak
76 Pulih
77 Rentenir
78 Bunga
79 Resign?
80 Ibu Dan Anak
81 Tawaran Menggiurkan
82 Cotage
83 Pantai Dan Kenangan
84 Irrasional
85 Pasangan
86 Hal Yang Baik
87 Beautifull Love Storry
88 Dua Garis Merah
89 Investasi
90 Pembukaan Kafe
91 Teman Hidup
92 Jadi Keluarga
93 Bobo Siang
94 Bawaan Bayi
95 Ayah Dan Bunda
96 Ketemu Ayah
97 Ceroboh
98 Pilihan
99 Pilu
100 Love Of My Life
101 Abidzar Algantara
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Ulang Tahun Dilan
2
Jodoh Masa Depan
3
Jadi Baik?
4
Jodoh Untuk Abang
5
Makan Bersama
6
Jogging
7
Vania Dan Vanilla
8
Kopinya Manis
9
Calon Istri?
10
Hati Vania
11
Antara Jodoh Dan Ngobrol
12
Sakit
13
Suasana Baru
14
Calon Suami?
15
Ungkapan Hati
16
Pelanggan Spesial
17
Dua Hati
18
Perasaan Yang Sama
19
Hubungan Rahasia
20
Kencan
21
Gara-gara Vania
22
Kita?
23
Siraman
24
Pernikahan Anna
25
Kepastian
26
Janji Vania
27
Waktu
28
Acuh
29
Berbicara
30
Pertemuan
31
Misi Raja
32
Dua Hati
33
Nggak Romantis
34
Gara-gara Es Krim
35
Ide Alena
36
Ide Alena #2
37
Salah Tingkah
38
Ups!!
39
Kolam Renang
40
Bertemu Ibu
41
Sosok Harlan
42
Cerita Pilu
43
Hati Yang Lapang
44
Cinta Yang Bersemi
45
Tragedi
46
Jatuh
47
Pulang
48
Kejutan Yang Batal
49
Putus??
50
Kata Hati
51
Menikah
52
Malam Pengantin
53
Penyesalan Vania
54
Jahil
55
Pacaran Halal
56
Rencana Bulan Madu
57
Bulan Madu
58
Pagi Yang Kacau
59
Tidak Sama Lagi
60
Bekal
61
Bekal #2
62
Pesta Dan Negosiasi
63
Yang Terbaik
64
Memasak
65
Seperti Anna Dan Hana
66
Pernikahan Raja
67
Gara-gara Mantan
68
Sayang
69
Wasiat
70
Burn
71
Lost
72
Kesedihan
73
Janji Arya
74
Rumah
75
Anak-anak
76
Pulih
77
Rentenir
78
Bunga
79
Resign?
80
Ibu Dan Anak
81
Tawaran Menggiurkan
82
Cotage
83
Pantai Dan Kenangan
84
Irrasional
85
Pasangan
86
Hal Yang Baik
87
Beautifull Love Storry
88
Dua Garis Merah
89
Investasi
90
Pembukaan Kafe
91
Teman Hidup
92
Jadi Keluarga
93
Bobo Siang
94
Bawaan Bayi
95
Ayah Dan Bunda
96
Ketemu Ayah
97
Ceroboh
98
Pilihan
99
Pilu
100
Love Of My Life
101
Abidzar Algantara

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!