Ungkapan Hati

🌺

🌺

Suara jam dinding terdengar menggema, mengisi keheningan pada hampir tengah malam itu, menemani hati yang gundah gulana.

Vania tak dapat memejamkan mata, setelah mendengar pengakuan dari pria yang selama ini mengisi hati dan pikirannya sejak pertama kali mereka bertemu, di kampus saat Arya mengantar Alena untuk menjalani masa orientasi.

Si pria dewasa yang mencuri hatinya karena ketegarannya menghadapi hidup, sendirian mengurus ketiga adik perempuannya sejak dia masih remaja. Yang berjuang bertaruh segala yang dia miliki demi mereka yang begitu berharga baginya. Dia yang mengorbankan masa remajanya, dan kehidupan pribadinya agar mampu memberikan kehidupan yang layak bagi mereka.

Ah, abang ... maksudnya tadi itu apa sih? bikin bingung deh.

Abang suka sama aku apa gimana sih?

Kalau pria dewasa emang gitu ya? suka bertele-tele. Biar apa coba? biar aku bingung gitu?

Gadis itu berguling-guling diatas tempat tidur. Menggulung dirinya sendiri dengan selimut, letak beberapa bantal didekatnya bahkan sudah tak karuan, dan tempat itu mulai berantakan.

Berguling.

Berguling,

Berguling.

Aaaaa ... beneran nggak sih ini?

Vania bangkit, kemudian mengusap wajahnya dengan kasar.

Sadar sadar! mungkin dia cuma asal bicara. Orang nggak jelas gitu muter-muter?

Dia kembali menjatuhkan dirinya diatas tempat tidur, lalu berguling lagi.

Terus apa maksudnya pas dia bilang, pria dewasa seperti dia memiliki perasaan kepada perempuan seumuran adiknya?

Apa itu maksudnya?

Vania menelungkupkan tubuhnya dengan wajah yang dia benamkan pada bantal.

"Abang suka sama aku?" ucapnya, yang bangkit lagi kemudian meraih ponselnya.

Menyalakan benda itu, lalu masuk ke aplikasi chat. Mencari nomor Arya yang telah bertahun-tahun menghuni daftar kontaknya tanpa pernah dia gunakan untuk menghubunginya.

Vania melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul satu lewat tengah malam.

Nggak etis banget aku chat dia jam segini? dia menghenggam erat ponselnya.

Tapi penasaran! Vania merengek sendiri.

Akhirnya dia menyentuh kontak Arya untuk melihat, dan nomor pria itu masih terlihat online.

[ Abang?] dia mengirimkan pesan.

Tidak ada balasan.

Vania menunggu dengan berdebar. Dia menatap ponselnya dalam diam, dan berharap pria itu tak membalas pesannya.

[Iya? ] balasan dari Arya yang membuat gadis itu melonjak.

[ Abang udah tidur?] Vania mengirim pesan lagi.

[ Sudah, ]

[Oh, aku ganggu ya? ] Vania dengan takut-takut.

[ Iya.] jawab Arya.

[ Kenapa di jawab kalau udah tidur?]

[Ini jin yang jawab. ]

Vania tertegun, dia mengerutkan dahi. Namun kemudian gadis itu tersadar dan kembali mengetik pesan.

[Abang ih nggak lucu.] katanya.

[ Saya nggak lagi ngelawak.]

[Abaaaaaanggg!! ]

Kemudian ponsel berdering tanda panggilan masuk dari nomor Arya. Membuat Vania membelalak dan hampir menjatuhkan ponselnya karena terkejut. Dia tak tahu apa yang harus di lakukan.

Kenapa dia menelfon?

Aku harus apa?

Apa aku harus menjawabnya?

Ponsel berhenti berdering.

[Jawab Van! ] masuk lagi pesan dari Arya, kamudian ponsel berdering lagi.

Dan dengan terpaksa gadis itu menekan tombol hijau di layar, menjawab panggilan dari nomor pria yang di seberang.

"Ha-hallo?" dia memberanikan diri.

"Vania?" suara Arya terdengar beretar.

"I-iya?"

Hening, mereka berdua sama-sama tengah menyiapkan diri dan hati.

"Abang?"

"Humm?" Arya menjawab dengan gumaman.

"Yang tadi itu ... maksudnya apa?" Vania tanpa basa-basi.

"Yang mana?"

"Yang abang bilang tadi di depan bengkel?" Vania memperjelas pertanyaan.

"Ng ...

"Aku takut salah faham sama ucapan abang, aku ngiranya apa, eh tahunya mungkin maksud abang lain lagi? kan nggak lucu, aku udah ke geeran duluan." akhirnya dia mengutarakan pikirannya dengan spontan.

Arya masih terdiam.

"Abang kalau ngomong jangan muter-muter kenapa? jangan bikin aku bingung. Emang orang dewasa kalau ngomong suka gitu ya? banyakan basa-basi dari pada langsung ke intinya? Aku kan bingung jadinya?"

"Memangnya yang kamu pikir apa?" Arya menjawab dengan pertanyaan.

"Ish, ... abang malah bolak-balik?"

Terdengar pria itu terkekeh dari seberang sana.

"Abaaaaaannnggg!" Vania merengek. "Jangan bikin aku galau lah. Udah cukup abang selalu bikin aku kesel setiap kita ketemu, jangan abang tambahin sama galau juga." katanya.

"Memangnya saya suka bikin kamu kesel ya?" Arya malah bertanya.

"Ish, ... dia nggak nyadar?"

"Kenapa kamu kesel sama saya?"

"Ya itu, abang selalu ngajak aku berdebat kalau ketemu? protes sama semua tindakan aku, yang ujung-ujungnya bikin kita berantem, jadinya aku ...

"Saya suka kalau begitu." Arya memotong kalimatnya.

"Hah, ap-apa?" Vania meyakinkan pendengaran.

"Saya suka, ... karena dengan berdebat kita bisa lebih lama berinteraksi." ucap Arya.

Vania terdiam.

"Saya suka mendengar kamu berbicara, dan berdebat membuat kita lebih lama berbicara." lanjut pria itu.

"Ish, ... maksudnya apa sih?" Vania menggaruk-garuk kepalanya.

"Kamu ini nggak ngerti atau pura-pura nggak ngerti?"

Vania terdiam lagi.

"Apa ucapan saya kurang jelas? saya suka mendengar kamu bicara, saya suka waktu kita berdebat, bahkan saya suka kalau kita hampir bertengkar."

"Ucapan abang ambigu, bikin aku mikirnya macam-macam, aku ke geeran kalau ...

"Saya suka sama kamu. Bukan sebagai kakak dari teman sahabat kamu, tapi sebagai laki-laki kepada perempuan." dan kalimat itu akhirnya lolos dari mulut Arya.

Vania merasa darahnya seperti berhenti mengalir, dan jantungnya seakan berhenti berdetak. Dia terdiam dengan mulut menganga.

"Saya suka sama kamu, kalau itu yang mau kamu dengar."

"Ng ...

"Kamu sedang dekat dengan orang lain?" Arya lanjutkan dengan pertanyaan, menginterupsi pikiran Vania yang sudah berhamburan.

"Ng ...

"Apa kamu sedang dekat dengan laki-laki lain? kamu tahu, ... hubungan dengan seseorang yang mungkin ...

"Nggak." Vania berucap.

Kini Arya yang terdiam.

"Ini beneran abang yang lagi ngomong?"

Arya tak menjawab.

"Abang? Bukan jin yang lagi iseng kan?"

Arya terdengar mendengus.

"Abang?"

"Apa ... hubungan kita bisa lebih dekat dari ini?" Arya kembali bersuara.

"Aku nggak ngerti abang ngomong apa, suwer ..."

"Ck!" pria di seberang sana berdecak.

"Aku nge-blank, sumpah!"

"Ini maksudnya abang lagi nembak aku gitu?" Vania memperjelas perkiraannya.

"Apa istilahnya sekarang harus nembak ya?"

"Ya ... gitu maksudnya."

Suasana kembali hening, hanya hembusan napas yang terdengar dari seberang sana.

"Abang?"

"Ya?"

"Abang lagi nembak aku?" Vania mengulang kata-katanya.

"Ck! kenapa bicara denganmu harus sedetil itu?" Arya mengeluh.

"Kenapa abang sukanya bertele-tele? terus muter-muter nggak jelas? kenapa nggak bilang suka aja kalau memang suka? kenapa selalu ...

"Kenapa kamu selalu banyak bicara?"

"Ketularan abang."

"Mm ...

"Abang tahu, perempuan itu nggak butuh banyak bicara, tapi tindakan nyata. Dan lagi, jangan terlalu berbelit-belit, intinya aja biar ngak bingung." Vania meneruskan ocehannya.

"Kamu pikir begitu?"

"Iya, kalau suka ya bilang aja suka. Nggak usah bahas yang lain-lain. Abang buang-buang waktu."

"Buat saya bicara panjang lebar seperti ini terasa menyenangkan. Mendengar kamu bicara, ...

"Jadi intinya?" tukas Vania.

Arya kembali terdiam.

"Abang suka sama aku?"

Pria itu tak menjawab.

"Abang?"

"Hmm ...

"Abang suka sama aku?" ulang Vania dengan perasaan gemas.

"Kenapa segala sesuatunya harus dijelaskan dengan gamblang?"

"Ish. ... abang!"

"Buat saya, tahu kamu tidak sedang berhubungan dengan orang lain itu cukup. Selebihnya biar semua berjalan dengan sendirinya."

"Cukup jawab aja deh, ... abang suka nggak sama aku? gitu aja susahnya minta ampun?"

"Saya sudah bilang tadi ...

"Ish, ... abang suka nggak sama aku?" Vania setengah berteriak.

"Iya!" Arya menjawab dengan spontan, dan hal tersebut membuat keduanya sama-sama terkejut. Walau sudah saling memahami perasaan masing-masing, namun keduanya tampak masih tak percaya.

"Ng ...

"Sudah malam, cepatlah tidur. Bukannya besok kamu banyak pesanan?" Arya berujar setelah terdiam cukup lama.

"Iya, tapi aku mau...

"Tidur Vania, sudah mau subuh." ucap Arya lagi, kemudian mengakhiri panggilan tanpa menunggu jawaban.

Vania masih melongo, berusaha mengumpulkan pikirannya yang sempat berhamburan.

Ini beneran? dia menampar wajahnya sendiri.

🌺

🌺

🌺

Bersambung ...

Gimana-gimana?

jadi intinya apa? 😂😂😂

ayo gaess, ... kirim hadiah yang banyak. Jangan lupa like sama komentnya juga ya. happy weekend 😘😘

Terpopuler

Comments

Kawaii 😍

Kawaii 😍

tahun 2023 baru tahu novel ini... ihh gemes berasa aku yang jatuh cinta, ngena banget 😘

2023-11-22

1

Rita Sumarwati

Rita Sumarwati

terlambat nemu novel ini... bikin se yum sendiri bacanya

2023-08-06

1

itanungcik

itanungcik

arya malu malu meong

2023-02-02

2

lihat semua
Episodes
1 Ulang Tahun Dilan
2 Jodoh Masa Depan
3 Jadi Baik?
4 Jodoh Untuk Abang
5 Makan Bersama
6 Jogging
7 Vania Dan Vanilla
8 Kopinya Manis
9 Calon Istri?
10 Hati Vania
11 Antara Jodoh Dan Ngobrol
12 Sakit
13 Suasana Baru
14 Calon Suami?
15 Ungkapan Hati
16 Pelanggan Spesial
17 Dua Hati
18 Perasaan Yang Sama
19 Hubungan Rahasia
20 Kencan
21 Gara-gara Vania
22 Kita?
23 Siraman
24 Pernikahan Anna
25 Kepastian
26 Janji Vania
27 Waktu
28 Acuh
29 Berbicara
30 Pertemuan
31 Misi Raja
32 Dua Hati
33 Nggak Romantis
34 Gara-gara Es Krim
35 Ide Alena
36 Ide Alena #2
37 Salah Tingkah
38 Ups!!
39 Kolam Renang
40 Bertemu Ibu
41 Sosok Harlan
42 Cerita Pilu
43 Hati Yang Lapang
44 Cinta Yang Bersemi
45 Tragedi
46 Jatuh
47 Pulang
48 Kejutan Yang Batal
49 Putus??
50 Kata Hati
51 Menikah
52 Malam Pengantin
53 Penyesalan Vania
54 Jahil
55 Pacaran Halal
56 Rencana Bulan Madu
57 Bulan Madu
58 Pagi Yang Kacau
59 Tidak Sama Lagi
60 Bekal
61 Bekal #2
62 Pesta Dan Negosiasi
63 Yang Terbaik
64 Memasak
65 Seperti Anna Dan Hana
66 Pernikahan Raja
67 Gara-gara Mantan
68 Sayang
69 Wasiat
70 Burn
71 Lost
72 Kesedihan
73 Janji Arya
74 Rumah
75 Anak-anak
76 Pulih
77 Rentenir
78 Bunga
79 Resign?
80 Ibu Dan Anak
81 Tawaran Menggiurkan
82 Cotage
83 Pantai Dan Kenangan
84 Irrasional
85 Pasangan
86 Hal Yang Baik
87 Beautifull Love Storry
88 Dua Garis Merah
89 Investasi
90 Pembukaan Kafe
91 Teman Hidup
92 Jadi Keluarga
93 Bobo Siang
94 Bawaan Bayi
95 Ayah Dan Bunda
96 Ketemu Ayah
97 Ceroboh
98 Pilihan
99 Pilu
100 Love Of My Life
101 Abidzar Algantara
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Ulang Tahun Dilan
2
Jodoh Masa Depan
3
Jadi Baik?
4
Jodoh Untuk Abang
5
Makan Bersama
6
Jogging
7
Vania Dan Vanilla
8
Kopinya Manis
9
Calon Istri?
10
Hati Vania
11
Antara Jodoh Dan Ngobrol
12
Sakit
13
Suasana Baru
14
Calon Suami?
15
Ungkapan Hati
16
Pelanggan Spesial
17
Dua Hati
18
Perasaan Yang Sama
19
Hubungan Rahasia
20
Kencan
21
Gara-gara Vania
22
Kita?
23
Siraman
24
Pernikahan Anna
25
Kepastian
26
Janji Vania
27
Waktu
28
Acuh
29
Berbicara
30
Pertemuan
31
Misi Raja
32
Dua Hati
33
Nggak Romantis
34
Gara-gara Es Krim
35
Ide Alena
36
Ide Alena #2
37
Salah Tingkah
38
Ups!!
39
Kolam Renang
40
Bertemu Ibu
41
Sosok Harlan
42
Cerita Pilu
43
Hati Yang Lapang
44
Cinta Yang Bersemi
45
Tragedi
46
Jatuh
47
Pulang
48
Kejutan Yang Batal
49
Putus??
50
Kata Hati
51
Menikah
52
Malam Pengantin
53
Penyesalan Vania
54
Jahil
55
Pacaran Halal
56
Rencana Bulan Madu
57
Bulan Madu
58
Pagi Yang Kacau
59
Tidak Sama Lagi
60
Bekal
61
Bekal #2
62
Pesta Dan Negosiasi
63
Yang Terbaik
64
Memasak
65
Seperti Anna Dan Hana
66
Pernikahan Raja
67
Gara-gara Mantan
68
Sayang
69
Wasiat
70
Burn
71
Lost
72
Kesedihan
73
Janji Arya
74
Rumah
75
Anak-anak
76
Pulih
77
Rentenir
78
Bunga
79
Resign?
80
Ibu Dan Anak
81
Tawaran Menggiurkan
82
Cotage
83
Pantai Dan Kenangan
84
Irrasional
85
Pasangan
86
Hal Yang Baik
87
Beautifull Love Storry
88
Dua Garis Merah
89
Investasi
90
Pembukaan Kafe
91
Teman Hidup
92
Jadi Keluarga
93
Bobo Siang
94
Bawaan Bayi
95
Ayah Dan Bunda
96
Ketemu Ayah
97
Ceroboh
98
Pilihan
99
Pilu
100
Love Of My Life
101
Abidzar Algantara

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!