Makan Bersama

🌺

🌺

Arya mengerutkan dahi saat dia turun dari mobilnya, mendapati sebuah motor matic yang sudah sangat dia hafal terparkir di depan rumahnya.

Pria itu kemudian berjalan masuk dengan pandangan yang belum lepas dari motor matic tersebut.

Bruk!!

"Ugh!!" dua orang itu bertabrakan diambang pintu.

Vania terjungkal ke belakang dan hampir saja terjatuh jika saja Arya tak sigap meraih tangannya, lalu menariknya hingga tak sengaja tubuh mereka berdua menempel, dan wajah gadis itu terbenam tepat di dadanya.

Seketika suasana menjadi hening, dan waktu seakan terhenti.

"Ng ..." Vania mengerjap saat aroma maskulin menguar di indera penciumannya. Sementara kedua tangannya meremat kemeja Arya dengan kencang hingga meninggalkan bekas disana.

"Abang udah pulang?" Anna muncul dari dalam rumah, yang kemudian menyadarkan mereka berdua.

Keduanya segera menjauh.

"Aku kirain pulangnya malam lagi?" gadis itu melihat jam di layar ponselnya .

"Mm ... iya. Kebetulan pekerjaan hari ini selesai lebih awal." Arya terbata. Keadaan sedikit terasa canggung sekarang ini, dan dia melirik kearah Vania yang agak salah tingkah denga kedua pipi yang merona.

"Oh, ..." Anna mengangguk-anggukan kepalanya.

"Kita baru beres ngobrol soal resepsi." lanjutnya, yang menyadari lirikan kakak laki-lakinya tersebut kepada Vania.

"Hmm ..." Arya hanya menggumam.

"Aku ... mau ambil katalog dulu di motor." Vania mengalihkan pembicaraan. Dia kemudian menghambur ke arah motornya, dan mengambil beberapa benda disana. Lalu kembali.

"Kak Anna bisa lihat-lihat gambarnya untuk memilih dekorasi sama pelaminannya." gadis itu menyerahkan beberapa buku katalog kepada Anna.

"Oke, ayo balik lagi kedalam?" Ajak Anna kepadanya.

Vania mengangguk dan mengikuti sang tuan rumah kembali kedalam.

Sementara Arya menatap mereka hingga keduanya menghilang dibalik pintu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Jadi, udah deal ya? pilihannya yang ini." Vania meyakinkan keputusan si calon pengantin.

"Iya."

"Gimana Kang Rendranya?"

"Dia nyerahin semuanya ke aku Van."

"Oh oke kalau gitu, berarti nggak ada masalah soal itu." gadis itu menutup buku catatannya.

Anna mengangguk-anggukan kepala.

"Ya udah, kalau gitu aku mau pulang." Vania membereskan perlengkapannya kedalam tas.

"Eh tunggu, kita makan dulu ya?" Anna menahan gadis itu yang hampir bangkit.

"Hum?" Vania sedikit terperangah.

"Mumpung kesini. Kebetulan juga Abang udah pulang, jadi kita makan sama-sama." lanjutnya, yang kemudian melirik kepada Arya yang baru saja turun dari kamarnya setelah membersihkan diri.

"Mm ... aku ...

"Udah, ... makan dulu. Aku tadi beli lauknya agak banyak karena ingat kamu kesini hari ini." dia menariknya keruang makan.

***

"Abang mau makan sama apa?" Anna meraih piring di depan Arya.

"Apa saja boleh." pria itu menjawab.

Kemudian Anna meraup satu centong nasi, sayuran, dan sepotong daging berbumbu merah untuk kakak laki-lakinya.

"Cukup Anna." Arya mengulurkan tangan meminta makanannya, yang kemudian diserahkan adik perempuannya itu.

"Kamu Van?" ucapnya kepada Vania yang terdiam dengan pandangan fokus kepada mereka. Memperhatikan interaksi tersebut dengan sedikit rasa haru. Dia memang sudah terbiass melihat hal tersebut, namun hal itu selalu membuat hatinya menghangat.

"Kamu mau makan apa, Van?" sekali lagi Anna bertanya, menyadarkan Vania dari lamunannya.

"Hah, apa kak?" gadis itu tergagap.

"Kamu mau makannya sama apa? sini, aku ambilin?" Anna mengulurkan tangannya.

"Oh, ... nggak usah. Aku ambil sendiri aja kak." jawab Vania, lalu bangkit untuk mengambil nasi beserta lauknya.

Kemudian mereka memulai acara makannya.

"Nanti, setelah aku nikah sebaiknya abang sewa asisten rumah tangga aja ya?" Vania memulai percakapan.

"Untuk apa?" Arya menyuapkan nasi kedalam mulutnya.

"Ya untuk urus rumah dan lain-lainnya."

"Tidak usah. Abang bisa."

"Kan abang kerja?"

"Tidak masalah. Abang masih bisa. Dulu saja waktu kalian masih kecil abang bisa."

"Ish, ... itu beda lah. Ada kak Alya yang bantuin ..."

"Sama saja."

Anna terdiam menatap pria itu yang fokus pada makanannya.

"Masa abang harus ngerjainnya sendiri?" dia merasa tenggorokannya tercekat. Membayangkan kakak laki-lakinya yang akan mengurus dirinya sendiri, mengerjakan pekerjaan rumah, dan semacamnya.

"Memangnya kenapa?" Arya memalingkan pandangan, seraya meneguk air minumnya hingga habis setengahnya.

"Aku nggak tega." ucap Anna, pelan.

Pria itu tergelak.

"Belum apa-apa sudah memikirkan itu?" katanya.

"Aku kepikiran Abang terus. Kalau aku udah nikah, terus siapa nanti yang bakalan ngurus Abang?" seru Anna.

"Abang bukan bayi yang harus diurus orang lain?" Arya bergumam.

"Tapi nanti ...

"Tidak usah dipikirkan, abang akan baik-baik saja. Apalagi nanti cuma mengurus diri sendiri, tidak ditambah mengurus tiga adik perempuan yang masih kecil-kecil." dia tertawa.

"Iya juga sih, ...

"Jangan dipikirkan." pria itu menyentuh lengan Anna untuk meyakinkannya. "Fokus saja pada pernikahanmu, itu yang lebih penting sekarang ini." katanya.

Dan adegan tersebut sukses membuat tamu mereka yang menyimaknya kembali merasakan keharuan tersendiri.

Vania menyeka sudut matanya yang basah, kemudian meraih gelas minuman untuk diteguknya sedikit, lalu berdeham.

"Tambah lagi Van?" Anna yang menyadari hal tersebut.

"Nggak usah kak, makasih." tolaknya, lalu dia melirik ke arah Arya yag juga sudah menyelesaikan makannya.

"Ish, ... dikit amat? padahal makanannya masih banyak lho?" ucap Anna.

"Makasih kak, soalnya kalau nanti pulang kerumah juga harus makan lagi, kan nggak enak kalau disini udah kenyang duluan. Ibu bisa marah kalau aku nggak makan dirumah." jawab Vania dengan tawa renyah mengikuti perkataannya.

"Masa?"

"Iya."

"Enak ya, kalau masih ada ibu? ada yag ngurusin. Nggak serba sendirian. Apa-apa ada yang nyiapin."

"Hu'um, ..." Vania mengangguk. "Tapi seneng juga kalau punya kakak. Ada temen ngobrol, juga curhat. Sekaligus ada temen bercanda juga." lanjutnya, yang kembali melirik Arya. Pria itu hanya terdiam menyimak percakapan tersebut.

"Begitulah, ... tapi sedihnya ya gini, pas kita mau nikah dan akan pergi karena harus mengikuti suami. Masih mending kalau kakaknya udah berkeluarga, nah ini ... kalau abangnya masih jomblo, ... bikin sedihlah, ... kepikiram terus." keluh Anna.

Vania terawa demi mendengar perempuan tersebut berbicara.

"Ish, ... senangnya dengar orang lain di ejek?" Arya menyela percakapan, membuat Vania menghentikan tawanya.

"Bukan lagi ngejek abang, ini cuma cerita." sergah Anna.

"Cerita yang mengesalkan." keluh Arya.

"Makanya, cari jodoh! biar nggak sensi kalau ada yang lagi bahas masalah gituan." ucap Anna.

"Itu lagi ..." gumam Arya sambil membuang muka.

Vania mengulum senyum. Dia juga suka melihat perdebatan seperti ini, bertahun-tahun berteman dengan Alena dan dekat dengan ketiga kakaknya membuat dia terbiasa dengan segala hal tentang mereka. Dan menurutnya itu menyenangkan. Melihat Arya yang begitu akrab dengan ketiga adik perempuannya. Melihat pria itu yang begitu menyayangi mereka, seolah tidak ada lagi hal paling berharga di dunia selain mereka. Dia bakan melupakan dirinya sendiri demi ketiga adiknya. Dan itu manis.

"Kamu, ... punya saudara yag masih single nggak?" tanya Anna kemudian.

"Ppfftthh ..." Arya hampir saja menyemburkan air minum yang tengah di sesapnya.

Vania tertegun.

"Kayaknya abang harus di cariin jodoh deh, kalau nggak ya bakalan jomblo terus." lanjutnya.

"Anna?" Arya berseru.

"Aku ... nggak punya sodara seumuran. Ada juga yang masih sd." jawab Vania, dia menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Jangan. Yang seumuran abang aja. Mudaan dikit nggak apa-apa, yang penting singel." Anna meneruskan.

"Ng ..."

"Tapi kalau seumuran kamu nggak mungkin ada, ... " dia melirik kakak laki-lakinya. "Abangnya ketuaan." kemudian berbisik sambil menghalangi gerakan bibirnya dari pria itu.

"Kedengaran tahu!" gumam Arya.

Vania kembali tertegun.

"Habisnya kemarin aku kasih foto teman-teman aku nggak ada yang cocok. Padahal cantik-cantik lho."

"Heh, ... mereka bukan tipe Abang!" tukas Arya.

"Dih, semua cewek kayaknya bukan tipe Abang? dikasih yang gimana-gimana pun tetap nggak bikin abang tertarik." Anna menjawab.

"Apa kita akan terus berdebat soal ini? kamu tahu, ini mulai membuat abang kesal."

"Ya nggak, kalau abang udah ada jodohnya."

Arya mendengus kasar.

"Atau ..." Anna menoleh kepada Vania. Dia menatap gadis itu dengan lengkungan senyum di bibirnya.

"Apa?" dia bereaksi.

"Kamu juga masih jomblo kan?" tanya Anna kemudian.

"Ng ...

"Oh, ... yang benar saja!" gumam Arya.

"Kenapa nggak sama Vania aja?" ucap Anna, membuat dua orang di dekatnya terhenyak.

"Hah?" mereka bersamaan, lalu saling pandang.

"Nggak mungkin!" ucap mereka lagi.

"Serius, kalian kan udah lama saling kenal, kenapa nggak nyoba aja?"

"Kamu pikir ini apa?" Arya bereaksi.

"Kak Anna bercanda." Vania tertawa, dia kemudian meneguk air minum untuk menetralisir kecanggungan yang tiba-tiba dirasakannya.

"Ya kali kamu minat sama Abang?" Anna mencondongkan tubuhnya ke arah Vania.

"Oh, ... aku belum kepikiran ke arah sana." dia mengibaskan tangannya di depan. "Aku mau kerja dulu, mau bantu ibu dulu, terus besok aku mau mulai jualan juga 'kan, jadi pasti nggak punya waktu untuk mikirin hal itu kak. Hehe ... maaf, aku nggak ...

"Dia bukan tipe abang juga, ..." Arya memotong ucapan Vania, "Anak kecil, teman Alena juga? nanti serasa berhubungan dengan adik sendiri." lanjutnya, dia merapatkan punggungnya pada sandaran kursi, dengan kedua tangan dilipat di dada. Wajahnya berubah datar dengan suara yang terdengar dingin.

Vania mengulum bibirnya kuat-kuat.

"Sudahlah, jangan mambahas ini lagi." pria itu bangkit dari duduknya. "Abang selesai." dia menghambur melewati tangga menuju ke kamarnya.

"Ish, ... gitu aja marah?" gumam Anna.

Vania masih terdiam di tempatnya.

"Gitu ya? padahal niat aku kan baik." ucapnya, yang kembali menoleh kepada teman adik bungsunya itu.

"Kadang niat baik nggak akan ditanggapi baik juga kak." Vania berujar.

"Iya sih .. kamu marah nggak sama yang aku bilang tadi?"

"Nggak lah. Kenapa harus marah?"

"Kalau abang suka marah-narah kalau aku bahas soal jodoh."

"Ya berarti jangan bahas soal itu lagi."

"Tapi aku khawatir, gimana nanti setelah aku nikah? siapa yang akan ngurusin abang?"

"Ck! Bang Arya kan orang dewasa, pasti bisa ngurus dirinya sendiri lah. Mau makan tinggal beli, soal pakaian ada loundry, yang beresin rumah? sewa orang sesekali juga bisa."

"Tapi kan tetep aja."

"Menurut aku jangan terus dibahas soal itu, biarkan Abang nyaman dengan pilihannya. Dadipada memaksakan diri malah ngga baik kan?"

"Iya sih." Anna menganggukan kepala.

"Ya udah, kayaknya aku harus pulang." Vania menatap jam dinding yang sudah menunjukan pukul 7 malam.

"Nanti kita ketemu lagi pas fitting baju ya?"

"Oh, ... oke. Sekalian sama buat bridesmaid kan ya?"

"Boleh, ..."

"Ya udah, aku pamit ya?" Vania berjalan keluar diikuti Anna dibelakang.

"Bilangin abang aku pamit ya kak?" dia mengenakan helm, lalu menaiki motor maticnya.

"Hu'um, ... nanti aku bilangin."

"Ok, bye kak." kemudian gadis itu pergi, dan Anna kembali masuk kedalam rumah. Sementara Arya menatap kepergiannya dibalik tirai jendela kamarnya di lantai atas.

Oh hati, ada apa dengan dirimu ini? dia menyentuh dadanya yang berdegup kencang setiap kali menatap sahabat dari adik bungsunya itu.

🌺

🌺

🌺

Bersambung ...

Cie cieeeeeeee, ... ada yang cenat cenut bang? 🤭🤭🤭

Jangan lupa klik like, komen dan hadiahnya. vote juga oke, bantu novel ini biar muncul ke permukaan ya.

I love you full 😘😘😘

Terpopuler

Comments

kookiee 💕

kookiee 💕

jangan jual mahal lah bangg, keburu dipepet yg lain tau rasa ntar 😁😁

2023-02-23

0

Yane Kemal

Yane Kemal

Gengsi

2022-08-18

1

rinny

rinny

ternyata ada yg cenat cenut hatinya nich.... 😅😅😅😅

2022-03-01

1

lihat semua
Episodes
1 Ulang Tahun Dilan
2 Jodoh Masa Depan
3 Jadi Baik?
4 Jodoh Untuk Abang
5 Makan Bersama
6 Jogging
7 Vania Dan Vanilla
8 Kopinya Manis
9 Calon Istri?
10 Hati Vania
11 Antara Jodoh Dan Ngobrol
12 Sakit
13 Suasana Baru
14 Calon Suami?
15 Ungkapan Hati
16 Pelanggan Spesial
17 Dua Hati
18 Perasaan Yang Sama
19 Hubungan Rahasia
20 Kencan
21 Gara-gara Vania
22 Kita?
23 Siraman
24 Pernikahan Anna
25 Kepastian
26 Janji Vania
27 Waktu
28 Acuh
29 Berbicara
30 Pertemuan
31 Misi Raja
32 Dua Hati
33 Nggak Romantis
34 Gara-gara Es Krim
35 Ide Alena
36 Ide Alena #2
37 Salah Tingkah
38 Ups!!
39 Kolam Renang
40 Bertemu Ibu
41 Sosok Harlan
42 Cerita Pilu
43 Hati Yang Lapang
44 Cinta Yang Bersemi
45 Tragedi
46 Jatuh
47 Pulang
48 Kejutan Yang Batal
49 Putus??
50 Kata Hati
51 Menikah
52 Malam Pengantin
53 Penyesalan Vania
54 Jahil
55 Pacaran Halal
56 Rencana Bulan Madu
57 Bulan Madu
58 Pagi Yang Kacau
59 Tidak Sama Lagi
60 Bekal
61 Bekal #2
62 Pesta Dan Negosiasi
63 Yang Terbaik
64 Memasak
65 Seperti Anna Dan Hana
66 Pernikahan Raja
67 Gara-gara Mantan
68 Sayang
69 Wasiat
70 Burn
71 Lost
72 Kesedihan
73 Janji Arya
74 Rumah
75 Anak-anak
76 Pulih
77 Rentenir
78 Bunga
79 Resign?
80 Ibu Dan Anak
81 Tawaran Menggiurkan
82 Cotage
83 Pantai Dan Kenangan
84 Irrasional
85 Pasangan
86 Hal Yang Baik
87 Beautifull Love Storry
88 Dua Garis Merah
89 Investasi
90 Pembukaan Kafe
91 Teman Hidup
92 Jadi Keluarga
93 Bobo Siang
94 Bawaan Bayi
95 Ayah Dan Bunda
96 Ketemu Ayah
97 Ceroboh
98 Pilihan
99 Pilu
100 Love Of My Life
101 Abidzar Algantara
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Ulang Tahun Dilan
2
Jodoh Masa Depan
3
Jadi Baik?
4
Jodoh Untuk Abang
5
Makan Bersama
6
Jogging
7
Vania Dan Vanilla
8
Kopinya Manis
9
Calon Istri?
10
Hati Vania
11
Antara Jodoh Dan Ngobrol
12
Sakit
13
Suasana Baru
14
Calon Suami?
15
Ungkapan Hati
16
Pelanggan Spesial
17
Dua Hati
18
Perasaan Yang Sama
19
Hubungan Rahasia
20
Kencan
21
Gara-gara Vania
22
Kita?
23
Siraman
24
Pernikahan Anna
25
Kepastian
26
Janji Vania
27
Waktu
28
Acuh
29
Berbicara
30
Pertemuan
31
Misi Raja
32
Dua Hati
33
Nggak Romantis
34
Gara-gara Es Krim
35
Ide Alena
36
Ide Alena #2
37
Salah Tingkah
38
Ups!!
39
Kolam Renang
40
Bertemu Ibu
41
Sosok Harlan
42
Cerita Pilu
43
Hati Yang Lapang
44
Cinta Yang Bersemi
45
Tragedi
46
Jatuh
47
Pulang
48
Kejutan Yang Batal
49
Putus??
50
Kata Hati
51
Menikah
52
Malam Pengantin
53
Penyesalan Vania
54
Jahil
55
Pacaran Halal
56
Rencana Bulan Madu
57
Bulan Madu
58
Pagi Yang Kacau
59
Tidak Sama Lagi
60
Bekal
61
Bekal #2
62
Pesta Dan Negosiasi
63
Yang Terbaik
64
Memasak
65
Seperti Anna Dan Hana
66
Pernikahan Raja
67
Gara-gara Mantan
68
Sayang
69
Wasiat
70
Burn
71
Lost
72
Kesedihan
73
Janji Arya
74
Rumah
75
Anak-anak
76
Pulih
77
Rentenir
78
Bunga
79
Resign?
80
Ibu Dan Anak
81
Tawaran Menggiurkan
82
Cotage
83
Pantai Dan Kenangan
84
Irrasional
85
Pasangan
86
Hal Yang Baik
87
Beautifull Love Storry
88
Dua Garis Merah
89
Investasi
90
Pembukaan Kafe
91
Teman Hidup
92
Jadi Keluarga
93
Bobo Siang
94
Bawaan Bayi
95
Ayah Dan Bunda
96
Ketemu Ayah
97
Ceroboh
98
Pilihan
99
Pilu
100
Love Of My Life
101
Abidzar Algantara

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!