Hubungan Rahasia

🌺

🌺

Vania melihat sekeliling ruangan di lantai satu gedung tempat Arya bekerja baru-baru ini. Hari itu dia seperti biasa mengantarkan sendiri pesanan makan siang untuk karyawan. Sengaja, agar memiliki alasan untuk bertemu sang kekasih hati.

Kekasih? gadis itu terkekeh sambil menutup mulut dengan tangannya. Konyol sekali pikirannya. Baru semalam mereka saling mengutarakan perasaan dan ... ah, ... dirinya teringat kejadian itu lagi.

Ketika Arya mencuri ciuman pertamanya tanpa aba-aba, yang membuatnya hampir tak bisa tidur semalaman. Dan hari ini dia bahkan hampir terlambat untuk melakuka segala hal.

Vania menepuk kepalanya saat bayangan itu kembali berkelebat di ingatannya.

"Kamu kenapa?" suara beriton yang sangat dikenalinya terdengar begitu dekat.

Gadis itu menoleh dan Arya berada disana, berjalan dengan langkah lebar ke tempatnya berdiri.

"Aku ..." dia terhenyak.

"Antar makan siang?" tanya Arya saat dia berhenti setengah meter di depannya.

Vania mengangguk.

"Kenapa tidak memanggil orang untuk membantu?" Arya melirik kantung kresek besar yang Vania genggam, berisi sekitar sepuluh kotak nasi pesanan karyawan.

"Nggak ada orang ..."

Arya tak menjawab, namun di melihat sekeliling lantai satu tersebut yang memang tampak lengang. Dai berdecak, kemudian merogoh ponselnya di saku kemeja.

"Jam istirahat bukan berarti tidak ada orang di depan ya? lain kali dibuatkan lagi jadwal bergiliran agar frontline tidak kosong." katanya pada seseorang di depan, lalu panggilan diakhiri.

"Lain kali telfon Cindy kalau kamu mau mengantar makanan, agar dia bisa menyuruh orang untuk membantu kamu." ucapnya kepada Vania.

"Ada nomor telfonnya kan?" tanya nya kemudian.

"Ada." Vania mengangguk.

"Ya sudah, kenapa malah membawa ini sendiri?" Arya merebut kantung kresek dari tangannya. Kemudian meletakannya di meja resepsionis yang terletak tak jauh darinya.

Satu orang Satpam muncul, dan seorang resepsionis yang biasa bekerja di depan pun muncul tak lama setelahnya.

"Maaf Pak?"

"Ini habis dari mana? masa bagian depan dibiarkan kosong begini? kalau ada hal penting bagaimana?" Arya lengsung meradang.

"Maaf Pak, tadi ada urusan sebentar." jawab satpam.

"Iya tapi masa harus bersamaan seperti itu? bapak keamanan lho disini. Kalau ada apa-apa bapak yang harus bertanggung jawab." Arya berujar.

"Iya pak, maaf." pria itu menundukkan kepala.

"Kamu juga," kemudian Arya beralih kepada resepsionis. "Tugas kamu disini lho, menangani semua hal yang masuk. Entah itu tamu atau barang yang datang. Bagaimana kalau ada yang datang waktu kamu tidak ada, dan mereka mengira kalu kantor ini tidak beroperasi? kamu tahu kita akan kehilangan apa saja? tender penting, kerjasama dan segala yang berhubungan dengan pekerjaan kita disni. Dan itu akan menghambat semuanya, termasuk pekerjaan dan gaji kamu."

Gadis itu terdiam.

"Mau seperti itu? kamu bukan orang baru kan disini?" Arya melanjutkan omelannya.

"Maaf Pak. Lain kali tidak saya ulangi."

"Tidak ada lain kali ya, sekali lagi kalian seperti ini saya langsung SP3." ucap Arya dengan tegas.

Dua orang di depannya terperangah.

"Eh, ... kenapa begitu?" Vania bereaksi, setelah menyimak apa yang pria itu ucapkan sebelumnya.

"Sekarang bantu bawa makanannya dari mobil." Arya memerintahkan kepada si penjaga keamanan, dan pria itu menurut.

"Ayo keatas." ucapnya kepada Vania sambil menggendikan kepala.

"Aku?" gadis itu menunjuk wajahnya sendiri.

"Menurut kamu siapa? tuyul?" Arya dalam mode kesal.

"Ng ..."

Dia mulai lagi. Vania menggumam dalam hati.

"Ayo, bawa satu kotak makanannya. Saya lapar." ucap Arya dengan ketus, seraya melangkah ke arah lift.

"Lho?" Vania tertegun.

"Vania?" panggil pria itu saat menyadari gadis itu tak mengikuti permintaannya.

"Eh, ... iya bang iya." Vania segera menyambar satu kotak berisi nasi, dan dengan cepat mengikuti langkah Arya ke arah lift, yang kemudian melesat membawa mereka ke lantai paling atas gedung tersebut.

***

"Masuk." ucap Arya pada saat mereka tiba di ruangannya. Sementara Vania masih tertegun diambang pintu, menatap ruangan terang berjendela besar tersebut yang dalam keadaan berantakan.

Segala peralatan gambar berserakan diatas meja ditengah ruangan. Di dekat kertas gambar yang sedang dalam proses pengerjaan.

"Jadi gini ya ruang kerjanya arsitek? berantakan." Vania bergumam.

"Masuk Vania!" ucap Arya lagi saat gadis itu masih betah berdiri disana.

Vania melirik kepadanya, kemudian masuk.

"Duduk." katanya, yang kemudian menjatuhkan tubuh tingginya diatas sofa tak jauh dari meja kerjanya.

Vania duduk di sebelahnya, kemudian meletakan kotak nasi di meja.

"Abang mau makan?" gadis itu membuka kotak nasinya.

"Sebentar." Arya memejamkan mata sambil memijit pangkal hidungnya.

"Abang kenapa? sakit?" dia mencondongkan tubuhnya.

"Saya pusing." keluh Arya.

"Jelas pusing, tempat kerjanya berantakan gini?"

Arya tak menjawab, dia kemudian memijit pelipisnya sendiri.

"Makan dulu bang?" Vania mendekat, dan keningnya seketika berkerut saat merasakan hawa panas menguar dari tubuh pria itu.

"Abang beneran sakit?" lalu dia menyentuh keningnya.

"Cuma kurang enak badan." jawab Arya.

"Karena kehujanan semalam?" ucap gadis itu yang membenahi letak kepalanya di sofa.

"Saya lupa minum obat, ... jadinya begini." keluh pria itu kala rasa pening menyerang kepalanya.

"Lagian semalam pake hujan-hujanan segala, kayak anak kecil deh?" omel Vania.

"Kalau nggak gitu saya nggak akan tahu perasaan kamu." jawab pria itu.

Vania terdiam, kemudian tersenyum dengan kedua pipi merona ketika dia kembali mengingat kejadian semalam.

"Kamu jadi aneh?" Arya bangkit. "Kamu juga sakit?" dia memiringkan kepala untuk melihat wajah gadis itu yang semakin merona.

"Nggak, mana ada aku sakit? aku udah terbiasa kena angin sama hujan. Aku strong!!" Vania mengangkat wajahnya.

Arya mencibir, satu sudut bibirnya dia ngkat keatas.

"Makan dulu lah, abis itu minum obat. Jangan sampai sakit, bisa repot kalau abang sakit." dia menarik kotak makan di depannya.

"Ini." yang kemudian dia sodorkan kepada Arya.

Pria itu terdiam menatap benda tersebut.

"Mau aku suapin?" Vania dengan senyum lebarnya.

Arya menatapnya agak lama.

"Ya udah ...

"Tidak usah. Saya bisa sendiri." Arya merebut kotak makanan tersebut dari tangan Vania, kemudian mulai melahap isinya.

"Ish, ... mode nyebelinnya kambuh lagi." Vania melipat kedua tangannya di dada. "Untung sayang, kalau nggak ..." kemudian dia bergumam.

"Apa? kamu bicara apa?" Arya menghentikan kegiatan makannya.

"Nggak, abang terusin aja makannya, abis itu minum obat. Disini ada obatnya nggak?" dia melihat ke beberapa sudut.

"Nggak ada." Arya meneruskan makan siangnya.

"Yah, ... sediain obat kenapa bang?"

"Buat apa?"

"Ya buat keadaan kayak gini."

"Tidak usah, istirahat sebentar sudah pulih." tukas Arya.

"Hmm ... robot." ucap Vania.

"Apa?"

"Eh, ... nggak." gadis itu menggelengkan kepla.

"Kalau gitu aku pulang deh." Lanjut Vania.

"Kamu sibuk?" Arya meneguk air minum hingga habis setengahnya saat dia menyelesikan maka siangnya.

"Nggak juga. Tapi kasihan Mimi di depan sendirian. Jam segini biasanya rame." dia melihat jam di layar ponselnya.

"Sama Mimi kasihan, sama saya kamu nggak kasihan?" protes Arya.

"Ng ...

Mata mereka bertemu untuk ke sekian kalinya, dan membuat hati keduanya berdesir-desir tak karuan.

"Apa kita beneran pacaran?" Vania tiba-tiba terkekeh.

Arya terdiam..

"Sebenernya kita ini gimana sih?" lanjutnya, sambil menepuk-nepuk kepalanya sendiri.

"Kenapa kamu masih saja membahas itu?" Arya kembali merebahkan kepalanya pada sandaran sofa.

"Emang nggak harus ya? nggak penting untuk dibahas gitu?" ujar Vania.

"Tidak usah, ... kamu buang-buang waktu." jawab Arya.

"Buang-buang waktu? abang sendiri kalau ngomong suka muter-muter, apa itu nggak buang-buang waktu?"

"Itu lagi ..." gumam Arya.

"Eh, ... abang udah bilang sama kak Anna?" Vania mengalihkan pembicaraan.

"Soal apa?"

"Soal ini. Soal ... hubungan kita."

Dih, hubungan? Vania terkikik dalam hati.

"Belum." Arya bangkit dan menegakkan posisinya. "Baru juga sehari?"

"Iya memang."

"Kamu mau saya bilang sama mereka?" Arya kemudian menoleh, dan sebuah senyum terbit di bibirnya. Dia ingat ketiga adik perempuannya sangat berharap dirinya segera menemukan jodoh. Dan mereka pasti akan merasa senang mengetahui dirinya telah menemukan tambatan hati.

Tambatan hati. Arya terkekeh.

"Ayo nanti kerumah? kita panggil adik-adik." lanjutnya.

"Hah, mau apa?" Vania menjengit.

"Mengumumkan hubungan kita." jawab Arya.

"Hubungan kita?" gadis itu membeo.

Arya menganggukan kepala.

Vania terdiam untuk berpikir.

"Baru juga sehari udah mau di umumin?" ucap Vania.

"Memangnya kenpa?"

"Ya nggak kenapa-napa, cuma ... agak gimana gitu."

"Kamu ... tidak mau hubungan ini diketahui orang lain?" Arya menangkap gelagat tak biasa di wajah gadis itu.

"Bukan gitu ... maksud aku ... ini kan baru kemarin, baru juga jadian, masa udah mau pamer?"

"Apa masalahnya?"

"Nggak ada. Cuma ... mereka nanti pada heboh, apalagi Alena, abang tahu sendiri. Nanti mereka banyak tanya, ngomong banyak hal juga, dan aku nggak siap. Ini terlalu tiba-tiba." Vania berlasan.

Arya tertegun.

"Sementara, ...sampai ...

"Kamu malu behubungan dengan saya?" Arya kemudian bertanya.

"Hah?"

"Kamu malu karena berhubungan dengan laki-laki yang jauh lebih tua seperti saya?"

"Nggak ih, bukan gitu bang!" sergah Vania.

"Saya kok merasanya seperti itu?"

Vania membuka mulutnya hendak menyanggah ucapan pria yang hampir berusia 38 tahun itu.

"Apa perbedaan umur menjadi masalah buat kamu?" Arya kembali berucap.

Dan Vania menggelengkan kepala. "Nggak ih, abang salah faham!"

"Terus kenapa kamu tidak mau orang-orang mengetahui hubungan ini? sepertinya kamu malu ..." Arya bersedekap.

"Ish ... udah dibilangin bukan itu masalahnya!" Vania dengan gemasnya.

Arya terdiam.

"Abaaang!!" gadis itu menyentuh lengan Arya seraya mendekat.

"Bukan masalah umur atau apapun yang berhubungan dengan itu. Tapi masalahnya aku belum siap menghadapi ejekan adik-adik abang." katanya.

"Ejekan?" Arya mengerutka dahi.

"Tahu sendiri abang punya adik yang semuanya cerewet kalau soal ini? dan aku harus siapin mental dulu nih." jelas Vania.

Arya kemudian tertawa.

"Sudah tahu sikap mereka begitu?"

"Iya tapinya ... ah, ... aku nggak akan tahan! kalau cuma Alena nasih bisa. Tapi kalau kak Anna sama kak Alya tahu, bayangin bakal gimana jadinya?" gadis itu mulai panik.

"Kamu aneh."

"Atulah abaaanng!!" rengek Vania sambil mengguncang tubuh Arya yang duduk tegak bersedekap disampingnya.

Pria itu tertawa lagi, merasa lucu dengan kelakuan gadis muda yang baru semalam menjadi keksihnya itu.

"Abaaangg!!" rengek Vania lagi.

"Iya iya, oke. Ish, ... " pria itu akhirnya menyerah.

"Yeee ..." secara refleks gadis itu merangkul tubuh Arya, dan menempelkan kepala dipundaknya.

"Jadi, kita sembunyi-sembunyi dulu nih?" ujar Arya, dan dia menikmati pelukan Vania di tubuhnya.

"Hu'um, ..." dia mengangguk, masih dalam posisi merangkul pria yang kini telah menjadi kekasihnya.

"Hmmm ...." Arya menghembuskan napas pelan sambil mengerucutkan mulutnya.

"Ya, abang ya? cuma sebentar." bujuk Vania, dia mendongak sambil tersenyum imut.

Arya kembali menatapnya dengan perasan berdebar.

"Ya, abang ... sayang?" ulang Vania.

"Kamu genit." pria itu bergumam.

"Nggak apa-apa, asal abang mau kita hubungannya diem-dieman dulu."

"Sembunyi-sembunyi."

"Hu'um."

"Rahasia ...

"Iya, ...abang pinter. Nggak heran jadi arsitek kebanggaan perusahaan ini?"

Pria itu mencebik, "Pandai merayu?"

Vania hanya tersenyum.

"Permintaan yang aneh." Arya terus bergumam, dan Vania pun terus tersenyum.

"Haah, ... baiklah-baiklah, ..." dia akhirnya menyerah juga.

"Yes!!" Vania semakin mengeratkan pelukannya.

"Makasih abang." kemudian dia mengurai rangkulan tangannya setelah beberapa saat.

"Tapi, setelah ini aku mau kerumah dan menemui ibu kamu." ucap Arya kemudian, dan sapaannya pun kini berubah.

"Maksudnya?"

"Aku mau menemui tante Melly untuk meminta izin."

"Izin apa?" tubuh Vania menegang seketika, lalu mundur.

"Izin menikahi kamu." Arya mencondongkan tubuhnya.

"Ap-apa?" gadis itu terperangah.

Arya tersenyum sambil menganggukan kepala.

"Aku serius, ... " katanya, dan sukses membuat Vania semakin kehilangan keberaniannya.

🌺

🌺

🌺

Bersambung ..

Nah lu, makin serius aja bang? baru juga jadian? 🤭🤭

Like, koment, vote!!

oh iya, novel ini aku bawa ke aplikasi ijo ya gaes, dengan judul dan nama author sama, tapi tenang masih aku up disini kok sampai tamatnya nanti. Tapinya aku mau minta bantuan kalian dikit aja. buat kalian yang punya aplikasi ijo itu mohon mampir dan kasih like dan komen disana untuk meningkatkan popularitas. Maksih sebelumnya.

lope lope segudang 😘😘

Terpopuler

Comments

itanungcik

itanungcik

lanjut bestie

2023-02-04

2

mbu winda

mbu winda

gaspoooll abaaannggg 😍😍

2022-09-29

2

Kireina

Kireina

arya so sweet🥰

2022-08-10

2

lihat semua
Episodes
1 Ulang Tahun Dilan
2 Jodoh Masa Depan
3 Jadi Baik?
4 Jodoh Untuk Abang
5 Makan Bersama
6 Jogging
7 Vania Dan Vanilla
8 Kopinya Manis
9 Calon Istri?
10 Hati Vania
11 Antara Jodoh Dan Ngobrol
12 Sakit
13 Suasana Baru
14 Calon Suami?
15 Ungkapan Hati
16 Pelanggan Spesial
17 Dua Hati
18 Perasaan Yang Sama
19 Hubungan Rahasia
20 Kencan
21 Gara-gara Vania
22 Kita?
23 Siraman
24 Pernikahan Anna
25 Kepastian
26 Janji Vania
27 Waktu
28 Acuh
29 Berbicara
30 Pertemuan
31 Misi Raja
32 Dua Hati
33 Nggak Romantis
34 Gara-gara Es Krim
35 Ide Alena
36 Ide Alena #2
37 Salah Tingkah
38 Ups!!
39 Kolam Renang
40 Bertemu Ibu
41 Sosok Harlan
42 Cerita Pilu
43 Hati Yang Lapang
44 Cinta Yang Bersemi
45 Tragedi
46 Jatuh
47 Pulang
48 Kejutan Yang Batal
49 Putus??
50 Kata Hati
51 Menikah
52 Malam Pengantin
53 Penyesalan Vania
54 Jahil
55 Pacaran Halal
56 Rencana Bulan Madu
57 Bulan Madu
58 Pagi Yang Kacau
59 Tidak Sama Lagi
60 Bekal
61 Bekal #2
62 Pesta Dan Negosiasi
63 Yang Terbaik
64 Memasak
65 Seperti Anna Dan Hana
66 Pernikahan Raja
67 Gara-gara Mantan
68 Sayang
69 Wasiat
70 Burn
71 Lost
72 Kesedihan
73 Janji Arya
74 Rumah
75 Anak-anak
76 Pulih
77 Rentenir
78 Bunga
79 Resign?
80 Ibu Dan Anak
81 Tawaran Menggiurkan
82 Cotage
83 Pantai Dan Kenangan
84 Irrasional
85 Pasangan
86 Hal Yang Baik
87 Beautifull Love Storry
88 Dua Garis Merah
89 Investasi
90 Pembukaan Kafe
91 Teman Hidup
92 Jadi Keluarga
93 Bobo Siang
94 Bawaan Bayi
95 Ayah Dan Bunda
96 Ketemu Ayah
97 Ceroboh
98 Pilihan
99 Pilu
100 Love Of My Life
101 Abidzar Algantara
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Ulang Tahun Dilan
2
Jodoh Masa Depan
3
Jadi Baik?
4
Jodoh Untuk Abang
5
Makan Bersama
6
Jogging
7
Vania Dan Vanilla
8
Kopinya Manis
9
Calon Istri?
10
Hati Vania
11
Antara Jodoh Dan Ngobrol
12
Sakit
13
Suasana Baru
14
Calon Suami?
15
Ungkapan Hati
16
Pelanggan Spesial
17
Dua Hati
18
Perasaan Yang Sama
19
Hubungan Rahasia
20
Kencan
21
Gara-gara Vania
22
Kita?
23
Siraman
24
Pernikahan Anna
25
Kepastian
26
Janji Vania
27
Waktu
28
Acuh
29
Berbicara
30
Pertemuan
31
Misi Raja
32
Dua Hati
33
Nggak Romantis
34
Gara-gara Es Krim
35
Ide Alena
36
Ide Alena #2
37
Salah Tingkah
38
Ups!!
39
Kolam Renang
40
Bertemu Ibu
41
Sosok Harlan
42
Cerita Pilu
43
Hati Yang Lapang
44
Cinta Yang Bersemi
45
Tragedi
46
Jatuh
47
Pulang
48
Kejutan Yang Batal
49
Putus??
50
Kata Hati
51
Menikah
52
Malam Pengantin
53
Penyesalan Vania
54
Jahil
55
Pacaran Halal
56
Rencana Bulan Madu
57
Bulan Madu
58
Pagi Yang Kacau
59
Tidak Sama Lagi
60
Bekal
61
Bekal #2
62
Pesta Dan Negosiasi
63
Yang Terbaik
64
Memasak
65
Seperti Anna Dan Hana
66
Pernikahan Raja
67
Gara-gara Mantan
68
Sayang
69
Wasiat
70
Burn
71
Lost
72
Kesedihan
73
Janji Arya
74
Rumah
75
Anak-anak
76
Pulih
77
Rentenir
78
Bunga
79
Resign?
80
Ibu Dan Anak
81
Tawaran Menggiurkan
82
Cotage
83
Pantai Dan Kenangan
84
Irrasional
85
Pasangan
86
Hal Yang Baik
87
Beautifull Love Storry
88
Dua Garis Merah
89
Investasi
90
Pembukaan Kafe
91
Teman Hidup
92
Jadi Keluarga
93
Bobo Siang
94
Bawaan Bayi
95
Ayah Dan Bunda
96
Ketemu Ayah
97
Ceroboh
98
Pilihan
99
Pilu
100
Love Of My Life
101
Abidzar Algantara

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!