"Anak manusia, apa yang kamu inginkan, sehingga kamu sampai berada di sini. Kamu sudah mengganggu urusanku dengan manusia yang ditakdirkan menjadi penguasa tanah Jawa," kata ratu siluman Naga Wilis Kencana.
"Aku tidak menginginkan apa apa. Aku hanya tidak ingin melihat rakyat jelata teraniaya. Apalagi oleh bangsa siluman. Tentang urusanmu dengan calon penguasa tanah Jawa, aku tidak akan ikut campur," jawab Lintang.
Ratu siluman berkata dalam hati, "Aku harus menghindari bentrok dengan anak manusia yang bernama Lintang ini. Bisa saja aku melibatkan Kanjeng Pangeran. Kekuatannya mungkin seimbang. Tapi aku tidak tahu, siapa di belakang anak manusia itu. Apalagi dia mampu membuat Ki Simo takluk. Aku tidak mau takluk pada manusia. Aku mau terikat dengan manusia, yang bisa mengalahkan aku tentunya. Tapi dengan posisi yang setara. Aku tidak mau menjadi taklukan, apalagi jadi siluman tunggangan."
Setelah mempertimbangkan semuanya, akhirnya ratu siluman Naga Wilis Kencana berkata "Anak manusia, apa yang kau inginkan dariku ?"
"Aku hanya ingin, bebaskan semua gadis itu. Tanpa syarat. Atau aku terpaksa melenyapkanmu," jawab Lintang.
"Baiklah. Bawalah mereka. Ku anggap kita tidak pernah punya urusan," kata ratu siluman Naga Wilis Kencana.
"Aku terima. Mereka dalam pengawasanku," jawab Lintang.
Kemudian ratu siluman Naga Wilis Kencana melambaikan tangannya. Dengan diiringi suara bergemerincing, kereta dan rombongan ratu siluman Naga Wilis Kencana melesat dengan cepat, seperti berjalan di angkasa, menuju arah samudra.
Hanya dalam beberapa saat, wujud kereta dan suara bergemerincing lenyap.
Waktu seperti berjalan kembali. Angin kembali bertiup, debur ombak kembali datang.
Lintang memandang ke arah para gadis yang sorot matanya masih seperti orang linglung. Entah karena shyok atau karena mantra tertentu. Sehingga mereka semua belum kembali ke kesadaran mereka.
"Ki, apakah Ki Sardulo bisa membawa mereka semua kembali ke rumahnya ? Atau Ki Sardulo bisa memindahkan mereka kembali ke rumahnya ?" tanya Lintang pada Ki Sardulo.
"Saya bisa memindahkan mereka dalam sekejap, dengan melewati alam siluman den. Apalagi dengan kondisi mereka yang belum sadar sepenuhnya, memudahkan untuk melewati alam siluman. Mereka tidak akan merasa ketakutan," jawab Ki Sardulo.
"Baiklah Ki. Ayo Ki Sardulo bawa mereka lewat alam siluman saja. Kita menuju ke rumah simbok yang anaknya kita selamatkan tadi. Kita ketemu disana Ki," ajak Lintang.
"Baik den. Segera kita lakukan," jawab Ki Sardulo.
Kemudian Ki Sardulo berganti menjadi wujud kakek tua. Mulutnya bergerak gerak seperti membaca . Dalam sekejap, Ki Sardulo beserta delapan gadis, lenyap dari pandangan Lintang.
Suasana jadi sepi. Lintang segera melesat dengan kecepatan yang luar biasa menuju rumah si mbok.
Tidak sampai lima belas menit, Ki Sardulo sampai di tempat ki demang tewas. Dan tidak sampai satu menit, Lintang sampai juga di tempat Ki Sardulo muncul dari alam siluman.
Segera Lintang mencari rumah si mbok, yang ternyata tidak terlampau jauh.
Lintang menyerahkan urusan kepulangan para gadis yang telah Lintang selamatkan, kepada si mbok.
Sebelumnya, Lintang telah menyalurkan tenaga dalamnya pada semua gadis itu, sekedar mengembalikan kesadaran dan sedikit menguatkan mentalnya.
Lintang juga memberikan satu kantong uang kepada si mbok, agar dibagikan kepada para gadis.
Kemudian Lintang pergi, berniat meninggalkan kampung itu untuk meneruskan perjalanannya.
Saat sampai di pinggir kampung, sebatang panah melesat ke arah Lintang. Lintang menangkap panah itu dan memperhatikan ke arah datangnya panah. Desiran suara panah, putaran panah, kecepatan melesatnya panah dan dai bahan panah dibuat, sama persis dengan panah yang membunuh ki demang.
Terlihat sekelebatan bergerak cepat berlari ke arah hutan.
Lintang membatin, jangan jangan ini orang yang sama dengan yang membunuh ki demang.
Lintang segera mengejar. Tidak kesulitan Lintang menemukannya dan memperpendek jarak hingga hanya berjarak sekitar sepuluh meteran.
Kelebatan itu berhenti di tanah lapang di dalam hutan, berdiri menghadap ke arah Lintang. Di samping kiri kanannya, berdiri lima orang menghadap arah Lintang juga.
Pakaian mereka semua sama. Lintang masih ingat wajah orang yang membawa busur di tangan kirinya. Ya. Orang yang bertemu dan bersama tumenggung Kalidoro, mengirim persembahan kepada ratu siluman Naga Wilis Kencana. Ya. Orang itu senopati muda Wirayuda.
Kelima orang lainnya berpakaian sama dengan senopati Wirayuda. Mereka semua senopati.
Di sebelah kanan senopati Wirayuda, adalah senopati utama Bahurekso. Di sebelahnya lagi, senopati Panji Umbara. Di sebelah kanannya lagi, senopati Soma.
Di sebelah kirinya senopati Wirayuda, ada senopati Landung Utama. Sebelah kirinya lagi ada senopati Mahesa Wuni.
Mereka memang sengaja memancing Lintang dan menunggu di hutan itu.
"Adi Wirayuda, benarkah ini orang yang adi ceritakan ?" tanya senopati Bahurekso.
"Benar kakang. Persis seperti yang di ceritakan tiga prajurit kemaren, dan gambaran yang diberikan oleh prajurit telik sandi (mata mata) kemaren," jawab senopati Wirayuda.
"Anak muda, siapa namamu ? Apa kamu orang suruhan Pangeran Haryo ?" tanya senopati Bahurekso.
"Namaku Lintang. Aku tidak kenal siapa Pangeran Haryo," jawab Lintang.
"Kalau kamu bukan suruhan Pangeran Haryo, kenapa kamu mengganggu urusan Kanjeng Pangeran ?" tanya senopati Bahurekso lagi.
"Aku juga tidak kenal siapa Kanjeng Pangeran. Di bagian mana aku mengganggu urusannya ?" Lintang balik bertanya.
Ada perasaan lega di hati enam orang senopati itu. Bahwasanya Lintang bukan suruhan Pangeran Haryo, saingan dan musuh Kanjeng Pangeran dalam memperebutkan pengaruh dan tahta.
"Kamu telah menggagalkan persembahan Kanjeng Pangeran kepada kanjeng ratu," jawab senopati Wirayuda.
"Kalau urusannya tentang menindas rakyat jelata, siapapun itu akan ku tentang," kata Lintang lagi.
"Kamu mau melawan prajurit kraton ?" tanya senopati Bahurekso.
"Prajurit kraton yang mana ? Kraton bubrah (rusak), tatanan bubrah. Semuanya ingin jadi penggedhe," kata Lintang Rahina, "kalian semua senopati. Senopatinya siapa ? senopati kraton ? Atau senopatinya kanjeng pangeran ?" tanya Lintang.
"Anak muda, kamu sudah keliru berurusan dengan kami. Adi sekalian, kita ringkus anak ini," perintah senopati Bahurekso.
"Baik kakang," jawab mereka serentak.
Kelima senopati itu segera memasang kuda kuda bersiap untuk menyerang Lintang.
Lintang pun bersiap menghadapi mereka.
Senopati Wirayuda, sebagai senopati yang paling muda, mengawali menyerang dengan tangan kosong. Jurus pukulannya mengandalkan kecepatan. Pukulan tangan kanannya dalam sekejap mengarah ke rahang kiri Lintang. Lintang menghindar dengan menarik kepalanya ke belakang. Senopati Wirayuda langsung menyambung dengan serangan lutut kiri sambil meloncat mengarah dada.
Lintang merendahkan tubuhnya dengan menarik kebelakang satu kakinya.
Tiba tiba senopati Wirayuda menghantamkan kepalan tangan kananya lagi ke arah ubun ubun Lintang.
Dalam posisi kuda kuda tertekuk, Lintang menyambut pukulan itu dengan pukulan tapaknya, di mana kedua tangannya berwarna keunguan.
Plaakkk !!!
Uughhh !!!
Bruggg !!!
Senopati terlempar melayang kebelakang, kemudian membentur batang pohon yang ada di belakangnya.
Tangannya terasa ngilu, dadanya ikut terasa sesak. Nafasnya berat.
Senopati Wirayuda jatuh terduduk dalam posisi lutut kiri di tanah dan lutut kanan di depan dadanya. Tangan kirinya ikut menyangga tubuhnya. Tangan kanannya mati rasa.
Senopati Wirayuda memandang Lintang dengan wajah pucat. Tidak menyangka, dalam satu kali serangan dia terluka.
\_\_\_ 0 \_\_\_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 282 Episodes
Comments
MATADEWA
Bikin babak belur .....
2023-01-17
0
BaronMhk
hajarrrrrr
2022-12-19
0
BaronMhk
gasssssss bantaiiiii
2022-12-19
0