Lintang yang disusul oleh Ki Sardulo melesat cepat bagai terbang. Berharap bisa segera menemukan sungai/bengawan. Agar bisa segera menemukan sarang Ki Mojo dan anak buahnya.
Beberapa saat kemudian, dalam berlarinya, Lintang melihat sederet sungai yang membujur ke arah timur. Segera saja Lintang mencari tepi sungai yang paling ramai. Biasanya tempat tempat penyeberangan ada tempat pinggir sungai yang paling ramai.
Begitu melihat tempat penyeberangan, Lintang dan Ki Sardulo turun dan berjalan seperti biasa. Lintang meminta Ki Sardulo untuk masuk lagi ke cincin yang Lintang pakai. Untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan andaikata bertemu dengan manusia yang bisa merasakan ataupun melihat hadirnya siluman.
Sampailah Lintang di tempat yang di tuju. Ternyata, tempat itu adalah tempat penyeberangan yang cukup besar dan ramai. Salah satu penyeberangan yang ramai di sepanjang alur sungai Bengawan.
Orang orang yang hendak menyeberang, kebanyakan adalah para pedagang. Ada juga petani, pelancong bahkan kadang kadang rombongan pembesar dan juga para pendekar.
Sedangkan orang orang yang menjual jasa penyeberangan, adalah penduduk kampung sekitar.
Di sekitar tempat penyeberangan, banyak warung warung uang menyediakan berbagai makanan ataupun cemilan. Bahkan ada juga kue kue untuk oleh oleh.
Lintang, yang belum tahu apa yang harus dilakukan, memilih untuk masuk ke warung yang lumayan besar dan sedang ramai pengunjungnya.
Lintang teringat pesan eyangnya. Bahwa tempat yang paling bagus untuk mencari informasi, adalah pasar atau warung makan dan penginapan.
Begitu Lintang Rahina masuk ke dalam, segera disambut pelayan, pria paruh baya dengan perkataan yang ramah, "Silahkan masuk den. Aden mau makan apa ?"
Lintang terdiam sejenak. Kemudian menjawab, "Apa menu andalan di warung ini paman ?"
"Menu istimewa di sini adalah opor ayam dan ayam bakar den," jawab pelayan itu.
"Aku pesan opor," jawab Lintang.
"Baik aden," sahut paman pelayan yang segera ke dapur. Lintang segera mencari meja yang masih kosong. Kebetulan di pojok dalam, menghadap ke jalan masih kosong. Lintang duduk di kursi yang menghadap jalan.
Lintang pesan opor, karena dia belum pernah merasakannya. Kalau ayam bakar, selama di hutan Alas Penahun, Lintang sudah sering memakannya. Yaitu ayam hutan yang dia atau eyangnya tangkap untuk kebutuhan makan.
Tidak menunggu lama, datanglah apa yang Lintang pesan. Terlihat masih mengepulkan asap beraroma gurih, opor ayam. Disertai nasi putih yang tampaknya sangat pulen, di tempatkan dalam piring. Juga satu kendi air putih, yang terasa dingin dan segar di tenggorokan.
Memang, air putih matang, yang disimpan di dalam kendi yang terbuat dari tanah liat, terasa lebih dingin dan lebih menyegarkan.
Selama menikmati makanannya, Lintang memasang telinga, mencoba mendapatkan informasi dari tamu tamu lain yang saling bercerita. Suara pembicaraannya ramai, karena terdapat beberapa kelompok.
"Sudah seminggu ini penyeberangan ditunda," kata seorang pedagang yang sedang makan di meja yang tidak terlalu jauh dari meja Lintang.
"Iya. Kami sudah sejak beberapa hari kemaren belum bisa berangkat menyeberang," sahut yang lainnya.
Mereka para pedagang, walaupun berasal dari daerah yang berbeda beda, tetapi sudah lumayan akrab. Itu dikarenakan mereka satu profesi dan sudah sering bertemu. Bahkan ada yang bersamaan rute perdagangannya.
"Para tukang perahu tidak ada yang berani menyeberangkan. Katanya takut diserang siluman buaya," kata seorang pedagang.
"Bahkan ada yang dirampok di hutan," kata yang lainnya.
"Bukan dirampok, tapi disuruh bayar pajak. Katanya pajak lewat jalan itu," tukas yang lainnya lagi.
"Eh...katanya, sepanjang bengawan ini dikuasai oleh kelompok Ki Mojo. Termasuk tempat tempat penyeberangan juga mulai diatur oleh kelompoknya," kata salah seorang dari mereka.
Menguping dari beberapa pedagang yang saling bercerita, membuat Lintang bisa menyimpulkan, kalau kelompok yang oleh para pedagang disebut dengan kelompok Ki Mojo, sudah sangat mengganggu dan meresahkan masyarakat.
Setelah menghabiskan makanannya dan membayar, Lintang berniat ke tempat penyeberangan. Lintang ingin mengetahui keberadaan siluman buaya itu.
"Ki Sardulo mendengarkan cerita cerita para pedagang tadi kan ? Ki Sardulo tahu, siapa siluman buaya itu dan seberapa kekuatannya ?" tanya Lintang pada Ki Sardulo setelah mereka keluar dari warung makan.
"Mungkin itu siluman buaya yang sudah lama menghuni dan menguasai wilayah bengawan itu den. Kalau memang itu yang di maksud, kekuatannya termasuk yang terkuat, walaupun masih di bawah kekuatan kami berempat. Yaitu aku sendiri, siluman naga yang menguasai daerah selatan, siluman harimau putih yang menguasai barat dan siluman kera yang menguasai daerah timur," Ki Sardulo menjelaskan.
"Apakah mereka masih bebas Ki ? Atau sudah ada yang menaklukkan ?" tanya Lintang lagi.
"Kalau siluman harimau putih, kabarnya sudah ikut seorang pendekar laki laki muda yang kesaktiannya kabarnya di atas para senopati keraton. Kalau siluman naga sepertinya masih bebas. Kemudian siluman kera sepertinya juga masih bebas," jawab Ki Sardulo.
"Kalau kita berkelana ke barat, ada kemungkinan kita bertemu mereka den. Tapi pendekar muda itu kabarnya pendekar aliran putih," kata Ki Sardulo lagi, "kami bisa saling tahu, karena kami berempat secara rutin bertemu di dunia siluman. Jadi kami tahu kekuatan masing masing."
"Terimakasih penjelasannya Ki. Kelihatannya sangat menarik dan membuat penasaran, apa itu dunia siluman," jawab Lintang.
"Kita coba menyewa perahu yang besar Ki," kata Lintang.
Setelah bertanya ke beberapa tukang perahu, semuanya tidak berani menyeberang. Walaupun ditawar dengan harga di atas tarif mereka.
Akhirnya Lintang mendapatkan perahu dengan tukang perahunya seorang laki laki paruh baya. Dia bersedia dan nekat mau menyeberang, karena sudah sekitar seminggu lebih dia tidak mendapat pemasukan. Padahal butuh uang untuk menggaji anak buahnya empat orang, yang menjadi tenaga pendayung.
Setelah tawar menawar menemukan kesepakatan harga, mereka akan berangkat pagi menjelang siang ini juga.
Sebelumnya, Lintang memang dibekali uang lumayan banyak, untuk biaya hidup Lintang dalam beberapa bulan. Berikutnya, kalau bekal uang habis, Lintang harus bekerja untuk mendapatkan uang, pesan eyangnya sebelum Lintang berangkat.
Kemudian Lintang masuk ke dalam perahu yang cukup besar walaupun sederhana.
Perahu mulai meninggalkan tepi sungai. Berlayar menuju tepi sungai di seberangnya.
Begitu sampai di tengah sungai, perahu terguncang hebat, dan sisi perahu bagian kiri terkoyak sedikit.
Seekor buaya sepanjang sepuluh meter dan lebar badannya satu meter lebih telah menghadang di depan perahu dan sempat menyabetkan ekornya.
Inilah saat yang ditunggu Lintang.
Segera Lintang meloncat ke air di tepat didepan mulut siluman buaya dengan menggunakan ilmu meringankan tubuhnya, sehingga Lintang bisa berdiri di atas air sungai.
Mungkin karena sudah terbiasa dan sering melakukan penghadangan, siluman buaya, tanpa basa basi bertanya, langsung menyerang.
Buaya sebesar perahu yang Lintang tumpangi itu meluncur ke arah Lintang, kemudian kepalanya diangkat dengan mulut terbuka lebar. Siluman buaya itu mencaplok tubuh Lintang dari atas. Membuat Lintang hanya bisa menerima serangan.
Siluman buaya itu meluncur ke bawah, menyelam, dengan Lintang tercaplok di mulutnya.
Lintang terbawa masuk ke dalam dasar sungai.
Sampai beberapa saat, Lintang serta siluman buaya itu tidak muncul muncul.
Hanya pergolakan permukaan air yang terlihat.
Di permukaan sungai, tukang perahu dan empat anak buahnya, sudah panik mengkhawatirkan keadaan penumpangnya dan juga keselamatan mereka dan perahu mereka. Apalagi upah belum dibayarkan.
Tiba tiba, dari air sungai yang bergolak itu, tampak warna kemerahan, seperti warna darah yang bercampur air.
Beberapa menit kemudian, air yang bergolak kembali tenang. Warna merah dari darah yang tercampur air pelan terbawa arus sungai.
Keadaan sungai tenang kembali. Sunyi. Hanya suara arus sungai dan angin yang terdengar.
\_\_\_ 0 \_\_\_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 282 Episodes
Comments
BaronMhk
mantullll
2022-12-17
1
BaronMhk
gasssssss
2022-12-17
1
rajes salam lubis
mantap
2022-11-13
0