Wajah Prahasta seketika pucat ketika tiba tiba Ki Penahun sudah berdiri di depannya hanya berjarak sekitar tiga meteran.
Ki Penahun dengan pelan menurunkan Lintang dari gendongannya sambil berbisik, "kamu tunggu di dalam rumah le."
Setelah memastikan Lintang cucunya sudah berada di dalam rumah, Ki Penahun langsung mendekati Prahasta yang masih tidak percaya kalau semua ini benar benar terjadi. Dia kehilangan semua anak buahnya hanya dalam waktu sekejab. Dan dia juga masih tidak percaya kalau kakek tua yang dia anggap lemah adalah yang menghabisi anak buahnya.
Prahasta menghembuskan nafasnya dengan keras untuk mengembalikan semangat dan rasa percaya dirinya.
Tapi sebelum dia bisa menentukan sikap dan kata kata, Ki Penahun sudah berbicara padanya.
"Sekarang saatnya kamu bertanggung jawab atas perbuatan semua anak buahmu dan juga apa yang kau lakukan pada tempat tinggal kami," kata Ki Penahun pelan tapi tegas.
"Ha ha ha ha ha.... kamu ingin membunuhku kakek tua ? Lakukan kalau kau mampu," ucap Prahasta yang sudah merasa tidak ada jalan lain.
"Kalau begitu susulah semua anak buahmu," jawab Ki Penahun.
Prahasta segera mencabut pedangnya dari sarungnya yang tergantung di pinggang kirinya.
Tanpa menunggu apa yang akan dilakukan Ki Penahun, Prahasta langsung menyerang Ki Penahun dengan jurus jurus andalannya. Pedangnya berkelebat cepat, mengarah dan mengejar kemanapun Ki Penahun bergerak menghindar. Selain cepat gerakannya, pedang itu juga mengeluarkan suara mendengung seperti lebah. Prahasta melakukan itu karena dia tahu, ternyata kakek tua dihadapannya itu ilmu kanuragannya tinggi. Karena dia tidak bisa mengukur memperkirakan seberapa tinggi tingkatannya.
Maka untuk mendapatkan peluang dia menang, dan untuk mengangkat kembali mentalnya yang sempat jatuh menyaksikan semua anak buahnya habis dibantai, dia langsung mengeluarkan semua jurus jurus simpanannya. Bahkan dia berencana mengeluarkan jurus rahasianya juga.
Tapi Prahasta diam diam terkejut. Serangan serangannya, sampai dengan 20 jurus bisa dihindari dengan mudah oleh Ki Penahun. Padahal dia sudah mengerahkan secara penuh tenaganya, dengan jurus jurus andalannya, jurus simpanannya.
Prahasta tidak menyadari kalau Ki Penahun tidak hanya menghindar, tapi sedang mempelajari dan mengenali jurus yang dimainkan Prahasta.
"Heii wong kasar, apa hubunganmu dengan Ki Praju Demit Serayu ?" tanya Ki Penahun.
"Ha ha ha....kamu kenal guruku, kakek tua ? Lekaslah menyerah sebelum aku membunuhmu," kata Prahasta dengan sombongnya. Sebenarnya Prahasta sudah merasa jerih, karena semua serangannya bisa dihindari dengan mudah oleh Ki Penahun. Makanya Prahasta memakai nama gurunya untuk membuat keder Ki Penahun.
Prahasta tidak tahu siapa Ki Penahun. Karena Ki Penahun menghilang dari jagad pesilatan saat Prahasta masih berguru dan dilatih oleh Ki Praju. Kalau saja Prahasta tahu siapa yang dia hadapi, mungkin dia akan langsung pingsan di tempat. Gurunya saja sangat ketakutan pada Ki Penahun. Karena pada masa mudanya dahulu, Ki Praju tahu persis sepak terjang Ki Penahun. Bahkan Ki Praju pernah berurusan dengan Ki Penahun, dan dihajar sampai babak belur tanpa bisa membalas.
"Jadi kamu murid Ki Praju ? Pantas perbuatannya sama sama kotor. Kamu pantas aku singkirkan dulu, baru kemudian gurumu, andaikata ketemu. Aku menyesal kenapa dulu tidak kubunuh saja Ki Praju. Sehingga tidak menyebarkan bibit kejahatan seperti sekarang ini," kata Ki Penahun.
Mendengar kata kata itu, wajah Prahasta tambah pucat. Dia tidak mengira kalau kakek tua di depannya ini, tokoh sakti seangkatan dengan gurunya.
Karena putus asa, Prahasta menyerang Ki Penahun dengan membabi buta. Dia kerahkan tenaganya semaksimal mungkin, dia mainkan jurus simpanannya.
Pedangnya dia gerakan cepat dengan sabetan arah kiri, kanan dan atas. Kemudian dari garis gerakan pedang itu keluar energi seperti gelombang air, tipis tapi sangat tajam, sama tajamnya dengan mata pedangnya.
Kemudian energi pedang itu dia arahkan ke Ki Penahun secara bertubi tubi. Dengan harapan, satu saja ada serangannya yang bisa menggores kulit, cukup untuk menghentikan gerakan Ki Penahun. Karena energi yang mirip gelombang air itu juga mengandung racun yang diekstrak dari 'mbun upas' (embun beracun).
Melihat itu, ki Penahun hanya mendengus pelan dan kemudian Ki Penahun bergerak cepat. Telapak tangannya di buka di samping kiri kanan, kemudian telapak tangannya berubah warna jadi merah menyala dan mengeluarkan hawa panas.
Pedang Prahasta ditangkis dengan telapak tangan kanannya, diremas hingga patah jadi beberapa potongan. Tangan kirinya bergerak menyapok pergelangan kanan Prahasta, hingga pedang itu lepas dari genggaman Prahasta. Dilanjutkan telapak tangan kanan yang meraih leher Prahasta. Ditarik sehingga Prahasta terhuyung ke arah Ki Penahun. Kemudian sambil telapak tangan meremas tenggorokan Prahasta, Ki Penahun mendorongkan tangan kanannya ke atas. Tubuh Prahasta terlempar ke atas. Seketika Prahasta berteriak kesakitan. Sebentar. Karena sesaat setelah tubuhnya melayang ke atas akibat dorongan tangan kanan Ki Penahun, Prahasta sudah kehilangan nyawanya sebelum tubuh Prahasta meluncur ke bawah lagi.
Setelah tubuh Prahasta sampai di tanah dalam keadaan tewas, Ki Penahun terdiam terpaku dalam keadaan berdiri. Tatapan matanya kosong, bahkan gerak naik turun dadanya saat bernafas pun seperti terhenti.
Beberapa detik kemudian, telapak tangannya terlihat bergerak gerak. Meremas. Dan kemudian tampak Ki Penahun menarik nafas panjang, dan dihembuskan pelan dan panjang.
Barulah Ki Penahun teringat akan Lintang cucunya.
"Thole Lintang, kesinilah ngger," panggilnya dengan halus.
"Ya Eyang," jawab Lintang.
"Kamu tunggu Eyang di bawah rumpun bambu belakang rumah itu ya Le. Sebentar. Ada yang harus Eyang kerjakan sebentar. Nanti Eyang susul," kata Ki Penahun.
"Baik Eyang," jawab Lintang Rahina.
Kemudian Lintang Rahina segera bergegas menuju rumpun bambu belakang rumah. Walau malam gelap, karena Lintang sudah terbiasa dengan arahnya, dan juga karena hasil latihan pernafasan dan tenaga dalam selama bertahun tahun, tanpa disadari, pandangan matanya menjadi lebih tajam. Seperti tidak terpengaruh oleh gelapnya malam.
Setelah memastikan Lintang cucunya sudah menjauh dan sudah sampai di rumpun bambu, Ki Penahun langsung menggerak gerakkan tangannya. Dari kedua telapak tangannya keluar tenaga yang tak tampak mata. Diarahkan ke jasad jasad yang bergeletakan di halaman rumah. Seketika, jenasah jenasah itu melayang masuk ke dalam rumah. Setelah semua jenasah dimasukkan ke dalam rumah, kecuali jenasah istrinya, Nyi Penahun, dari kedua telapak tangan Ki Penahun, keluar energi berwujud api, yang kemudian diarahkan untuk membakar gubug tempat tinggalnya sekaligus untuk membakar semua jenasah yang menumpuk di dalamnya. Setelah gubug dan semua jenasah benar benar terbakar sempurna, dihentikannya energi api dari kedua telapak tangannya.
Kemudian, Ki Penahun memutar mutar kedua tangannya membentuk lingkaran, yang dari lingkaran tersebut keluar energi angin yang makin lama makin besar dan kuat, sampai sampai pohon pohon di sekelilingnya turut bergoyang goyang terkena hembusannya. Kemudian diarahkannya ke tumpukan abu sisa pembakaran tadi, yang langsung didorongnya ke atas. Semua abu terangkat ke atas makin lama makin tinggi. Setelah ketinggiannya mencapai kira kira setinggi pohon kelapa, dihentakkannya kedua tangannya keatas dan kemudian direntangkan kedua tangannya. Seketika itu, semua abu terlempar jauh ke atas. Jauh sekali sampai melewati gumpalan awan, menyebar dan kemudian menyebar menjadi hujan debu.
Setelah itu, dengan cepat menghampiri jenasah Nyi Penahun istrinya. Dipanggul di pundak kirinya. Kemudian Ki Penahun langsung melesat ke tempat Lintang cucunya menunggu.
Sesampainya di tempat Lintang menunggu, langsung disautnya tubuh Lintang, didudukkan di bahu kanannya sambil berkata, "Le, mulai sekarang kita akan tinggal didalam hutan, di goa tempat biasanya kita beristirahat selesai berburu. Sampai dengan engkau selesai latihan olah kanuraganmu."
"Ya Eyang," jawab Lintang.
Kemudian dengan cepatnya Ki Penahun melesat keatas, ke pohon dan meloncat dari satu pohon ke pohon lainnya, menuju ke tengah hutan Alas Penahun. Sesaat kemudian, tidak terlihat lagi pergerakannya, ditelan gelapnya malam dan gelapnya Alas Penahun.
___ o ___
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 282 Episodes
Comments
imam dehouse
ya......minggu depan puasa dulu sebulan ya cu....
2025-02-23
0
Ridho Widodo
kek angkat aku jd murid donk...
2023-10-02
0
MATADEWA
Percepat Opnya MC....
2023-01-17
1