Tidak berapa lama, munculah badan siluman buaya. Badannya utuh dari ekor sampai kepala. Tidak ada luka sedikit pun.
Bahkan kemudian siluman buaya itu berenang ke pinggir, ke arah dermaga penyeberangan.
Orang orang yang saat itu berada di dermaga penyeberangan, menjerit jerit ketakutan melihat siluman buaya itu mendekat.
Begitu jaraknya tinggal sekitar lima meteran dari daratan, siluman buaya itu tiba tiba terbang melayang ke atas melewati dermaga. Kemudian mendarat sekitar tiga puluh meteran dari dermaga.
Siluman buaya itu diam. Tak bergerak. Dengan Lintang yang berdiri di sampingnya dalam keadaan basah kuyup.
( *Sebelumnya, kejadian saat di dalam sungai )
Saat siluman buaya bergerak mencaplok tubuh Lintang, Lintang mengegos sedikit ke samping, sehingga caplokan itu tdak mengenainya.
Begitu mulut siluman buaya menutup, Lintang langsung membekapnya dengan kedua lengannya, dengan resiko, Lintang ikut terbawa turun ke dasar sungai.
Merasa tidak bisa membuka mulutnya, siluman biaya itu berusaha memutar tubuhnya, berharap bekapan pada mulutnya terlepas.
Lintang mengikuti gerakan memutar itu sambil menambah erat bekapannya.
Siluman buaya merasakan sakit pada mulutnya. Berusaha mendorong Lintang ke bawah dengan maksud membenturkan Lintang pada dasar sungai.
Lintang menghindar dari benturan dengan cara memutar tubuhnya hingga berada di atas kepala siluman tepat di antara kedua mata siluman buaya, dengan tetap membekap erat mulut siluman buaya.
Siluman buaya semakin kesakitan. Dengan kalap, ekornya disabetkan ke arah Lintang.
Merasa sudah cukup lama berada di dalam air, Lintang segera memukul kepala siluman buaya dengan tendangan lutut.
Siluman buaya merasa nanar matanya.
Sebelum siluman buaya bisa bergerak, Lintang memutar tubuhnya menjadi di bawah kepala siluman buaya. Kemudian dengan tangan kiri memegang rahang bawah siluman buaya, tangan kanan dengan jari jari membuka membentuk cakar, dipukulkan ke bawah kepala.
Tangan kanan Lintang terhujam masuk sampai bahu. Gerakan tangan kanan memukul itu, Lintang ulangi sampai tiga kali. Menimbulkan lubang besar di rahang bawah siluman biaya. Itulah yang menimbulkan keluarnya warna merah bercampur dengan pergolakan air. Darah yang keluar dari luka luka di rahang bawah siluman buaya. Walau siluman, karena berada dalam dunia manusia, dan berada dalam wujud buaya, tetap mengeluarkan darah.
Sampai kemudian sudah tidak ada lagi pergerakan siluman biaya.
Kemudian, dengan posisi berada di bawah perut siluman ular, Lintang berenang ke arah dermaga penyeberangan.
Setelah sampai di tepi sungai, beberapa meter dari dermaga penyeberangan, Lintang melenting menggunakan ilmu meringankan tubuhnya, sambil melempar tubuh siluman buaya ke daratan.
Itulah mengapa Lintang bisa tiba tiba berdiri di samping kepala siluman buaya.
Orang orang yang berada di dermaga, bahkan yang tadinya masih berada di warung, seketika berkerumun mengelilingi siluman buaya yang telah mati, sambil berkomentar bersahut sahutan sehingga menimbulkan suara berdengung seperti suara sekumpulan lebah.
"Paman paman tukang perahu, siluman buaya sudah mati. Sekarang sungai sudah aman. Silahkan bekerja seperti biasa."
"Tetapi saya minta tolong, sebelumnya kuburkan siluman buaya ini."
"Terimakasih den, akan kami kuburkan sesuai perintah aden," jawab para tukang perahu.
"Paman, di dekat sini, adakah hutan, mungkin hutan kecil ?" tanya Lintang pada mereka.
"Ada den. Sebelah utara desa itu ada hutan kecil," jawab salah seorang dari mereka.
"Apakah paman semua ada yang tahu di mana markas kelompok Ki Mojo ?" tanya Lintang lagi.
Mereka semua terdiam dan tidak ada yang menjawab pertanyaan itu. Sepertinya nama Ki Mojo sangat menakutkan bagi mereka. Terlihat dari raut wajah mereka yang gelisah, dan melihat kesana kemari seperti takut ada yang mengawasi.
"Paman semua tidak usah takut. Urusan Ki Mojo dan anak buahnya, aku yang akan mengurusnya. Cukup paman semua tunjukkan di mana markasnya" kata Lintang.
Mereka semua tetap diam. Dan akhirnya Lintang memutuskan.
"Baiklah kalau paman semua tidak berani mengatakan. Aku akan mencari hutan kecil seperti yang paman tunjukkan. Semoga saja benar, Ki Mojo bermarkas di sana," kata Lintang.
Segera saja Lintang melesat bagai terbang menuju ke arah utara. Dan tidak berapa lama, dari kejauhan tampak hutan yang jadi markas Ki Mojo.
Benar saja, agak ke dalam sedikit, terlihat enam rumah kayu berderet dua lajur berhadap hadapan, tiga di kanan dan tiga di kiri. Di ujung jauh halaman deretan rumah itu, ada bangunan yang paling besar, besarnya paling tidak dua kali rumah yang saling berhadapan itu.
Dan juga keadaan rumah itu paling ramai orang. Ada yang duduk lesehan di terasnya. Ada yang berdiri di sekitar bangunan itu.
Lintang langsung menuju ke tempat yang banyak orang berkumpul.
Belum saja melewati satu rumah, Lintang sudah dihadang sepuluh orang bersenjata dan berwajah garang.
"Berhenti anak muda ! Kamu kesasar ya ? Cepat berbalik kembali !" bentak salah satu orang yang berdiri paling depan.
"Aku tidak kesasar. Aku memang mau kesini. Apakah benar ini markas kelompok Ki Mojo ?" tanya Lintang.
"Siapa kamu ? Dan ada perlu apa kamu mencari markas Ki Mojo ?" bentak yang tadi bertanya.
Sembilan orang yang lainnya langsung membuat posisi mengepung Lintang sambil menghunus senjata.
Tampak mereka sepuluh orang, bersenjata golok semua. Kelihatannya mereka tergabung dalam formasi beladiri.
Memang mereka dikenal dengan barisan Golok Terbang.
"Aku siapa, itu tidak penting. Aku ke sini hendak membasmi kelompok Ki Mojo," jawab Lintang tanpa basa basi.
"Keparaatttt...!!! Tangkap anak muda sinting ini !!" teriak orang tadi yang ternyata pimpinan barisan Golok Terbang.
Langsung saja mereka sepuluh orang bergerak dengan arah yang berbeda beda namun tampak sekali kalau gerakan mereka teratur dengan pola tertentu.
"Golok Penebas Batu," sang pemimpin barisan meneriakkan jurus pertama.
Sepuluh golok bertubi tubi membabat Lintang dari atas ke bawah, bergantian.
Sang pemimpin barisan berkali kali meneriakkan nama jurus yang berbeda beda, setiap kali mereka berganti jurus.
Sampai dengan jurus ke tujuh, tidak ada satupun serangan yang bisa mengenai tubuh Lintang. Karena bagi Lintang, gerakan mereka sangat lamban dan jurus mereka sangat mudah ditebak.
Tiba tiba, pimpinan barisan berteriak, "Munduurrr !!!"
Seketika kesepuluh orang melompat mundur dengan tetap mengepung Lintang.
"Kita mainkan tiga jurus andalan kita," perintah si pemimpin.
Mereka memasang kait yang ada talinya di masing masing gagang golok mereka.
Tali tali itu sepanjang tiga meter yang ujung satunya dipegang dengan tangan kiri.
"Putaran Golok Kemarahan !!!" teriak si pemimpin lagi.
Dari posisi mereka yang sudah mereka atur, masing masing memutar golok yang sudah dikaitkan ke tali sampai mencapai diameter sekitar dua meter.
Kemudian golok golok itu seperti terbang menuju tempat Lintang berdiri dengan arah dan kecepatan yang berbeda beda dalam waktu yang bersamaan.
Lintang yang masih tidak ingin membalas serangan, menghindar dengan melenting ke atas.
"Putaran Golok Kemurkaan," lanjut si pemimpin.
Mereka menyambung dengan serangan yang berbeda.
Kali ini putaran golok yang mereka buat berdiameter lebih besar lagi. Dan golok golok itu meluncur lagi ke arah Lintang dengan waktu begantian dan arah yang berbeda beda.
Semua serangan itu masih juga tidak bisa mengenai Lintang.
"Putaran Golok Membelah Angkasa," si pemimpin memberi aba aba.
Kemudian mereka sepuluh orang bergerak menyamping, mengitari Lintang. Golok mereka pegang di tangan kanan, kemudian dilemparkan ke arah Lintang.
Golok itu meluncur dengan cepat dengan gerakan berputar cepat. Mengarah pada sasaran yang berbeda beda.
Yang bila mengenai tubuh Lintang, tidak hanya luka tertusuk yang ada. Tetapi, daging atau tulangnya juga akan terkoyak karena gerakan golok yang memutar.
"Trakk tak takkkk tak"
"Taasssskkkk"
Golok golok itu menghujam keras sampai hanya terlihat gagangnya.
\_\_\_ 0 \_\_\_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 282 Episodes
Comments
BaronMhk
gasssssss
2022-12-19
0
BaronMhk
lanjutkan
2022-12-19
0
rajes salam lubis
mantap mantap
2022-11-13
1