Selama berlatih di hutan Alas Penahun, Lintang sudah sangat sering melawan siluman siluman untuk mempraktekkan semua ilmu hasil latihannya. Jadi dia sudah tidak canggung lagi menghadapi serangan pemimpin gerombolan.
Apalagi Lintang dibekali tidak hanya satu jenis ilmu oleh eyangnya Ki Penahun.
Selain ilmu tangan kosong pukulan Tapak Wulung, juga ilmu olah senjata 'Sengatan Lebah'. Yang bisa dimainkan dengan hampir semua senjata tajam, bahkan ranting. Tapi yang paling ampuh kalau dimainkan dengan keris.
Ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi. Ilmu serangan jarak jauh. Dan juga ilmu yang menggunakan mantra mantra, yang kalau dimainkan bersamaan dengan ilmu ilmu yang tadi, bisa untuk melawan segala jenis siluman.
Lintang baru menghindari dua serangan pemimpin gerombolan, ketika Ki Sardulo yang berada di dalam cincinnya berkata "Den, biarlah saya yang melawannya".
"Baiklah. Segera selesaikan. Tetap dalam wujud manusia saja Ki" jawab Lintang.
Setelah Lintang mengijinkan, segera saja Ki Sardulo keluar dari dalam cincin Lintang dan langsung menghadapi serangan pemimpin gerombolan.
pemimpin gsrombolan terkejut saat tiba tiba di depannya muncul seorang kakek dan menangkis serangannya.
Memang sejak masih di hutan tepatnya padang rumput dekat puncak gunung, Ki Sardulo atau yang dulu Ki Simo kadang kadang turun gunung masuk perkampungan manusia dengan wujud kakek tua. Tetapi tidak sering dia lakukan, karena hal itu juga membahayakan dia bila bertemu manusia yang bisa merasakan kehadirannya ataupun yang bisa melihat wujud aslinya.
Serangan pemimpin gerombolan menggunakan senjata berwujud golok besar itu ditangkis Ki Sardulo dengan tangan kosong. Ki Sardulo menggunakan jurus 'cakar harimau'.
Suara pertemuan golok dengan tangan itu menimbulkan suara yang sangat keras.
"KLANGGG...."
Membuat pertempuran lain di sekitarnya berhenti sejenak. Bahkan laki lakk muda yang disebut namanya Raden Arya Wisnutama, keluar dari dalam kereta. Hal itu membuat semua prajurit menarik diri dari pertempuran dan lebih mengutamakan menjaga keselamatan tuannya.
Akhirnya pertempuran para prajurit melawan anak buah gerombolan terhenti semua.
Mereka hanya saling mengawasi sambil menyaksikan pertarungan Ki Sardulo melawan pemimpin gerombolan.
Saat perhatian semuanya tertuju pada pertarungan itu, diam diam tanpa diketahui siapapun, ada seorang anggota gerombolan, yang mundur, memutar arah menuju belakang kereta. Dia yang merupakan wakil pimpinan gerombolan, menyiapkan busur dan panah. Kemudian membidik Raden Arya Wisnutama. Tali busur ditarik dengan kuat. Seketika melesatlah anak panah menuju dada Raden Arya Wisnutama.
Tanpa disadari oleh wakil pimpinan gerombolan itu, sejak dia bergerak mundur sampai dia melepaskan anak panahnya, ada sepasang mata yang mengetahui pergerakannya.
Lintang yang sejak tadi mengawasinya, begitu melihat anak panah meluncur pesat, segera berkelebat melompat, turun tepat di belakang Raden Wisnutama dan segera memapaki datangnya anak panah itu dengan menangkapnya.
Para prajurit yang kaget datangnya Lintang yang tiba tiba, bertambah rasa kagetnya begitu melihat ada anak panah datang meluncur dari belakang dan ditangkap Lintang.
Kemudian Lintang melemparkan kembali anak panah itu menuju ke yang tadi melepaskannya, dan.mengenai bahu kanannya.
Terdengar teriakan di semak semak dekat pohon pinggir jalan.
"Aduhhh....!!!"
Langsung saja tiga orang perwira prajurit menuju ke arah teriakan, dan mendapati seorang anggota gerombolan yang sedang memegangi bahunya terkena anak panah sanpah tembus.
Karena terlalu kesakitan, anggota gerombolan itu tidak melawan ketika ditangkap dan diseret ke arah para prajurit berada.
Melihat itu, anggota gerombolan yang lainnya bergerak mengepung rombongan prajurit, dan seketika pecah lagi pertempuran.
Terlihat para prajurit yang kewalahan karena kalah jumlah, satu persatu para prajurit itu terjungkal. Ada yang terluka parah terkena sabetan senjata tajam, ada beberapa yang sampai kehilangan nyawanya.
Bahkan Raden Wisnutama yang ikut melawan dengan bersenjatakan keris pun juga sudah mendapatkan luka luka di badannya.
Melihat keadaan yang mengkhawatirkan itu, Lintang segera berkelebat cepat masuk ke dalam pertempuran.
Setiap gerakan tangan dan kakinya pasti memakan korban. Ada yang pingsan karena terpukul lehernya. Ada yang terjatuh dengan mata nanar dan darah mengalir dari hidungnya. Ada juga yang tergeletak karena kedua kakinya tersapu tendangan Lintang.
Tidak butuh waktu lama bagi Lintang untuk menjatuhkan hampir lima puluh orang.
Suara teriakan teriakan pertempuran seketika berubah menjadi suara erangan dan jerit kesakitan.
Hati para prajurit pengawal Raden Arya Wisnutama menjadi lega dan bersorak gembira melihat apa yang dilakukan Lintang. Hal yang bagi para prajurit bahkan para perwira, adalah hal yang sangat luar biasa.
Tinggal satu pertempuran. Itupun akan segera berakhir dan hampir bisa dipastikan siapa pemenangnya.
Pemimpin gerombolan yang tahu anak buahnya sudah kalah semua, menjadi semakin panik. Dia sebenarnya sudah gentar begitu tahu lawannya yang kelihatannya lemah, kakek tua, ternyata sangat sakti dan berani menangkis goloknya dengan lengan dan telapak tangan.
Ki Sardulo, begitu melihat Lintang sudah selesai dengan lawan lawannya, diapun berniat menyudahi pertarungannya.
Saat lawannya yang sudah putus asa meyerang dengan golok mengarah ke leher untuk membabat, Ki Sardulo tidak menghindar. Ki Sardulo sengaja menunggu datangnya golok, ditangkis dengan lengan kiri, kemudian lengan kiri langsung diputar untuk menyapok jatuh golok. Dalam waktu yang bersamaan, tangan kanan memukul ke arah perut.
Seketika pemimpin gerombolan terlempar mundur, jatuh terduduk dan memuntahkan darah segar. Kemudian terjatuh ke samping dan pingsan.
Melihat pertempuran selesai, dengan cepat Lintang mendekati anggota gerombolan yang tadi melepaskan anak panah, yang ternyata wakil ketua gerombolan.
"Siapa kalian, dan apa maksud penyerangan ini ?" tanya Lintang.
" A...ampun den.....kami anak buah Ki Mojo. Ka...kami disuruh menghadang dan merampok penggede yang lewat," jawab si wakil gerombolan.
"Apa tujuan kalian menghadang mereka ?" tanya Lintang lagi.
"Kami ti...tidak tahu den...." jawab wakil gerombolan.
"Di mana markas kalian ? Di mana Ki Mojo tinggal ?" tanya Lintang beruntun.
"Kami...ting...tinggal di pinggir kali Bengawan den," jawab mereka.
"Tunjukkan arahnya !" perintah Lintang.
Wakil gerombolan itu menunjuk arah timur.
"Kalau yang kamu tunjukkan itu tidak benar, aku akan mencari kalian lagi untuk menghukum kalian," ancam Lintang.
"Paman prajurit, kami serahkan urusan selanjutnya tentang nasib gerombolan yang sudah tertangkap ini. Kami akan mencari pemimpinnya. Kami mohon pamit," kata Lintang.
Lintang yang tidak ingin asal usulnya diketahui orang lain, langsung melesat kilat bagai terbang, diikuti oleh Ki Sardulo.
Bahkan Raden Arya Wisnutama pun belum sempat bertanya.
"Benar benar anak yang aneh dan misterius, dengan ilmu silatnya yang sangat tinggi," ucap Raden Arya Wisnutama pelan.
"Benar den," jawab komandan prajurit yang tadinya duduk di dekat sais kereta.
"Semoga dia termasuk golongan penegak keadilan. Tanah Jawa membutuhkan orang orang seperti dia," semakin lirih Wisnutama berkata.
"Den, apa yang harus kita lakukan pada mereka ?" tanya komandan prajurit.
"Suruh dua anak buahmu untuk segera kembali ke kadipaten, minta bantuan untuk membawa rampok rampok itu," perintah Wisnutama.
"Segera laksanakan den," jawab komandan prajurit.
\_\_\_ 0 \_\_\_
*NOTE :
Novel ini mengisahkan tentang kekuatan dan ilmu beladiri/silat, di luar tokoh tokoh dalam keraton. Jadi seminimal mungkin author menyinggung nama nama tokoh keraton. Dan juga untuk nama nama tempatnya dibuat mirip/sama, namun tetap fiktif.
Maaf, ini lebih untuk pengingat kepada authornya sendiri, agar tidak menyimpang jauh dari alur.
Untuk saran saran dari pembaca yang tercinta, termasuk ilustrasi untuk tokoh utama, author mengucapkan terimakasih. Author sedang mengusahakan, tetapi belum ada yang benar benar cocok sesuai angan angan.
Untuk dukungan dan kesabaran para pembaca, author mengucapkan banyak terimakasih.
*Salam sehat dan salam semangat*
\_\_\_ 0 \_\_\_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 282 Episodes
Comments
Wan Trado
👍teruskanlah 👍
2024-10-14
0
Makmur Djajamihardja
thor. pada saat itu yg jadi Raja mataramnya siapa thor
2023-10-08
0
BaronMhk
👍👍👍👍
2022-12-17
0